Maulana Saad, Maulana Izhar dan Maulana Zubair itu dari keturunan quraisy, mengapa 3 ulama ini di pilih jadi faisalah dunia.
Takhrij Al Hadits (Otentisitas Hadits)
1) dari Anas r.a. bahawasanya Nabi Saw bersabda, “Para Imam (pemimpin) itu dari Quraisy. Jika mereka memerintah, maka mereka adil. Jika mereka berjanji, mereka memenuhi. Jika mereka diminta belas kasihan, mereka berbelas kasih. Siapa saja di antara mereka yang tidak berbuat demikian, maka dia akan mendapatkan laknat Allah, laknat para malaikat dan laknat seluruh manusia. Tidak dapat diterima taubat dari mereka dan tidak diterima pula tebusan (azab) dari mereka.”
2). Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Dawud At-Thayâlisy dalam musnadnya Juz 2 hal. 163. Imam Ahmad juga meriwayatkannya dari Anas bin Malik dan Abi Barzah dengan redaksi yang lebih pendek: Bahawa Rasulullah Saw berdiri di depan pintu rumah Beliau Saw dan kami ada (di dalam rumah beliau), lalu berkata: “Para Imam itu dari Quraisy."(Al-Musnad, juz 3, hal. 139 dan juz 4, hal. 421).
3). Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits tersebut dalam Kitab Al-Anbiya’ dengan lafazh: Dari Mu’awiyah bahawasanya dia mendengar Nabi Saw bersabda: “Sesungguhnya urusan (pemerintahan/khilafah) ini ada di tangan Quraisy. Tidak seorang pun yang memusuhi mereka melainkan Allah akan membuatnya terjungkal/tersungkur ke tanah, selama mereka menegakkan agama (Islam)."(lihat Shahih Bukhari, juz 6, hal. 389).
4). Beliau juga meriwayatkan hadits itu dari Abdullah bin Umar r.a dengan lafazh: “Urusan (pemerintahan khilafah) ini sentiasa berada di tangan Quraisy selama masih tersisa dari mereka dua orang."(Idem, juz 6, hal. 389). Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani tentang sanad hadits itu berkata: “Para perawinya (rijal hadits) tergolong dalam para perawi yang shahih, tetapi dalam sanad ini ada keterputusan (inqitha)."(Fâth Al-Bârî, juz 16, hal. 231).
5) dan hadits Ibnu Umar ini juga dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Al-Imârah dengan lafazh: “Urusan (pemerintahan khilafah) ini sentiasa berada di tangan Quraisy selama masih tersisa dua orang di antara manusia."(Shahih Muslim, juz 12, hal. 201).
6). Imam Muslim meriwayatkan hadits serupa dari Abu Hurairah r.a dengan lafazh: “Manusia mengikuti Quraisy dalam perkara (pemerintahan) ini. Yang muslim mengikuti kaum muslimin dari kalangan mereka. Yang kafir mengikuti kaum kafir dari kalangan mereka."(Shahih Muslim, Juz 12, hal. 200).
7) dalam Sunan At-Tirmizi, juz 4, hal. 503, diriwayatkan hadits dari Amr bin Al ‘Ash bahawasanya dia mendengar Nabi Saw bersabda: “Quraisy adalah pemimpin manusia (wulatun nas) dalam kebaikan dan keburukan hingga hari qiyamat"dan Imam At-Tirmizi berkata: “Hadits ini adalah hadits hasan gharib shahih."
8) dalam Sunan Al-Baihaqi, juz 8, hal. 144, diriwayatkan hadits dari ‘Atha’ bin Yasar bahawasanya Rasulullah Saw bersabda kepada orang-orang Quraisy: “Kalian adalah manusia yang paling layak memegang urusan (pemerintahan) ini selama kalian berada dalam kebenaran. Apabila kalian menyimpang dari kebenaran maka kalian akan dikupas habis sebagaimana kulit kayu ini dikupas. Beliau menunjuk sebuah kayu yang ada ditangannya."
9) dan Imam Syafi’i meriwayatkannya dengan lafazh yang sama dalam Al-Musnad bahagian Mu’amalat. Beliau mengeluarkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Syihab bahawa telah sampai padanya bahawa Rasulullah Saw bersabda: “Persilahkan Quraisy tampil kedepan (untuk memimpin) dan janganlah kalian mendahuluinya ke depan (untuk memimpin). Belajarlah dari Quraisy dan jangan mengajari mereka."(Imam Syafi’i, Idem, hal. 194).
10) dalam kitab Majmu’ Az-Zawâid karya Al-Haitsami dari Tsauban berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Tetaplah bersama Quraisy selama mereka tetap bersama kalian. Kalau mereka tidak melakukan hal itu, maka angkatlah pedang kalian diatas pundak kalian, lalu musnahkahlah pemimpin-pemimpin (quraisy) itu. Jika kalian tidak melakukannya, maka jadilah sebagai kaum petani yang payah hidupnya dimana kalian akan makan hanya dari hasil jeritan kalian."Al-Haitsami berkata: Hadits ini telah diriwatkan Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam As-Shaghîr dan Al-Ausath dan para perawi As Shaghîr terpercaya (lihat juz 5, hal. 228).
No comments:
Post a Comment