Wednesday, February 3, 2016

ILMU TAUHID

Istilah Ilmu Tauhid berasal dari Iman, yang menjadi salah satu sumber (asal) ajaran agama Islam (Iman, Islam dan Ihsan). Iman bermakna kepercayaan, Islam berarti berserah diri dalam aturan Allah, dan dengan Ihsan mempercantik jiwa dalam beribadah (selalu merasa melihat Allah atau Allah melihat kita). Pada masa Rasul belum terbentuk formula ketiga ilmu tersebut,[1] ajaran Islam hanya dalam bentuk praktis. Hingga pada masa tabi’it tabi’in barulah umat memmerlukan formula keilmuannya.[2] Pada masa abad ke-3 lahir ilmu tauhid sebagai pengembangan dari ajaran Iman. Kemudian selain itu para Ulama-ulama banyak membahas secara intensif ajaran Iman, Islam, dan Ihsan. Ada pula yang membahas secara langsung melalui sumbernya seperti Ilmu Tafsir dan Ulumul Hadits serta mushthalahnya. Dari perkembangan kondisi umat saat itu lahir pula Ilmu Tauhid yang juga dinamakan Ushuluddin (pokok-pokok agama), atau Ilmu Kalam. Imam Abu Hanifah menyebutnya dengan Fiqhul Akbar.

Yang paling pokok dari ajaran Tauhid adalah mengesakan Allah, meski di dalamnya membahas pokok lainnya seperti Rasul, Hari Akhir. Mempelajari Ilmu Tauhid hukumnya Fardhu Ain. Ilmu mentauhidkan Allah dibagi menjadi 3 wilayah (dimensi).

1). Pertama: mentauhidkan Allah dalam dimensi Uluhiyyah. Uluhiyyah diambil dari kata إِلٰه Ilah (sembahan), artinya yang diibadahi, dan pengertian selanjutnya berarti yang ditaati. Tauhid Uluhiyyah mengandung pengertian mengesakan Allah bahwa Allah adalah satu-satunya yang haq untuk disembah, kemudian ditaati. Yang disebut menyembah dan beribadah adalah sebagai bentuk tunduk kepada Allah. Seluruh ibadah harus ditujukan kepada Allah. Misalnya ketika datang ke masjid (ingin menunaikan solat), dimaksudkan untuk memenuhi panggilan-Nya.

Yang disebut ikhlas kepada Allah bukanlah semata-mata ibadah yang dikhususkan kepada Allah tanpa niat lainnya. Maksudnya apabila ada niat-niat yang baik lain dalam pandangan Allah hal itu merupakan bahagian amal yang ikhlas. Misalnya berada di masjid dalam rangka menuntut ilmu dengan niat menghilangkan kebodohan, bersilaturahim, i’tikaf di masjid, maka niat-niat itu merupakan bahagian dari amaliyyah yang diperintahkan dan bisa menjadi bahagian dari niat utama ibadah kepada Allah.

Niat ‘mudah-mudahan dengan duduk di masjid ini keluarga diberkahkan rizqinya’ merupakan di antara niat baik yang menginduk kepada keikhlasan kepada Allah. Jika niatnya ditujukan kepada selain Allah dan tidak baik di sisi Allah maka hancurlah ibadahnya itu. Misalnya ke masjid agar dipandang mulia dalam pandangan manusia, melaksanakan ibadah haji/umroh untuk menaikkan status sosialnya, dan lain-lain.
Itulah kajian Tauhid Uluhiyyah, mengesakan Allah dari dimensi sembahan (Allah satu-satunya sembahan), Allah yang diibadahi.

Permasalahan lainnya apakah mentaati selain Allah dikatakan sebagai syirik? Maksud mentauhidkan Allah dari sisi Uluhiyyah adalah hakikatnya (i’tibar atau ta’alluq haqiqiyyah). Allah mengajarkan kepada manusia membangun ketaatan, misalnya anak taat kepada orang tuanya, istri taat kepada suami, rakyat kepada pemimpinnya. Dalam ilmu Tauhid ketaatan ini disebut ketaatan majaziyyah. Taat tersebut bersifat lahiriyyah saja, tapi hakikatnya kepada Allah. Jelasnya, Ibadah, taat, ta’zhim kepada Allah bersifat hakikat, sedangkan perintah taat kepada sesama makhluk bersifat majaziyyah.

2). Kedua: mentauhidkan Allah dalam dimensi Rububiyyah, bahwa Allah satu-satunya yang mencipta, mengurus, memelihara. Tidak hanya bumi dan langit, meja, kursi, mobil, semuanya diciptakan Allah (secara hakikat). Secara majazi yang menciptakan meja, kursi, mobil adalah manusia. Disebut majazi, kerana apabila dicabut ruh, tenaga atau ilmunya tidak akan mampu membuatnya. Manusia bisa mencipta atau memelihara tapi bersifat majaziyyah.

