Imam Muwafuquddien bin Quddamah Al-Maqdisy dlm bukunya "At-Tawwabin" menyebutkan Muhammad bin Ishaq menggambarkan Allah swt berfirman kepada Musa: “Wahai Ibnu Imran! Bahawasanya tidak seorang pun mampu melihatku”, kemudian Musa berkata: “Rabb!! Sesungguhnya tiada sekutu bagiMu. Sesungguhnya setelah doaku melihatMu lalu mati lebih aku sukai daripada aku hidup namun tidak melihatMu. Rabb! Sempurnakanlah nikmat, kurnia dan kebaikanMu dengan mengabulkan apa yang aku minta, sehingga aku mati dengan menapaki jejak itu”.
Kemudian Muhammad bin Ishaq mengatakan: Telah mengkhabarkan kepada kami Dhahak dari Ibnu Abbas, ia berkata: Tatkala Allah melihat kuatnya keinginan Musa untuk Allah mengabulkan permintaannya, Allah pun berkata kepadanya: “Pergi dan lihatlah batu yang ada di kemuncak gunung itu, duduklah di sana, kerana Aku akan turunkan "TenteraKu" di sana, kemudian Musa pun melakukannya, dan tatkala Musa duduk di sana, Allah memperlihatkan kepada dia para "Tentera" Allah yang ada di ketujuh langitNya, Allah perintahkan para Malaikat langit dunia supaya memperlihatkan diri mereka kepada Musa.
Kemudian Muhammad bin Ishaq mengatakan: Telah mengkhabarkan kepada kami Dhahak dari Ibnu Abbas, ia berkata: Tatkala Allah melihat kuatnya keinginan Musa untuk Allah mengabulkan permintaannya, Allah pun berkata kepadanya: “Pergi dan lihatlah batu yang ada di kemuncak gunung itu, duduklah di sana, kerana Aku akan turunkan "TenteraKu" di sana, kemudian Musa pun melakukannya, dan tatkala Musa duduk di sana, Allah memperlihatkan kepada dia para "Tentera" Allah yang ada di ketujuh langitNya, Allah perintahkan para Malaikat langit dunia supaya memperlihatkan diri mereka kepada Musa.
Kemudian muncullah mereka di hadapan Musa, para Malaikat itu bersuara dengan suara sangat tinggi, mereka bertasbih dan bertahlil seperti guruh halilintar yang sangat memekakkan telinga. Setelah itu Allah perintahkan Malaikat penghuni langit kedua, untuk memperlihatkan diri mereka kepada Musa, kemudian merekapun melakukannya. Mereka muncul di hadapan Musa dengan rupa yang berbeza-beza, bentuk dan sayap mereka berbeza-beza pula, di antaranya ada yg berwarna hitam pekat, mereka meninggi keras suara-suara mereka dalam bertasbih. Musa pun tersentak dan berkata: “Ya Rabb! Sesungguhnya aku menyesal dengan permintaanku”.
Tetapi kemudian "pemimpin" Malaikat langit kedua berkata kepada Musa: “Wahai Musa! Bersabarlah untuk dikabulkan permintaanmu, kerana apa yang kamu saksikan sangat sedikit sekali dari kebanyakan apa yg tidak kamu saksikan”. Selanjutnya Allah menyuruh Malaikat langit ketiga untuk turun, kemudian merekapun memperlihatkan diri di hadapan Musa, mereka mengadap Musa dengan rupa, bentuk dan warna yang beraneka ragam lagi, juga dengan jumlah yang tidak dapat dihitung. Warna mereka ada yang menyala-nyala seperti api, mereka bergemuruh bertasbih dan bertahlil. Musa semakin terperanjat, perkiraannya semakin buruk, dan merasa putus asa untuk hidup, tetapi kemudian "pemimpin" Malaikat itu berkata kepada Musa: “Wahai Ibnu Imran! Bersabarlah sampai engkau saksikan sesuatu yang tidak engkau bersabar dalam menyaksikannya."
