Wednesday, March 9, 2016

PELAJARAN TAUHID UNTUK PAUD (PENDIDIKAN ANAK USIA DINI)

Obrolan Sor-Baujan (di Bawah Pohon Trembesi) kini berpindah ke kaki Gunung Gede-Pangrango. Sebab, Salik dan Matin menghadiri acara Manakib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani di Pondok Pesantren Azzainiyyah, Selabintana, Sukabumi.

Salik (S): Wow...Ribuan orang datang berbondong-bondong. 
Matin (M): Selabintana punya “magnet besar.”
S: Itu gerakan apa? Mengapa saat berzikir kepalanya ditarik dari bawah ke atas lalu ditundukan ke kanan dan ke kiri? Terus berulang-ulang mengucap “Laa ilaaha illa Allah” tanpa henti?
M: Sudah..ikutin saja!

S: Beri aku penjelasan! Tadi, aku lihat, setelah shalat ribuan jamaah membaca zikir “Laa ilaaha illa Allah” dengan gerakan yang sama. Ini hal baru buat saya.
M: Sudah...ikutin saja!
S: Beri aku penjelasan! Mereka menggerakkan dengan begitu asyik, khusyuk, bersama-sama mengucapkan kalimat tauhid dengan indah. Saya terpesona. Suaranya menggetarkan kalbu. Mirip suara-suara kerumunan lebah. Kadang seperti suara ribuan kumbang.
M: Sudah... ikuti saja!

S: Beri aku penjelasan, Bro! Aku lihat ada yang bersuara dengan getaran khas. Beberapa orang tampak menjerit. Ada yang bercucuran air mata. Aku benar-benar terharu. Aku mengikuti gerakan mereka, tapi tak tahu apa makna dari semua itu.
M: Kamu mengikuti?
S: Iya...Asyik juga.
M: Baguslah. Coba saja lagi nanti habis Shalat Ashar.

S: Setiap selesai shalat seperti itu?
M: Iya. Membaca “Laa ilaaha illa Allah” sebanyak 165 kali.
S: Ohhh. Memangnya, apa yang kamu rasakan bila mengikuti zikir semacam itu?
M: Ini zikir jahr yang biasa dilakukan oleh alirat tarekat Qadiriyah. Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya pun mengamalkannya. Ikuti saja, anggap saja ini Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

S: Ohhh begitu. Tapi, kenapa gerakannya seperti itu?
M: Itu sebenarnya “penyimbolan gerak” untuk mengenali titik-titik lathifah dalam tubuh kita ketika berzikir. Dalam tubuh kita ini terdapat 7 lathifah. Pertama, Latifatul Qalbi: Ia berhubungan dengan jantung jasmani, letaknya 2 jari di bawah puting kiri. Kedua, Latifatur Ruh: Letaknya 2 jari di bawah puting kanan. Ketiga, Latifatus Sirri: Letaknya 2 jari di atas puting kiri. Keempat, Latifatul-Khofi: Letaknya 2 jari dia atas puting kanan. Kelima, Latifatul-Akhfa: Letaknya di tengah dada, berhubungan dengan empedu jasmani. Keenam, Latifatu Nafsun Natiqa: Letaknya di antara 2 kening. Ketujuh, Latifatu Kullu Jasad: Latifah yang mengendarai seluruh tubuh jasmani, tempat sifat jahil, ghaflah (lalai).

S: Ohhh. Begitu...
M: Ini memudahkan kita fokus dalam berzikir.
S: Jumlahnya harus 165?
M: Tidak, itu minimal 165 kali setelah shalat. Semakin banyak kamu berzikir semakin baik.
S: Lalu kenapa harus di titik-titik itu?
M: Sudah rasakan saja!
S: Rasakan bagaimana, Bro? Saya belum faham.
M: Sebaiknya kamu ikut talqin, nanti dijelaskan oleh KH Zezen. Kamu sebaiknya punya guru batin.

S: Jelaskan dulu sedikit saja!
M: Sebenarnya, dalam berzikir itu kita mencoba mengenali diri kita, mengenali ruh kita. Jadi, diri atau ruh kitalah nanti yang bekerja mengenali Tuhan. Di titik-titik inilah letaknya lapisan-lapisan ruhani seperti ruh, qalb dan fuad. Kita belajar mengolah rasa, mengenali ruh kita sendiri agar mampu mengenali Allah. Sebab, dengan ruh kitalah sesungguhnya kita mengenali sumber-Nya.
S: Lalu, apakah harus bergerak seperti itu? Harus diukur, gerak ke bawah, ke kanan dan ke kiri mengiringi lafaz “Laa ilaaha illa Allah”? Lalu dihitung..Bukankah kita menyulitkan gerak?
M: Itu hanya gerak ritmis. Selebihnya, kita pasti menggerakkan di bawah kesadaran kita. Seperti tarian Darwish. Atau seperti saat kita shalat lalu tubuh kita merinding. Atau ketika saat kita mendengarkan musik dangdut, kaki kita bergerak-gerak. Getar jiwa semacam ini bisa kita rasakan membuncah. Ini baru zikir jahr(dengan suara), nanti kita belajar zikir khafi, dengan diam.

S: “Laa ilaaha illa Allah”
M: Lakukan saja dengan cipta rasamu sebagai seorang hamba. Pahami bahwa “Tidak ada Ilah (Tuhan) selain Allah.” Tak ada satu sesembahan apa pun selain Allah. Hanya Allah. “Laa ilaaha illa Allah” Disinilah kita belajar tauhid, sekaligus merasakan dengan cipta rasamu sebagai manusia yang masih memiliki ruh dan jasad. Mengenal Allah, menghadap-Nya, tak harus menunggu kamu mati. Sudah paham belum?


S: “Laa ilaaha illa Allah”
M: Sampai sini ada pertanyaan?
S: “Laa ilaaha illa Allah”
M: Hello???
S: “Laa ilaaha illa Allah”
M: Assalamu’alaikum, Salik? Apa kabar?

S: “Laa ilaaha illa Allah”
S: “Laa ilaaha illa Allah”
S: “Laa ilaaha illa Allah”
Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment