Tuesday, July 5, 2016

MENGENANG RIWAYAT SINGKAT ABAH ANOM

LAHIRNYA ABAH ANOM: Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin atau lebih dikenali dgn panggilan Abah Anom dilahirkan di Pondok Pesantren Suryalaya Kampung Godebag Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Tasikmalaya pada tanggal 1 Januari 1915 dari rahim Hajjah Juhriyah dgn nama kecil Shohib. Abah Anom merupakan anak kelima dari pendiri pondok pesantren Suryalaya Syekh Abdullah Mubarok Bin Nur Muhammad, yang merupakan Mursyid Thoriqot Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) ke 36 dari Syekh Tholhah Kalisapu Cirebon.

PENDIDIKAN ABAH ANOM

1) Antara Tahun 1923-1928: Dimulai pada usia 8 th Shohib muda (Abah Anom) sekolah di Vervolig School (semacam sekolah dasar) di Ciamis.

2) Antara Tahun 1928-1930: Shohib muda masuk sekolah menengah semacam Tsanawiyah di Ciawi Tasikmalaya.

3) Antara Tahun 1930-1931: Shohib muda belajar ilmu fiqh di Pesantren Cicariang Cianjur dan mendapat kan ijazah "Harupat Tujuh", yaitu suatu istilah dlm tulis menulis huruf Arab, Al-Quran dan Hadits.

4) Antara Tahun 1931-1933: Shohib Muda melanjutkan belajar fiqh madzhab Syafi'i, nahwu, shorof dan balagoh di Pesantren Jambudwipa Cianjur.

5) Antara Tahun 1923-1925: Shohib muda belajar di Pesantren Gentur Cianjur pada Ajengan Syatibi, 
seorang ulama ahli fiqh, kalam, tafsir, hadits, nahwu, shorof dan balaghoh. Siang hari belajar pada putra Ajengan Syatibi, dan malam harinya berguru langsung kepada Ajengan Syatibi.

6) Antara Tahun 1935-1937: Shohib muda melanjutkan belajar di Pesantren Cireungas Cimalati Sukabumi pada Kiyai Aceng Mumu, putra dari Ajengan Sindanghayu Nyalindung Sukabumi atau dikenal juga sebagai Ajengan Cikaret, yg terkenal sebagai ahli tarekat yang diaplikasikan pada ilmu silat. Pada kiayi Aceng Mumu ini, Shohib muda memperoleh berbagai ilmu, yg di antaranya ilmu hikmat, silat, berburu hewan liar di hutan, ilmu bangunan, hingga ilmu dalam mengelola & memimpin sebuah pesantren.

WAKIL TAKQIN TERMUDA: Abah Anom diangkat sbg wakil talqin pada usia 18 tahun. Pada usia ini, Shohib muda telah banyak menguasai ilmu2 agama Islam yg relatif tinggi. Tetapi kehausannya utk menuntut ilmu belum terpuaskan, maka beliau tetap menuntut ilmu, yg di antaranya adalah kegemarannya menuntut ilmu silat semakin beliau perdalam dgn berguru kad H. Junaedi di Pesantren Citengah Panjalu Ciamis, seorg guru yg ahli ilmu alat, silat dan hikmat dan pada usia tersebut, Shohib muda diangkat oleh Syekh Abdullah Mubarok Bin Nur Muhammad (Abah Sepuh) sbg wakil talqinnya utk mengajarkan zikir kepada org yg berniat mengamalkan TQN jalur Syekh Thalhah. Tujuh Bulan Di Tanah Haram.

SEMPRONG BULAO: Semprong Bulao adalah kapal laut milik perusahaan Belanda yg membawa Shohib muda melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah pada usia 23 thn setelah menikah dengan Euis Siti Ruyanah. Pada bulan Ramadan, Shohib Muda rajin mengikuti pengajian "bandongan" tafsir dan hadits di Masjidil Haram yg disampaikan oleh guru-guru dari Mekah ataupun dari Mesir. Juga beliau mengikuti mudzakarah Kitab Sirrul Asror dan Kitab Ghoniyatuth Tholibin karya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani yg disampaikan oleh Syekh Romli, salah seorg wakil talqin TQN yg diangkat oleh Abah Sepuh dan menetap dan mendirikan Ribath Naqsyabandi di Jabal Qubaisy Mekah. Di Tanah Haram tersebut, Shohib Muda telah mempunya pengalaman yg mendalam dalam keagamaan, dengan terbukti ia mampu menguasai tafsir, hadits, fiqh, kalam & tasawuf.

MEMBANTU ABAH SEPUH MEMIMPIN PONDOK PESANTREN SURYALAYA: Sepulangnya dari Mekah pada tahun 1939, Shohib muda membantu ayahandanya Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad dalam memimpin Pondok Pesantren Suryalaya. Kemampuannya dalam memimpin pesantren sangat mengagumkan dengan pemahaman yg mendalam dalam tafsir, hadits, fiqih, kalam dan tasawuf, serta kefasihannya dlm berbahasa Arab, Indonesia, Jawa dan sangat cindekia dlm budaya, bahasa dan sastra Sunda melebihi kepandaian sarjana sastra sunda manapun pada masa itu, sehingga dlm penyampaian berbahasanya mampu mencapai kepada retorika yang hebat, membuat para pendengarnya mau menerima apa yg disampaikannya di dalam lubuk hati mereka masing2 yg paling dalam, dan saat itu pula nama "Ajengan Shohib" jadi buah bibir org2 sebagai seorang kiyai yg piawai dan pembantu utama Syekh Mursyid Abdullah Mubarok dari Suryalaya, walaupun pada masa tahun 1939-1945 pemerintah Kolonial masih berkuasa sampai masuk pendudukan Jepang dan diteruskan dgn masa genting pemberontakan DI/TII. Juga fitnah yang berkembang bahwa agama islam yg diajarkan di Suryalaya telah menyeleweng dari islam yg sebenarnya, merupakan masa-masa yg sulit bagi Ajengan Shohib dalam pengembangan pesantren & TQN yg dikembangkan olehnya, tetapi tidaklah jadi penghalang utk terus berjalan menyeru kpd La Ilaha Illalloh sampai kepada waktu sekarang.

NAMA ABAH SEPUH DAN ABAH ANOM MULAI DISEBUT ORANG: Abah Anom diangkat Mursyid TQN pada usia 35 tahun. Sebutan Abah Sepuh kepada Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad alias Mama Ajengan Godebag, dan sebutan Abah Anom kepada Kiyai Haji Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin alias Ajengan Shohib, mulai terdengar di antara tahun 1950-1952, pada saat estafet Kemursyidan TQN Suryalaya di th 1950 di terima oleh Ajengan Shohib yg pada saat itu berusia 35 th dari Mama Ajengan Godebag yg pada saat itu berusia 116 tahun. Dari perbedaan umur yg menyolok itulah maka dua sebutan "Abah" kepada dua Mursyid dgn lafal etnik Sunda diberlakukan utk membedakan Mursyid Tua dgn sebutan "Abah Sepuh" kpd Mama Ajengan Godebag dan Mursyid Muda dgn sebutan "Abah Anom" kepada Ajengan Shohib sampai kepada waktunya pendiri Pesantren Suryalaya yg didirikan pada tanggal 5 September 1905 dan sbg Mursyid TQN Suryalaya yg ke 36 yg terkenal dgn nama Mama Ajengan Godebag dan bergelar Abah Sepuh Syekh Abdullah Mubarak Bin Nur Muhammad itu meninggal pada tanggal 25 Januari 1956 pada usia 120 tahun di rumah keluarga H. Sobari di Cihideung Tasik. Dan di lidah2 murid TQN, sebutan Abah Sepuh dan Abah Anom tetap disebut beriringan sampai masa sekarang dan sampai pada masa yg akan datang yg sampai pada masa berakhir ajal2 seseorang dtg menjelang.

ABAH ANOM YANG PEDULI TERHADAP AGAMA DAN NEGARA: Abah Anom gigih meyebarkan ajaran Islam melalui TQN. Pondok Pesantren Suryalaya, dengan kepemimpinan Abah Anom, tampil sebagai pelopor pembangunan perekonomian rakyat lewat pembangunan irigasi utk meningkatkan pertanian, membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Dalam perjalanannya, Pondok Pesantren Suryalaya tetap konsisten kepada Tanbih, wasiat Abah Sepuh yang diantara isinya adalah taat kepada perintah agama dan negara, maka Pondok Pesantren Suryalaya tetap mendukung pemerintahan yang sah dan selalu berada di belakangnya. Di samping melestarikan & menyebarkan ajaran agama Islam melalui metode TQN, Abah Anom juga sangat konsisten terhadap perkembangan & kepentingan masyarakat, maka sejak thn 1961 didirikanlah Yayasan Serba Bakti dengan berbagai lembaga di dalamnya, termasuk juga pendidikan formal, mulai TK, SMP Islam, SMU, SMK, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Aliyah kegamaan, Perguruan Tinggi (IAILM) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Latifah Mubarokiyah serta Pondok Remaja Inabah.

Didirikannya Pondok Remaja Inabah sebagai wujud perhatian Abah Anom terhadap kebutuhan umat yg sedang tertimpa musibah. Berdirinya Pondok Remaja Inabah membawa hikmah, di antaranya menjadi jembatan emas untuk menarik masyarakat luas, para pakar ilmu kesehatan, pendidikan, sosiologi, & psikologi, bahkan pakar ilmu agama mulai yakin bahwa agama Islam dengan berbagai disiplin Ilmunya, termasuk juga tasawuf dan tarekat, mampu merehabilitasi kerusakan mental & membentuk daya tangkal yg kuat melalui pemantapan keimanan dan ketakwaan dgn pengamalan TQN. Sepulangnya melaksana kan ibadah haji, istri tercinta Hj. Euis Siti Ru'yanah menderita sakit pada tahun 1974-1978 sampai wafatnya. 

Tetapi kesedihan tak mengurungkan semangatnya utk mengembangkan ajaran TQN, dengan terbukti semakin semaraknya La Ilaha Illallah di tiap tempat di wilayah Negara Kesatuan RI dan manca negara, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Australia & di belahan bumi yang lain, dengan dibantu oleh para Wakil Talqinnya, Mubaligh, Sesepuh Ikhwan dan tokoh2 lainnya dari setiap golongan kemasyarakatan, yang bahu membahu dengan gigih mengembangkan TQN Suryalaya hingga dikenal & dipandang oleh mata dunia luas. Pada tahun 1978, Abah Anom mempersunting seorang wanita solehah yang bernama Yoyoh Sofiah dan dikaruniai seorg putra yg diberi nama Ujang Muhammad Qodiri Mubarok, dan semakin bersinarlah tempat terbitnya matahari ma'rifat Pondok Pesantren Suryalaya. Dlm melaksana kan tugas sehari-hari, Abah Anom menunjuk tiga orang pengelola, yaitu KH. Noor Anom Mubarok BA, KH. Zaenal Abidin Anwar, & H. Dudun Nursaiduddin sebagai "Pengemban Amanah" Abah Anom.

Sumber: Buku Thoriqot Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (Sejarah, Asal-Usul & Perkembangannya) Edisi Ulang Tahun Pondok Pesantren Suryalaya Ke-85 (1990) Yg Diterbitkan Oleh Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Pada Tahu 1990.

No comments:

Post a Comment