Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani mengatakan: “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan?” (QS Az-Dzariyat [51]: 24). Suatu hari Jibril bertanya kepada Allah, “Ya Allah, tunjukkanlah aku satu dari hamba-Mu yang tercinta!” Lalu, Allah pun menyuruhnya untuk bertemu Nabi Ibrahim a.s. Jibril menuju bumi dan menemukan Ibrahim sedang duduk dengan anaknya di sebuah puncak bukit sambil memandangi lembah yang terisi seluruhnya dengan kawanan domba dan sapi. Dalam sekejap mata Jibril muncul di depannya dengan menyamar sebagai seorang laki-laki. Lalu dia bertanya, “Hai orang asing, siapa namamu?”
“Namaku Ibrahim.”
“Siapa yang bersamamu?”
“Anakku.”
“Apa yang kaulakukan di bukit ini?”
“Memelihara kawanan ternak yang kau lihat di bawah sana.”
“Milik siapa kawanan ternak itu?”
“Mereka milikku.”
Nabi Ibrahim jelas ingin tahu mengapa lelaki ini banyak bertanya. Tapi, dia tetap tenang.
Jibril kembali bertanya lagi untuk menguji iman Ibrahim. “Hai Ibrahim. Kawanan ternak ini terlalu banyak untukmu!”
“Itu tidak seberapa banyak buatku, tetapi kalau kau ingin mendapat bagian aku bisa memberikanmu beberapa ekor.”
“Ya, aku tak bisa membayar harganya tentu mahal.”
“Harganya tidak terlalu tinggi buatmu, tetapi itu akan sangat berharga buatku.”
“Aku tidak mengerti.”
“Tanyalah padaku!”
“Berapa harganya, hai Ibrahim?”
“Harga separuh kawanan ternak ini di bawah lidahmu dan di antara bibirmu.”
“Apa itu?”
“Hanya perlu sedikit waktu untuk menggerakkan lidah dan bibirmu dengan beberapa kata, lalu, separuh dari kawanan ternak ini akan menjadi milikmu!”
“Ohh. Lalu, apa kata-kata itu?”
“Kau menerima syaratku?”
“Ya, aku menerimanya.”
“Katakan, Mahamulia dan Mahasuci, Tuhan bagi malaikat dan ruh.”
Maka Jibril pun menjawab, “Mahamulia dan Mahasuci, Tuhan bagi malaikat dan ruh.”
“Hai anakku, turun dan bawa setengah kawanan ternak kita, serahkan kepada tamu kita!”
Jibril pun meneruskan ujian kepada Ibrahim. “Hai Ibrahim, sisanya masih terlalu banyak buatmu dan anakmu sendiri, karena kami, sukuku dan aku, lebih banyak jumlahnya dibandingkan denganmu.”
“Hai saudaraku, jangan khawatir. Aku akan memberikan separuhnya lagi sisanya, jika kau mengatakan yang kedua kalinya, “Mahamulia dan Mahasuci, Tuhan bagi malaikat dan ruh.”
Allah memerintahkan seluruh malaikat di surga untuk memerhatikan dialog antara Jibril dan Ibrahim dan mengagumi iman dan loyalitas yang terakhir ini. Jibril berkata lagi, “Mahamulia dan Mahasuci, Tuhan bagi malaikat dan ruh.”
Ibrahim dengan segera memerintahkan anaknya, “Hai anakku, ambil separuh sisanya dan tambahkan pada separuh yang pertama. Aku tidak akan menunggumu untuk bertanya lagi. Aku akan menanyakanmu sendiri, “Apakah kau masih butuh lagi?”
Waktu itu seluruh malaikat di surga mencucurkan airmata dan memuji kedermawanan seorang insan kamil, Ibrahim. Allah berfirman kepada para Malaikat, “Aku jadikan setiap tetes airmata kalian satu malaikat yang akan menghuni bumi hingga akhir masa. Mereka akan menjadi hamba-hamba-Ku dalam tugas melindungi da membimbing manusia hingga Hari Kiamat.”
Allah berfirman, “Jadilah!” dan para malaikat tercipta dan diturunkan dari Arsy ke bumi untuk membimbing dan melindungi manusia. Ini untuk satu orang bernama Ibrahim. Bagaimana dengan orang saleh yang lain, para rasul dan para wali yang seperti Ibrahim, yang karena kasih sayang Allah diturunkan ke bumi untuk menyelamatkan kita? Lalu, Ibrahim berkata kepada Jibril, katakanlah, “Mahamulia dan Mahasuci, Tuhan bagi malaikat dan ruh.”
Ibrahim lalu berkata kepada anaknya, “Hai anakku, serahkan segalanya untuk tamu kita dan biarkan kita pergi. Aku telah menerima syarat yang kuminta. Tiga kalimat penuh pujian kepada Allah adalah lebih berharga buatku daripada semua kawanan ternak kita.” “Hai Ibrahim, tunggu!” kata Jibril. “Aku adalah Malaikat Jibril. Aku hanya datang untuk menguji cinta dan ketulusanmu. Aku tidak butuh semua domba dan lembu ini!” “Hai Jibril!” jawab Ibrahim.
“Apa kau pikir aku tidak tahu kalau itu adalah kau? Sadarkah engkau bahwa aku mengenalimu sejak pertama kali kau datang kesini? Kau datang menyembunyikan dirimu sendiri dariku. Tetapi aku mengenalimu ketika aku memintamu untuk memuji Allah dengan kalimat, “Tuhan bagi para malaikat dan ruh” adalah aku yang menyembunyikan diriku darimu. Aku membedakan diriku darimu ketika aku memintamu untuk mengatakan yang ketiga kalinya, “Tuhan kami (Tuhan bagi manusia) dan Tuhan bagi para malaikat dan ruh.”
Jibril tercengang oleh jawaban Ibrahim. Dan, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan domba-domba itu. (Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani dalam Dialog dengan Para Malaikat, Hikmah Mizan, 2003).
No comments:
Post a Comment