Kalaulah ditakdirkan Allah, esok aku diizinkan memiliki sebuah pesantren sendiri, utk menyebarkan dakwah Islamiyah akan kupilih cara sufi sebagai landasan dakwahnya. Lantas akan kusemai ilmu Tasawuf sebagai pokok perlembagaan syiarnya. Lalu akan kunamai pesantrenku itu - 'Pesantren Misykat Sufi'.
Demi masa, kesemua jemaahnya akan diwajibkan mendirikan sholat lima waktu sehari, selari dengan kewajiban sebagai orang Islam. Berolahraga seandainya ada kelapangan yg masih boleh dirangkumkan, sementra aktiviti lainnya ialah bermeditasi. Diharuskan berpuasa dan dilatih agar berani mendepani cabaran bagaimana 'cara menjalani hidup sebagai tukang sapu sampah' sebagai salah satu syarat keahliannya. Mungkin tidak lama, hanya sebulan, seminggu atau tiga hari pun jadilah. Selama terpasung di pondok pesantrenku itu, kuharap semoga terdidiklah jiwa merdeka untuk benar2 merasakan bagaimana diri menjadi seorang hamba di mata Allah.
Betapa seorang sufi yg akan dididik bermula dgn perjalanan menempuhi alam Thariqat, sekaligus sebagai salik, yang diikat dgn pelajaran menjiwai Tauhid. Akhirnya mereka akan juga mengetahui sememangnya adalah sinonem impian menjadi sufi adalah sama halnya seperimana menjiwai kerja sebagai tukang sapu sampah. Sudah pasti penghuni nya menerima berbagai penghinaan dari masyarakat. Kupasti sungguh ini akan mencabar yang mungkin tidak akan sanggup dihadapi kerana semuanya itu akan menjerat hidup ke arah yg sungguh berbaur dengan kekotoran najis, selain bau busuk yg berdesing. Ianya juga sangat menjejas diri peribadi yg tak putus2nya dipandang hina.
Betapa seorang sufi yg akan dididik bermula dgn perjalanan menempuhi alam Thariqat, sekaligus sebagai salik, yang diikat dgn pelajaran menjiwai Tauhid. Akhirnya mereka akan juga mengetahui sememangnya adalah sinonem impian menjadi sufi adalah sama halnya seperimana menjiwai kerja sebagai tukang sapu sampah. Sudah pasti penghuni nya menerima berbagai penghinaan dari masyarakat. Kupasti sungguh ini akan mencabar yang mungkin tidak akan sanggup dihadapi kerana semuanya itu akan menjerat hidup ke arah yg sungguh berbaur dengan kekotoran najis, selain bau busuk yg berdesing. Ianya juga sangat menjejas diri peribadi yg tak putus2nya dipandang hina.
Setiap malam ada pelatih istimewa yang akan memimpin untuk berTahajjud. Sementara di sebelah paginya pula penghuni pesantrenku akan membawa penyapu, seusai sholat Subuh; berpakaian musafir, membersihkan sekitaran. Sehingga mereka sendiri tidak percaya, dan lansung sedar, bahawa mereka telah pun terbeban dengan hidup sebagai seorang yang fakir. Dengan ini dapatlah kiranya memberi satu pembuktian dan kesedaran buat mereka yang benar2 ingin menjiwai apa yang selama ini terpendam di hati menjunjung ayat 'Laa Haula Wala', berserah pada Allah secara total sehingga mantap, yaitu - Sufi. Sebenarnya menakhluki status begini, amat besar sekali maknanya dan amat sesuai sekali jika ingin diharungi selaras perjalanan Tasawuf.
Inilah cara 'melebur diri' dalam ertikata hakikat berTauhid, dilempar jauh ke rahang perbendaharaan Alam Ketuhanan. Hidup tiba-tiba menjadi miskin, hiba tapi sungguh terkawal dalam lamunan Taqwa. Sangat tergambar jelas dalam pola pemikiranku nanti, jemaahku akan tergolong di dalam sosok pemberontakkan di zaman teknologi yang serba canggih, dipengaruhi keadaan kehinaan. Namun, menjadi lebih terbongkar dan terkesan pada roh keyakinan batin yang murni. Walau rasanya terkutuk, tersisih, dan mencemar mata masyarakat bangsa, dalam mengertikan realiti kehidupan, tapi ianya terfana ke lembah sifat rendah diri sebagai makhluk Allah.
Moga-moga suatu masa nanti akan terkabullah niat suciku sampai mendapat petunjuk serta hidayah dari Allah. Dan semoga Allah akan memperkenan, mengumpulkan manusia2 yg sealiranku di sekitar kehidupan majmuk para sufi yg pada pandanganku, sungguh aneh tapi menakjubkan. InsyaAllah.
Inilah cara 'melebur diri' dalam ertikata hakikat berTauhid, dilempar jauh ke rahang perbendaharaan Alam Ketuhanan. Hidup tiba-tiba menjadi miskin, hiba tapi sungguh terkawal dalam lamunan Taqwa. Sangat tergambar jelas dalam pola pemikiranku nanti, jemaahku akan tergolong di dalam sosok pemberontakkan di zaman teknologi yang serba canggih, dipengaruhi keadaan kehinaan. Namun, menjadi lebih terbongkar dan terkesan pada roh keyakinan batin yang murni. Walau rasanya terkutuk, tersisih, dan mencemar mata masyarakat bangsa, dalam mengertikan realiti kehidupan, tapi ianya terfana ke lembah sifat rendah diri sebagai makhluk Allah.
Moga-moga suatu masa nanti akan terkabullah niat suciku sampai mendapat petunjuk serta hidayah dari Allah. Dan semoga Allah akan memperkenan, mengumpulkan manusia2 yg sealiranku di sekitar kehidupan majmuk para sufi yg pada pandanganku, sungguh aneh tapi menakjubkan. InsyaAllah.
No comments:
Post a Comment