Tetapi kemudian "pemimpin" Malaikat langit kedua berkata kepada Musa: “Wahai Musa! Bersabarlah untuk dikabulkan permintaanmu, kerana apa yang kamu saksikan sangat sedikit sekali dari kebanyakan apa yg tidak kamu saksikan”. Selanjutnya Allah menyuruh Malaikat langit ketiga untuk turun, kemudian merekapun memperlihatkan diri di hadapan Musa, mereka mengadap Musa dengan rupa, bentuk dan warna yang beraneka ragam lagi, juga dengan jumlah yang tidak dapat dihitung. Warna mereka ada yang menyala-nyala seperti api, mereka bergemuruh bertasbih dan bertahlil. Musa semakin terperanjat, perkiraannya semakin buruk, dan merasa putus asa untuk hidup, tetapi kemudian "pemimpin" Malaikat itu berkata kepada Musa: “Wahai Ibnu Imran! Bersabarlah sampai engkau saksikan sesuatu yang tidak engkau bersabar dalam menyaksikannya."
Kemudian Allah perintahkan Malaikat penduduk langit keempat untuk turun kepada Musa seraya bertasbih kepadaNya. Merekapun turun, warna mereka seperti kilatan api, perilaku mereka dingin seperti salji, mereka mempunyai suara yang sangat tinggi sambil bertasbih dan bertahlil kepada Allah, melebihi tingginya suara Malaikat sebelum ini. Kemudian pemimpin Malaikat itupun berkata kepada Musa: “Wahai Musa! Bersabarlah terhadap apa yang telah engkau minta”. Maka demikianlah berlaku sampai tiba saat Malaikat penghuni langit ketujuh. Mereka turun kepada Musa dengan warna dan bentuk yang berbeza-beza pula.
Kemudian datanglah satu Malaikat membuat silau seluruh Malaikat lainnya, ia datang seolah berpegang tombak hitam, lebih mirip seperti pohon kurma yg sangat tinggi dan besar, lebih terang daripada cahaya matahari, tetapi kemudian Musa menangis, dengan suara meninggi, ia berkata: “Ya Rabb! Ingatlah aku, jangan lupa bahawa aku hambaMu, aku mengira aku tidak akan selamat dari apa yang sudah aku saksikan. Jika aku keluar maka aku akan terbakar, dan jika aku tetap di sini aku akan mati.” Tetapi kemudian pemimpin Malaikat berkata: “Sungguh engkau kelihatan sangat dipenuhi rasa takut, bahkan hatimu sendiri seolah berserabut, tapi inilah hal yg kamu ingin saksikan dgn duduk di sini.”
Kemudian datanglah satu Malaikat membuat silau seluruh Malaikat lainnya, ia datang seolah berpegang tombak hitam, lebih mirip seperti pohon kurma yg sangat tinggi dan besar, lebih terang daripada cahaya matahari, tetapi kemudian Musa menangis, dengan suara meninggi, ia berkata: “Ya Rabb! Ingatlah aku, jangan lupa bahawa aku hambaMu, aku mengira aku tidak akan selamat dari apa yang sudah aku saksikan. Jika aku keluar maka aku akan terbakar, dan jika aku tetap di sini aku akan mati.” Tetapi kemudian pemimpin Malaikat berkata: “Sungguh engkau kelihatan sangat dipenuhi rasa takut, bahkan hatimu sendiri seolah berserabut, tapi inilah hal yg kamu ingin saksikan dgn duduk di sini.”
Kemudian Jibril, Mikail dan Israfil serta seluruh Malaikat penduduk ketujuh langit itu turun, menyusul sebuah Arasy dan Kursi, mereka menyeru Musa: “Wahai yang punya kesalahan, anak yang salah! Apa yang menyebabkan kamu sampai kepada keinginan ini? Dan bagaimana mungkin engkau berani mohon kepada Tuhanmu untuk melihatNya.” Musa menangis dengan kedua lututnya bergetar, seolah sendi2nya terlepas. Namun tatkala Allah melihat hambaNya seperti itu, Allah memperlihatkan ZatNya, berdiri di atas ArasyNya sehingga hati Musa menjadi tenang. Selanjutnya Israfil berkata: “Wahai Musa! Demi Allah sesungguhnya kami adalah pemimpin dari sekalian Malaikat, sekalipun kami tidak pernah mengarahkan pandangan kami tehadap Arasy semenjak kami diciptakan kerana takut. Maka apakah gerangan yang membuatkan engkau berani untuk melakukan ini?”