Dalam Al-Quran disebutkan peran beberapa malaikat yang hebat sehingga Allah bersumpah dengannya, Demi yang mencabut dengan keras, dan yang mencabut dengan lemah-lembut, dan yang turun dari langit dengan cepat, dan yang mendahului dengan kencang, dan yang mengatur urusan. (Q.S. An-Nazi’at: 1-5). Malaikat yang mencabut nyawa dan pengatur bersifat majazi pula.

3). Ketiga: mentauhidkan Allah melalui Sifat-sifat-Nya. Misalnya الرَّحْمٰن Ar-Rahman, yang mengasihnya Allah bersifat mutlak, memiliki kekuasaan yang penuh, tidak terbatas. Manusia memiliki sifat pengasih pula, tapi muqayyad (terbatas). Dalam keadaan bangkrut manusia tidak bisa mengasihi. Ar-Rahim Allah bersifat mutlak. Manusia menyayangi bersifat terbatas, pada waktu dan kondisi tertentu. Al-Ghofur, Pengampun. Ada seorang yang sejak baligh hingga usia 62 tahun melakukan dosa dan kezhaliman, kemudian dalam satu tahun ia bertaubat dan mengisi sisa umurnya dengan kebaikan dan ibadah. Maka turunlah ampunan Allah itu, menghapus keburukan umur di tahun-tahun sebelumnya. Manusia memiliki keterbatasan dalam mengampuni seseorang.

Al-Qohhar, Sang Pemaksa. Memaksanya tanpa batas (mutlak). Jika sudah datang sifat Al-Qohhar, jagad raya pun hancur. Manusia terbatas memaksa.Orang tua boleh memaksa anaknya tapi tidak orang lain. Pemimpin lokal tidak bisa memaksa di luar bawahannya. Demikian pula sifat Allah yang diberikan kepada Rasul berupa Ro-uuf dan Rohiim [belas kasih dan penyayang].[3] Sifat Ro-uuf dan Rohiim yang ada pada diri Nabi sebagai makhluk adalah muqoyyad (terbatas) tapi Allah tak terbatas dalam sifat tersebut.

Ilmu Tauhid

Tanya: Apakah ilmu tauhid itu?

Jawab: Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas pengokohan keyakinan-keyakinan agama Islam dengan dalil-dalil naqli maupun aqli yang pasti kebenarannya sehingga dapat menghilangkan semua keraguan, ilmu yang menyingkap kebatilan orang-orang kafir, kerancuan dan kedustaan mereka. Dengan ilmu tauhid ini, jiwa kita akan kokoh, dan hatipun akan tenang dengan iman. Dinamakan ilmu tauhid kerana pembahasan terpenting di dalamnya adalah tentang tauhidullah (mengesakan Allah). Allah swt berfirman:

أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar, sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (13:19).

Bidang Pembahasan Ilmu Tauhid

Tanya: Apa saja yang dibahas dalam ilmu tauhid?

Jawab: Ilmu tauhid membahas beberapa hal yaitu:

Iman kepada Allah, tauhid kepada-Nya, dan ikhlash beribadah hanya untuk-Nya tanpa sekutu apapun bentuknya. Iman kepada Rasul-Rasul Allah para pembawa petunjuk Ilahi mengetahui sifat-sifat yang wajib dan pasti ada pada mereka seperti jujur dan amanah, mengetahui sifat-sifat yang mustahil ada pada mereka seperti dusta dan khianat, mengetahui mu’jizat dan bukti-bukti kerasulan mereka, khususnya mu’jizat dan bukti-bukti kerasulan nabi kita Muhammad saw. Iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT kepada para Nabi/Rasul sebagai petunjuk bagi hamba-hamba-Nya sepanjang sejarah manusia yang panjang. Iman kepada malaikat, tugas-tugas yang mereka laksanakan, dan hubungan mereka dengan kita di dunia dan akhirat. Iman kepada hari akhir, apa saja yang dipersiapkan Allah sebagai balasan bagi orang-orang mukmin (surga) maupun orang-orang kafir (neraka). Iman kepada takdir Allah yang Maha Bijaksana yang mengatur dengan takdir-Nya semua yang ada di alam semesta ini.
Allah swt berfirman:

“آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ

Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (2:285).

Rasulullah SAW ditanya tentang iman, beliau menjawab:

أنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.

Iman adalah engkau membenarkan dan meyakini Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan taqdir baik maupun buruk. (HR. Muslim).

Kedudukan Ilmu Tauhid Diantara Semua Ilmu

Tanya: Bagaimana kedudukan ilmu tauhid diantara ilmu-ilmu yang lain?

