Seorang pria beriman minimal, berdiri terpaku di depan pintunya. Melongo. Kepelingaan. Tidak sesaat, tapi 40 tahun, speecless melihat keindahan syurga. Setelah siuman dari kepelingaan itu, dihampirinya wanita paling dekat dengan pintu syurga, cantik bukan buatan. Gaun sutranya 70 lapis tapi indah kulitnya terlihat jelas. Bukan kerana tipis, tapi kerana kecantikan dan keindahan kulitnya tak boleh ditutupi dengan kain manapun yang dikenal dan tidak dikenal peradaban manusia, Indah luar biasa.
Lelaki beriman pas-pasan itu bertanya, “Kamukah istri yang Allah janjikan bagiku?”
Wanita itu tertawa kecil, tersipu, menunduk dan mengerling genit, “Tuan terlalu menyanjungku.” Jawabnya pelan hampir berbisik, “Aku hanya pelayan di istana ini.”
Pria itu mengangguk. Masih tak lepas dari memandangi wanita yang indah tubuhnya tak boleh disembunyikan sutra 70 lapis, dia membuka pintu istananya. Dijumpainya sebuah aula megah bertabur Zabarzad, yaqut, zamrud dan beragam pertama lainnya. (Aku tak boleh mengingat riwayat panjang bahagian ini).
Singkat kata, pria beriman minimalis itu melihat 40 pintu, di masukinya satu, di dalamnya terdapat 40 buah bilik, dimasuki satu, didapatinya 40 peraduan, di atas tiap peraduan didapatinya 40 wanita. Pria itu mimisan gugup, seorang dari 40 wanita itu menyongsongnya, kemudian berbisik, “Allah memberikanmu kekuatan untuk bercinta dengan kami semua.” (redaksi bahagian ini dariku, sudah agak jauh dari riwayat asli)
Sedang asik-asiknya bercinta dengan wanita-wanita di peraduan ke 70 di bilik nomor 2 kamar nomor 14, pintu bilik itu terbuka, muncullah wanita yang kecantikannya membuat minder seluruh bidadari di atas kasur, semua buru-buru sembunyi ke bawah ranjang.
“Puas kamu sayang?” Tanya wanita itu.
Pria beriman minimalis itu terpana selama 240 tahun kerana kecantikan dan keindahan tubuh wanita yang baru masuk. Wanita yang dikenalnya amat baik. Wanita yang setia padanya di kala senang maupun susah. Wanita yang dinikahinya di atas bumi.
“Ba...ba... bagaimana kamu jadi lebih cantik dari semua bidadari ini, istriku?” Tanyanya gugup.
Ratu para bidadari itu tertawa, menyeretnya ke sebuah mahligai yang indahnya melebihi keindahan-keindahan yang belum habis dinikmatinya. Dan mereka hidup bersama bahagia selamanya.
Amalan tidak memasukkan orang ke dalam syurga, tentu! Kerana hanya Allah yang berhak memasukkan manusia ke dalam syurga, maka dekatilah Dia dengan amalan-amalan yang disukaiNya.
No comments:
Post a Comment