Thursday, January 23, 2014

BACAAN SALAWAT DI ZAMAN PENUH KEMUNAFIKAN DAN KEZALIMAN

Beberapa sahabat mengeluhkan hiruk pikuk keadaan sosial politik di tanah air beberapa tahun belakangan ini, dan menanyakan doa atau zikir apakah yang sebaiknya kita panjatkan kepada Allah agar kita segera memperoleh pertolonganNya, serta diselamatkan dari kezaliman para elite yang tidak amanah, bahkan munafik dan zalim.

Saya jadi teringat, Ustadz K.H. Moehammad Zain dari Bekasi, yang sejak tahun 2004, dalam berbagai pertemuan sering mengajak para hadirin untuk melantunkan sebuah salawat, yang sering saya dengar dikumandangkan di masjid-masjid Betawi, Jabodetabek tetapi jarang saya dengar di daerah lain.

Saya juga pernah bertanya kepada Prof. K.H. Ali Yafie, apa yang beliau ketahui tentang salawat tersebut. Menurut beliau, salawat itulah yang digelorakan oleh ulama-ulama tasawuf dunia Arab khususnya Iraq tatkala Iraq diluluhlantakan oleh pasukan Mongol Hulagu Khan.

Sejarah mencatat, pada tahun 1258M, lebih dari 200 ribu tentara Mongol menyerbu Iraq serta menumbangkan kekuasaan Bani Abbasiyyah, bahkan khalifahnya yaitu Al-Mus’tasim dipenggal kepalanya.

Mengerikan sekali. Bukan hanya istana yang dihancurkan, tapi seluruh bangunan di Baghdad diratakan dengan tanah, seluruh warga kota dibunuh, kecuali segelintir yang berhasil meloloskan diri, semua buku-buku perpustakaan terbesar di dunia, dimusnahkan dan dibuang ke Sungai Tigris, sampai-sampai air sungai berwarna hitam oleh tintanya.

Praktis pada masa itu Asia Tengah dikuasai Mongol dan tentara Islam hancur. Di saat seperti itulah bangkit para pahlawan tasawuf. Mereka mengorganisir kelompok-kelompok gerilyawan dan bersama Pasukan Mameluk dari Mesir, berhasil membendung ekspansi Pasukan Mongol, bahkan untuk pertama kalinya mengalahkan mereka dalam pertempuran dahsyat yang dikenal sebagai Pertempuran Ain Jalut di Palestina pada 3 September 1260.

Sungguh Gusti Allah Maha Adil, Hulagu Khan yang menghancurkan kekhalifahan Islam dan kemudian mendirikan Dinasti Ilkhan, sang cucu Ahmad Teguder, yang menjadi raja ke-3 dinasti tersebut, justru memeluk Islam, sayang sekali ia hanya berkuasa selama dua tahun (1282 - 1284) karena dibunuh oleh saudaranya.

Alhamdulillah, Raja ke-7 yaitu Ghazan (1295 - 1304), memeluk Islam menjadi Mahmud Ghazan. Mulai periode kekuasaannyalah, posisi umat Islam kembali memperoleh keleluasaan, dan peradaban Islam dibangun kembali meski harus mulai dari nol lagi.

Dalam masa-masa kritis seperti itu, tatkala kekuatan militer secara formal tidak berfungsi, para pahlawan sufi tidak berpangku tangan, tapi terjun langsung ke masyarakat mengorganisir serta menggelorakan semangat juang sambil mengumandangkan shalawat:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَأَشْغِلِ الظَّالِمِينَ بِالظَّالِمِينَ

وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِمْ سَالِمِينَ وَعلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِي

“Allahumma shalli ’ala sayyidina Muhammad, wa asyghiliz zaalimin biz zhaalimin (2x) wa akhrijnaa min bainihim saalimin, wa’ala aalihi washahbihi ajmain”

“Semoga rahmat dan berkah Allah dicurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Ya Allah, adu dombalah orang-orang zalim dengan sesama orang zalim (2x). Dan keluarkanlah kami dari mereka dalam keadaan selamat”.


Semoga rahmat dan berkah Allah dicurahkan kepada keluarga dan para pengikut setia Rasullah Saw. Aamiin.

No comments:

Post a Comment