Jawab: Kemuliaan setiap ilmu tergantung kemulian tema yang dibahasnya. Ilmu kedokteran lebih mulia dari teknik perkayuan, kerana teknik perkayuan membahas seluk beluk kayu, sedangkan kedokteran membahas tubuh manusia. Begitu pula dengan ilmu tauhid, ia paling mulia kerana pembahasannya adalah sesuatu yang paling mulia. Adakah yang lebih agung selain Pencipta alam semesta ini?! Adakah manusia yang lebih suci daripada para Rasul Adakah yang lebih penting bagi manusia selain mengenal Rabb dan Penciptanya, mengenal tujuan keberadaannya di dunia, untuk apa ia diciptakan, dan bagaimana nasibnya setelah ia mati??!

Dan ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman sekaligus yang terpenting dan paling utama.

Kewajiban Mempelajarinya

Tanya: Apakah hukum mempelajari ilmu tauhid itu fardhu ‘ain ataukah fardhu kifayah?

Jawab: Hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim dan muslimah sampai ia betul-betul memiliki keyakinan dan kepuasan hati serta akal bahwa ia berada di atas agama yang benar. Sedangkan mempelajari lebih dari itu hukumnya fardhu kifayah, artinya jika telah ada yang mengetahui, yang lain tidak berdosa. Allah swt berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah. (47:19).

Al-Quran adalah Kitab Tauhid Terbesar

Tanya: Sejauh mana perhatian Al-Quran terhadap ilmu tauhid?

Jawab: Sesungguhnya pembahasan utama dalam Al-Quran adalah tauhid. Anda tidak akan menemukan satu halamanpun yang tidak mengandung ajakan untuk beriman kepada Allah, rasul-Nya, atau hari akhir, malaikat, kitab-kitab yang diturunkan Allah, atau taqdir yang diberlakukan bagi alam semesta ini. Bahkan dapat dikatakan bahwa hampir seluruh ayat Al-Quran yang dirunkan sebelum hijrah (ayat-ayat makkiyyah) berisi tauhid dan yang terkait dengan tauhid.

Perhatian Kaum Muslimin Terhadap Tauhid

Tanya: Sejauh mana pula perhatian kaum muslimin terhadap tauhid?

Jawab: Perhatian kaum muslimin terhadap tauhid didasari oleh perhatian Al-Quran terhadapnya sehingga dapat kita katakan bahwa perhatian utama ummat Islam sejak dahulu adalah da’wah kepada agama Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik atau dengan kata lain da’wah kepada bukti-bukti kebenaran aqidah Islam agar manusia beriman kepada aqidah tersebut. Perhatian kaum muslimin ini berlangsung terus menerus dalam waktu yang amat panjang.

Penderitaan Kaum Muslimin ketika Mengabaikan Tauhid

Tanya: Apa yang telah menimpa kaum muslimin saat mereka mengabaikan tauhid?

Jawab: Tatkala ummat Islam mengabaikan aqidah yang benar melalui ilmu tauhid yang didasari oleh bukti-bukti dan dalil yang kuat, mulailah kelemahan masuk ke dalam keyakinan sebahagian besar kaum muslimin lalu berakibat mempengaruhi amal dan produktifitas mereka, kemudian meluaslah kerusakan sehingga mudah bagi musuh-musuh Islam untuk mengalahkan mereka dan menjajah negeri mereka, serta menghinakan mereka di negeri mereka sendiri.

Kesimpulan

Ilmu tauhid mengedepankan dalil-dalil naqli dan ‘aqli terhadap kebenaran aqidah islamiyyah. Pembahasan ilmu tauhid adalah rukun iman: iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para nabi dan rasul, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk. Ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia, kerana ia terkait dengan Allah SWT pencipta alam semesta, dimana urgensi ilmu tauhid berasal dari keagungan Allah SWT.  Mempelajari kadar minimal dari ilmu tauhid adalah fardhu ‘ain, yaitu sampai seorang muslim meyakini berdasarkan ilmu tentang kebenaran aqidah islam yang dianutnya sehingga imannya kepada enam rukun iman di atas menjadi kukuh dan kuat. 

Perhatian Al-Quran terhadap pembahasan ilmu tauhid amat besar sehingga ayat-ayat makkiyyah hampir semuanya berisi tentang tauhid dan masalah-masalah yang terkait dengannya. Ummat islam generasi awal sangat memperhatikan tauhid sehingga mereka mulia dan memimpin dunia, namun tatkala ummat Islam mengabaikannnya aqidah mereka menjadi lemah lalu menyebabkan kelemahan perilaku dan amal mereka sehingga orang-orang kafir dapat menjajah negeri dan tanah air mereka.

No comments:

Post a Comment