Menurut Imam Asy-Syadzili, jalan tasawuf itu bukanlah jalan kerahiban, menyendiri di gua, meninggalkan tanggung jawab sosial, tampak miskin menderita, memakan makanan sisa, pakaian compang-camping, buat-buat gila dan sebagainya. Tetapi, jalan sufi adalah jalan kesabaran dan keyakinan dalam petunjuk Ilahi. Allah SWT berfirman, “Dan, Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar (dalam menegakkan kebenaran) dan mereka meyakini ayat-ayat Kami. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada hari Kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya.” (QS As-Sajadah [32]: 24-25)
Imam Asy-Syadzili mengatakan, “Pelabuhan (tasawuf) ini sungguh mulia, padanya lima perkara, yakni: sabar, takwa, wara’, yakin dan makrifat. Sabar jika ia disakiti, takwa dgn tidak menyakiti, bersikap wara’ terhadap yg keluar masuk dari sini—beliau menunjuk ke mulutnya—dan pada hatinya, bahwa tidak menerobos masuk ke dalamnya selain apa yg dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, serta keyakinan terhadap rezeki (yang diberikan Allah) dan bermakrifat terhadap Al-Haqq, yang tidak akan hina seseorg bersama nya, kepada siapa pun dari makhluk. Allah SWT berfirman, “Bersabarlah (Hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dgn pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah engkau bersempit dada terhadap apa yg mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta org2 yg bertakwa dan org2 yg berbuat kebaikan.” (QS An-Nahl [16]: 127-128)
Imam Asy-Syadzili juga mengatakan, “Org yg berakal adalah org yg mengenal Allah, apa-apa yg Dia kehendaki atasnya dan apa yg berasal darinya secara syariat. Dan, hal yang Allah inginkan dari seorang hamba adalah empat perkara: adakalanya berupa nikmat atau cobaan, ketaatan ataupun kemaksiatan.
- Jika engkau berada dalam kenikmatan, maka Allah menuntutmu untuk bersyukur secara syariat.
- Jika Allah menghendaki cubaan bagimu, maka Dia menuntutmu untuk bersabar secara syariat.
- Jika Allah menghendaki ketaatan darimu, maka Allah menuntutmu untuk bersaksi atas anugerah dan taufik-Nya secara syariat dan…
- Jika Dia menghendaki kemaksiatan dirimu, maka Allah menuntut dirimu untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya dengan penyesalan mendalam secara syariat.
Siapa yg mengerti 4 perkara ini dtg dari Allah dan melakukan apa yg Allah cintai darinya secara syariat, maka dia adalah hamba yg sebenar2nya. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yg ketika diberi lalu ia bersyukur, jika ditimpa cubaan dia bersabar, jika dia menzalimi lalu meminta ampun dan jika dia dizalimi lalu memaafkan.” Kemudian Rasul terdiam… Para sahabat pun hairan dan bertanya, “Ada hal apa, wahai Rasulullah?”
Kemudian Rasul pun menjawab, “Merekalah org2 yg mendapat keamanan dan mereka adalah org2 yg mendapat petunjuk.” Dlm ungkapan sebahagian dari mereka menyebutkan, “Tidak akan dianggap mudah melakukan itu, kecuali bagi seorg hamba yg memiliki cinta. Dia tidak mencintai kecuali krn Allah semata atau mencintai apa yg Allah perintahkan sbg syariat agamanya.” (Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili dlm kitab Durrat Al-Asrar wa Tuhfat Al-Abrar karya Muhammad Ibn Abi Qasim Al-Humairi).
Kemudian Rasul pun menjawab, “Merekalah org2 yg mendapat keamanan dan mereka adalah org2 yg mendapat petunjuk.” Dlm ungkapan sebahagian dari mereka menyebutkan, “Tidak akan dianggap mudah melakukan itu, kecuali bagi seorg hamba yg memiliki cinta. Dia tidak mencintai kecuali krn Allah semata atau mencintai apa yg Allah perintahkan sbg syariat agamanya.” (Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili dlm kitab Durrat Al-Asrar wa Tuhfat Al-Abrar karya Muhammad Ibn Abi Qasim Al-Humairi).
No comments:
Post a Comment