Wednesday, March 9, 2016

BELAJAR MAKNA MURAQABAH

Muraqabah adalah suatu keyakinan yang dimiliki seorang hamba bahwa Allah SWT selalu mengawasinya, melihatnya, mendengarnya, dan mengetahui segala apa pun yang dilakukannya dalam setiap waktu, setiap saat, setiap nafas, atau bahkan setiap kedipan mata. Syekh Ibrahim bin Khawas mengatakan, bahwa muraqabah “adalah bersihnya segala amalan, baik yang sembunyi-sembunyi atau yang terang-terangan hanya kepada Allah.” Menurutnya, konsekwensi dari sifat muraqabah adalah berperilaku baik dan bersih hanya karena Allah, dimana pun dan kapan pun. Salah seorang ulama juga mengungkapkan bahwa muraqabah ini merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah dengan pemahaman sifat “Arraqib, Al-Alim, Assami’ dan Al-Bashir” pada Allah SWT.

Jadi, siapa yang memahami Sifat Allah ini dan beribadah atas dasar konsekwensi Sifat-sifat-Nya ini; maka akan terwujud dalam dirinya sifat muraqabah. Sikap ini merupakan cermin keimanan kepada Allah hingga menyadari dengan sepenuh hati, tanpa keraguan, tanpa kebimbangan, bahwa Allah selalu mengawasi setiap gerak-geriknya, setiap langkahnya, setiap pandangannya, setiap pendengarannya, setiap yang terlintas dalam hatinya, bahkan setiap keinginannya yang belum terlintas dalam dirinya. Dari sifat ini akan lahir pengamalan batin yang optimal dalam beribadah kepada Allah SWT, dimana.pun ia berada, atau kapan pun ia beramal dalam kondisi seorang diri, ataupun ketika berada di tengah-tengah keramaian orang.

Abdullah bin Dinar menuturkan, "Suatu ketika aku pergi bersama Umar bin Khattab ra, menuju Mekah. Ketika kami sedang beristirahat, tiba-tiba muncul seorang penggembala menuruni lereng gunung menuju kami. Umar berkata kepada pengembala: “Hai pengembala, juallah seekor kambingmu kepadaku.” Ia menjawab, “Tidak !, Aku ini hanya seorang budak.” Umar menimpali lagi, “Katakan saja kepada tuanmu bahwa dombanya diterkam serigala.” Pengembala mengatakan lagi, “Kalau begitu, dimanakah Allah?”

Mendengar jawaban seperti itu, Umar langsung tersentuh hatinya dan menangis. Kemudian, Umar mengajaknya pergi ke tuannya, lalu dimerdekakanlah budak tersebut oleh Umar. Umar mengatakan pada pengembala itu, “Kau telah dimerdekakan di dunia oleh ucapanmu dan semoga ucapan itu bisa memerdekakanmu di akhirat kelak.”

Pengembala ini sangat meyadari bahwa Allah memahami dan mengetahuinya, sehingga ia dapat mengontrol segala perilakunya. Dia takut melakukan perbuatan kemaksiatan, meski hal tersebut sangat memungkinkannya. Karena tiada orang yang akan mengadukannya pada tuannya, jika ia berbohong dan menjual dombanya tersebut. Tapi, hal itu tidak dilakukan oleh sang budak.

Sifat muraqabah juga dapat mendorong rasa kedekatan kepada Allah SWT. Dia berfirman, “Dan Kami lebih dekat padanya dari pada urat lehernya sendiri.” Jadi, dengan sifat ini akan timbul kecintaan yang membara untuk bertemu dengan-Nya. Ia pun akan memandang dunia hanya sebagai ladang untuk memetik hasilnya di akhirat, untuk bertemu dengan Sang Kekasih, yaitu Allah SWT.

Rasulullah SAW mengatakan :

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ

“Barang siapa yang merindukan pertemuan dengan Allah, maka Allah pun akan merindukan pertemuannya dengan diri-Nya. Dan barang siapa yang tidak menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak menyukai pertemuan dengannya” (HR. Bukhari).

Kemudian, sesorang yang bermuraqabah kepada Allah, akan memiliki ‘firasat’ yang benar. Al-Imam al-Kirmani dalam Ighatsatul Lahfan mengatakan, “Barang siapa yang memakmurkan dirinya secara dzahir dengan ittiba’ sunnah, secara batin dengan muraqabah, menjaga dirinya dari syahwat, manundukkan dirinya dari keharaman, dan membiasakan diri mengkonsumsi makanan yang halal, maka firasatnya tidak akan salah.”

Dalam sebuah hadits disebutkan:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ جُنْدَبِ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik guna menghapuskan perbuatan buruk tersebut, serta pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.” (HR. Tirmidzi)

Seorang yang memahami konsep muraqabah, tentu dapat memahami QS. 3: 29 berikut ini:

قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya, pasti Allah mengetahuinya." Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Kita harus yakin bahwa pengetahuan Allah tentang setiap gerak-gerik kita, hingga dalam sujud sekalipun. (QS. 26: 218-220)

الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ ، وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Dalam ayat lain Allah mengatakan, (QS. 40:19)

يَعْلَمُ خَائِنَةَ اْلأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”

Kita juga selalu harus selalu yakin bahwa kita bersama Allah, seperti yang disebut dalam firman Allah, QS. 57: 4 :

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

No comments:

Post a Comment