Saturday, June 18, 2016

TAUHID DAN MAKRIFAT

Tauhid itu TAU kepada yg WAHID. Marifat itu MARI Mengenal yg EMPAT. Yg Empat itu:

1). Marifat Afal mengenal ciptaan Allah yg di ALAM MULKY yaitu di alam Semesta ini,termasuk badan kita juga afal-nya Allah. Disaksikan dg panca indra.wilayah Ruh jasmani. Tariqatnya atau cara pengenalannya dg Dzikir lisan yg di ucapkan lidah Dzahir berupa dzikir La ilaha illa Allah,” tiada tuhan selain Allah. Karena semua yg DZAHIR tersimpul dalam Dzikir yg DZAHAR. Atau yg diucapkan,wilayah panca indra. MAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA ROBBAHU IQRO KITAB BAQO KAFA BINAFSIKA AL YAOMA ALAIKA HASBI: Bacalah kitab yang kekal yang berada di dalam diri kalian sendiri.

2). Marifat Asma mengenal Nama Allah yg di ALAM MALAKUT. Yaitu di alam Ruh, Disaksikan dg hati basyirah,wilayah ruh Ruhani. Tariqat atau metode pengenalannya dg Dzikir Khafi dg lisan hati. Dzikir Allahu Allah, sehingga mewujudlah maqom MURAQOBAH pada Laa ilaha ila HU. AL INSANU SIRI WA ANA SIRUHU. Manusia itu rahasiahku dan Aku rasa rahaiah manusia.

3). Marifat sifat,mengenal sifat Allah di ALAM JABARUT. Yaitu alam rata darul fardaniyah atau alam wahdah. Disaksikan dg MATA HATI atau Fuad di cermin hati. ini wilayah Ruh sulthani. Cara atau metode pengenalannya dg dzikir sirr, dg lidah sirri dilubuk hati sehingga mewujud pandangan hamba menjadi La ilaha illa anta,” tiada tuhan selain Engkau, Tauhidnya golongan ketiga, yang mengacu kepada kehadiran Tuhan (“engkau” adalah pihak kedua yang hadir); asik dzikir di maqom MAHABBAH. AROFTU ROBBI BI ROBBI: Aku mengenal Tuhan melalui Tuhan.

4). Marifat Dzat mengenal dzat Allah di ALAM LAHUT yaitu di alam Dzat laesa kamislihi syaeun, atau alam AHADIAH. Disaksikan dg sirrul Asor atau Rasaning Rasa. Ini wilayah Ruh Qudsy, kemanunggalan Allah yg tidak berbentuk, tidak berupa, tidak berwarna, tidak ada lagi huruf dan suara. sehingga mewujud lah MUSYAHADAH penyaksian TAJALI.

“La ilaha illa ana,” tiada tuhan selain AKU (Allah), Tauhid orang-orang yang telah menghapus diri mereka sendiri; yang tak terungkapkan dalam kata-kata. “Ke-Engkau-an,” “Ke-Aku-an,” dan “Ke-Dia-an” semuanya adalah representasi istilah, yang dari sudut pandang Tuhan tetap tidak bisa mewakili Eksistensi-Nya.

Golongan orang ini telah menenggelamkan ketiga cara pembicaraan itu dalam samudera penghapusan. Mereka menghancurkan ungkapan-ungkapan, meninggalkan semua acuan yang masih menunjukkan “arah” dan “representasi.” Karena semuanya sudah musnah, “Dan segala sesuatu akan musnah kecuali Dia” (Q. S. 28:88), maka tidak ada lagi yang tersisa untuk diucapkan, lantaran kata-kata tak lagi bermakna. Yg ada hanya KEMANUNGGALAN SEJATI KAWULA GUSTI,Tanpa ada huruf dan kata yg mampu mewakili gambarannya.

ALLAHU BATHINUL INSAN, AL INSANU DHOHIRULLAAH: ”Allah itu bathinnya manusia, manusia adalah dhohirnya (kenyataannya) Allah”. Seperti dikatakan dalam salah satu keterangan tentang Tasawuf, “Tasawuf pada awalnya adalah Tuhan, dan pada akhirnya adalah tanpa batas, tanpa isyarat, tanpa arah, tanpa pembicaraan.” Hening dalam kemanunggalannya, Ahad dalam kesemestaannya. (Dari Kitab Sirrul Asror dan Risalah Al Qusyaeriyah)

Papatah Nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga: Yen tanana sira iku,ingsun tanana ngarani, Mung sira ngarani ing wang, dene tunggal lan sireki iya ingsun iya sira, aranira aran mami,

Artinya: Jika tidak ada engka maka siapa yg akan menyebut ALLOH? Karena ada engkau maka ada yg menyaksikan ALLOH. Jadi MANUNGGAL, ada engkau maka ada ALLOH. Wujudmu itulah yg menunjukan adanya dzat ALLOH.

HIJI-HIJI-HIJI: Hiji Hirup - Hiji Nuhirup - Hiji Nugahirupkeun. Manunggal ngajadi hiji, Jasad-Ruh-Rasa. Ati-sirr-cahya Layang jamus kalimusada. Muhammad maulana pangeran sejati. Semar abduhu tandang rahayu… Maulana jagat ligar mustofa. Mapat aji sarining gampang.. Gampang sapolah polahe, Polah sangkan paraning sejati. Karep Khidir alaihi salam… Cag..rahayu..!

No comments:

Post a Comment