Sunday, March 20, 2016

PENTINGNYA MUJAHADAH BAGI SALIK

Niat dan kesungguhan dalam menjalankan ketaatan terhadap perintah Ilahi memerlukan energi besar. Energi itu sangat diperlukan agar kita mampu istiqamah di jalan takwa. Tak ada cara instan untuk bernakrifat, semuanya memerlukan proses. Lalu berpasrah, meminta Allah menurunkan anugerah-Nya.

Abu Ali Ad-Daqqaq rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa menghiasi dirinya dengan mujahadah, maka Allah akan memperbagus batinnya dengan musyahadah (menyaksikan Al-Haqq). Allah SWT berfirman, “Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami,” (QS Al-Ankabut [29]: 69). Barangsiapa yang tidak mengawali perjalanan suluknya dengan mujahadah, maka dia tidak akan merasakan aroma wangi tarekat.”

Abu Utsman Al-Maghribi rahimahullah mengatakan bahwa barangsiapa mengklaim bahwa ia telah dibukakan sedikit celah menuju jalan ini tanpa melalui proses mujahadah, maka dia telah salah sangka. Abu Ali Ad-Daqqaq juga mengatakan, “Barang siapa yang di awal perjalanan spiritualnya tidak gigih berdiri, maka pada akhirnya dia tidak akan memperoleh kedudukan apa-apa. Gerakan dalam mujahadah adalah berkah, dan aktivitas gerakan lahir akan melahirkan keberkahan batin.”

Al-Hasan Ibn ‘Alawaih menuturkan bahwa Abu Yazid Al-Busthami rahimahullah mengatakan, “Aku menempa diri selama 12 tahun, kemudian menjadi cermin hatiku selama lima tahun, dan selama 1 tahun aku mengamati diri di depan cermin tersebut. Disana aku melihat sebuah zunnar (ikat pinggang, berupa tali/kain) besar melingkar di pinggangku. Aku pun bekerja keras lagi untuk memotongnya selama lima tahun. Sejak itu, tersingkaplah (tabir gaib) di hadapanku sehingga aku lihat makhluk-makhluk seperti mayat. Aku pun bertakbir empat kali di depan mereka (menshalatkan mayat).”

Imam Al-Junaed rahimahullah mengatakan, “Aku mendengar Sari As-Saqathi berkata, ‘Wahai Kaum Muda, bekerja keraslah sebelum kalian mencapai umur sepertiku, yang lemah dan tak bisa melakukan amal secara maksimal.’ Hal ini dikatakan Al-Junaed setelah dia melihat tidak anak-anak muda yang menyertainya dalam beribadah”. 

Al-Hasan Al-Qazzaz menjelaskan, “Amalan tasawuf dibangun atas 3 prinsip, yakni: 1) Tidak makan kecuali lapar; 2) Tidak tidur kecuali mengantuk; 3) Tidak berbicara kecuali ketika diperlukan.” 

(Dikutip dari kitab Mawa’izh al-Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, muhaqqiq Shalih Ahmad dan Syekh Tosum Bayrak).

No comments:

Post a Comment