Kemudian Musa menjawab: “Wahai Israfil (dlm keadaan tenang) aku lebih mencintai Tuhanku sepanjang aku ketahui.” Dengan itu Allah menurunkan Wahyu kepada sekalian penduduk langit: “Sesungguhnya Aku akan memperlihatkan ZatKu di sebuah gunung”. Kemudian langit-langit, bumi, gunung-gunung, matahari, bulan, bintang, awan, syurga, neraka, Malaikat, lautan menjadi gementar dan tersungkur bersujud. Sampai akhirnya Musa melihat bukit itu, dijelaskan dalam Surah Al-A'raf ayat 143 yang bermaksud: “Dan tatkala Nabi Musa datang pada waktu yang Kami telah tentukan itu, dan Tuhannya berkata-kata dengannya, maka Nabi Musa (merayu dengan) berkata: "Wahai Tuhanku! Perlihatkanlah kpdku (ZatMu Yang Maha Suci) supaya aku dapat melihatMu”.
Kemudian Musa menjawab: “Wahai Israfil (dlm keadaan tenang) aku lebih mencintai Tuhanku sepanjang aku ketahui.” Dengan itu Allah menurunkan Wahyu kepada sekalian penduduk langit: “Sesungguhnya Aku akan memperlihatkan ZatKu di sebuah gunung”. Kemudian langit-langit, bumi, gunung-gunung, matahari, bulan, bintang, awan, syurga, neraka, Malaikat, lautan menjadi gementar dan tersungkur bersujud. Sampai akhirnya Musa melihat bukit itu, dijelaskan dalam Surah Al-A'raf ayat 143 yang bermaksud: “Dan tatkala Nabi Musa datang pada waktu yang Kami telah tentukan itu, dan Tuhannya berkata-kata dengannya, maka Nabi Musa (merayu dengan) berkata: "Wahai Tuhanku! Perlihatkanlah kpdku (ZatMu Yang Maha Suci) supaya aku dapat melihatMu”.
Allah berfirman: "Engkau tidak sekali-kali akan sanggup melihatKu, tetapi pandanglah ke gunung itu, maka kalau ia tetap berada ditempatnya, nescaya engkau akan dapat melihatKu.” Setelah Tuhannya "Tajalla" (menzahirkan kebesaranNya) kepada gunung itu, (maka) "TajallaNya" menjadikan gunung itu hancur lebur dan Nabi Musa pun jatuh pingsan. Setelah ia sedar semula, berkatalah ia: "Maha Suci Engkau (wahai Tuhanku), aku bertaubat kepadaMu, dan akulah orang yang awal pertama beriman (pada zamanku)”. Iaitu Musa menjadi "mati" disebabkan Cahaya Keagungan Tuhannya, kemudian ia jatuh terbaring di atas sebuah batu, dan batu itu dibalikkan, kemudian batu itu menjadi seperti kubah supaya Musa tidak terbakar.
Ketika itu Allah mengutus Malaikat Jibril kemudian Jibril membalikkan batu itu untuk Musa berbaring di atas itu. Kemudian Musa sedar kembali, ia berkata: “(Maha Suci Engkau wahai Tuhanku, aku bertaubat kepadaMu) maksudnya bertaubat dari kelancangan untuk melihat Allah, kemudian berucap: 'Dan akulah orang yang awal pertama beriman (pada zamanku) iaitu akulah orang yg pertama beriman bahawa tidak ada seorangpun yang melihat Zat Allah kecuali ia akan mati. Dikatakan juga: akulah yang pertama beriman bahawa tidak akan ada yang dapat melihat-Mu di dunia.” Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment