Friday, July 15, 2016

NIKMAT CINTA DAN RINDU

Pada zaman Baginda Nabi Muhammad saw setiap masuk waktu solat, maka yg mengumandangkan azan adalah Bilal bin Rabah (ra). Bilal dipilih kerana memiliki suara yg indah. Beliau lelaki berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara emas yg khas. Posisinya semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja atau saat keluar kota bersama Nabi. Krn beliau tak pernah berpisah dgn Nabi, kemana pun Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah Taala pada awal 11 Hijrah.  Semenjak itulah Bilal menyatakan diri tidak akan mengumandangkan azan lagi. 

Ketika Khalifah Abu Bakar Ra. memintanya utk jadi muazzin kembali, dgn hati pilu Bilal berkata: “Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan muazzin siapa2 lagi.” Abu Bakar terus mendesaknya, dan Bilal pun bertanya: “Dahulu, ketika engkau membebaskanku dari siksaan Umayyah bin Khalaf. Apakah engkau membebas kanku kerana dirimu atau krn Allah?.” Abu Bakar Ra. hanya terdiam. “Jika engkau membebaskanku krn dirimu, maka aku bersedia jadi muaazinmu. Ttpi jika engkau dulu membebaskanku krn Allah, maka biar kan aku dgn keputusanku.” Dan Abu Bakar Ra. pun tak dapat lagi mendesak Bilal Ra. utk kembali mengumandangkan azan. 

Kesedihan sbb ditinggal wafat Nabi Saw., terus mengendap di hati Bilal Ra. Setiap lorong dan jalan di Madinah memberi kenangan beliau bersama Rasulullah saw dan kini baginda sudah tiada lagi. Kesedihan itu yg mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam dan kemudian tinggal di Homs, Syria. Lama Bilal Ra tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi Saw hadir dlm mimpi Bilal dan menegurnya: “Ya Bilal, wa maa hadzal jafa’? Hai Bilal, knp engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?.” Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah utk ziarah pada Nabi. 

Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi. Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Nabi Saw., pada sang kekasih. Saat itu, dua pemuda yg telah beranjak dewasa mendekatinya. Keduanya adalah cucunda Nabi Saw, Hassan dan Hussein. Dgn mata yg sembab oleh tangisan, Bilal yg kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi Saw itu. Salah satu dari keduanya berkata kpd Bilal Ra.: “Wahai Bilal, mahukah engkau sekali saja melaungkan azan buat kami? Kami ingin mengenang datuk kami.” Ketika itu, Umar bin Khattab yg telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu dan beliau juga memohon Bilal utk melaungkan azan, meski sekali saja.

Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat waktu solat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia azan pada masa Nabi Saw masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan azan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktiviti terhenti, semua terkejut, suara yg telah bertahun2 hilang, suara yg mengingatkan pada manusia agung, suara yg begitu dirindukan, itu telah kembali. Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh isi kota Madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan para gadis dlm pingitan mereka pun keluar. Dan saat bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yg sgt memilukan. 

Semua menangis, teringat masa2 indah bersama Nabi, Umar bin Khattab yg paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan azannya, lidahnya kelu diiringi oleh air mata yg berderai.  Hari itu, Madinah mengenang masa saat masih ada Nabi Saw. Tak ada pribadi agung yg begitu dicintai spt Nabi Saw. Dan azan itu, azan yg tak bisa dirampungkan itu, adalah azan pertama sekaligus azan terakhir nya Bilal Ra, semenjak Nabi Saw wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan azan, sbb kesedihan yg sgt segera mencabik2 hatinya mengenang seseorang yg karenanya dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi. Semoga kita dapat merasakan nikmatnya Rindu dan Cinta seperti yg Allah karuniakan kpd Sahabat Bilal bin Rabah Ra. Amin.

No comments:

Post a Comment