Thursday, August 11, 2016

MAHABBAH

Seseorang telah mengajukan soalan soalan berikut kepada Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily rah:

1. Apakah yang disebut minuman Cinta?
2. Apa gelas piala Cinta?
3. Siapa sang peminum?
4. Apakah rasa minumannya?
5. Siapakan para peminum sejati?
6. Apakah rasa segar minuman?
7. Apakah yang disebut mabuk Cinta?
8. Apa pula sadar dari mabuk itu?

Syeikh Abul Hasan asy-Syadzili menjawab: Minuman Cinta adalah Cahaya yang cemerlang berkalian dari Kemahaindahan Sang Kekasih. Gelas pialanya adalah kelembutan yang menghubungkan ke bibir-bibir hati. Sang peminum adalah pihak yang mendapat limpahan agung kepada orang-orang istimewa seperti Para Auliya dan hamba-hambaNya yang soleh. 

Allah Yang Maha Tahu kadar kepastian dan kebajikan bagi kekasih-kekasihNya. Sang Peminum adalah pecinta yang dibukakan keindahan cinta itu dan menyerap minuman nafas demi nafas jiwa. Rasa minuman adalah rasa dibalik orang yang terdendam rindunya ketika hijab diturunkan. Sang peminum sejati adalah pecinta yang meneguk arak cinta itu, sejam dua jam. 

Rasa segar peminuman cinta adalah bagi orang yang dilimpahi arak cinta dan terus menerus meminum nya hingga kerongkongan penuh sampai ke urat nadinya. Cahaya Allah ada dibalik minuman yg melimpah itu. Mabuk Cinta adalah ketika seseorang hanyut dalam rasa dan hilang akal, tidak mengerti apa yang dikatakan dan diucapkan padanya. 

Sadar dari mabuk cinta, adalah situasi sadar ketika gelas piala minuman cinta dikelilingkan, di hadapan mereka berbagai kondisi rohani silih berganti, lalu kembali pada zikir dan ketaatan, tidak terhijab oleh sifat2 dgn berbagai ragam kadar yg ada, itulah yg disebut sebagai waktu sadar cinta, ketika pandangannya meluas melintas batas dan pengetahuannya semakin bertambah.

Mereka berada di bintang-bintang pengetahuan, berada di rembulan Tauhid, untuk menjadi petunjuk ketika malam menjadi gelita. Mereka dengan matahari Makrifat, mencerahi padang harinya. Mereka itulah yang disebut Hizbullah (Pasukan2 Allah) dan ingatlah bahwa Hizbullah itulah yang menang.” (Al-Mujadilah: 22).


No comments:

Post a Comment