(Mawlana Syaikh Hisyam, Philadelphia, Mei 1994). Apakah ilham yang benar itu? Sebelum kalian mencapai tingkat kedekatan pada Syaikh, maka tidak ada ‘penampakan/penglihatan’ dalam ilham yang kalian terima. Tidak ada pendengaran, tidak ada penciuman, dan tidak ada penglihatan. Jadi hanya sesuatu yang masuk ke dalam hati. Setiap yang memasuki hati bisa jadi benar atau bisa juga salah. Mungkin hanya imajinasi atau bisa juga sesuatu yang nyata.
Jika ilham yang datang itu benar dari Syaikh, egopun akan membuat kalian ragu-ragu: apakah ini benar berasal dari Syaikh atau bukan? ego akan memainkan perannya. Bisa jadi dia menjauhkan kalian dari ilham yang benar itu, meragukannya sampai akhirnya kalian meninggalkannya. Jika ego gagal mengecoh kalian, dia akan membiarkan kalian mengikuti ilham yang benar itu. Saat itulah maka maqam kalian akan ditingkatkan. Sekarang, jika yang datang itu adalah imajinasi. Karena memang sebuah khayalan, maka ego tidak akan ikut campur. Ego akan langsung menerimanya atau hanya akan meyakinkan kita bahwa itu adalah ilham yang benar, padahal hanya ilusi kita saja.
Karena itulah, banyak pengikut Syaikh, begitu mereka menerima bay’at, mengira mereka siap menerima ilham-ilham. Ini hal yang salah. Ketika menerima bay’at mereka mengira telah melakukan sesuatu yang hebat, karena telah tunduk pada Syaikh dengan menerima bay’at. Hal ini juga salah, karena hal itu bukan berarti kalian melakukan sesuatu yang luar biasa bagi Tuhan, Nabi dan Syaikh. Itu hanyalah langkah awal, bukan sesuatu yang luar biasa dan bukan sumbangan yang besar bagi syaikh, sehingga mengira setelah itu terjadi, maka ilham-ilham yang datang berasal dari Syaikh. Mereka kadang membuat kekacauan sambil mengatakan: “Syaikh mengilhami aku untuk melakukan ini.” Tetapi ilham ini sudah benar atau belum?
Jadi bagaimana kalian tahu bahwa sebuah ilham itu benar atau salah? ini sebuah pertanyaan yang bagus. Bagaimana membedakan antara kedua macam ilham ini? Sebuah ilham yang 100% benar adalah yang diikuti pendengaran, penciuman dan penglihatan. Pada saat itu kalian yakin bahwa hal ini adalah benar berasal dari Syaikh. Alasan mengapa murid-murid harus melakukan khalwat adalah untuk melatih diri mereka menerima berbagai macam cahaya yang sedang dikirimkan oleh Syaikh. Dan tanpa jihad an-nafs, perang melawan ego, kalian tidak akan mencapai kebenaran itu.
Semua itu berasal dari cinta. Jika kalian mencintai, maka kalianpun akan tunduk dan menyerahkan diri. Jika kalian tidak mencintaiku, bagaimana bisa kalian menyerahkan diri kalian padaku? mustahil. Ketika kalian mencintai seseorang yang Allah kirimkan pada hati kalian, kemudian kalian mencintainya sehingga kalian melakukan apapun bagi dia. Ada yang sampai meninggalkan keluarga, istri, anak-anak, ibu, bapak dan ibu untuk mengejar syaikhnya. Mereka mencintai Syaikh dan meninggalkan semuanya demi beliau dan Allah menyediakan mereka segala hal serta melindungi mereka.
Jika kalian tidak percaya, kalian juga tidak bisa menyerahkan diri kalian. Dan sebaliknya bila kalian yakin akan Syaikh, maka kalianpun akan merasa tunduk pada Syaikh. Jika cinta dan penyerahan diri itu sudah ada, maka Syaikh akan mengirimkan cahaya pada hati kalian dan mengantar kalian pada maqam kepatuhan dan meningkatkan kalian pada maqam lainnya, yaitu maqam “Kehadiran”, hudur. Maqam itu lebih tinggi dari maqam cinta, bukan bersamaan namun adanya setelah maqam cinta. Kalian mampu merasakan, mendengar, melihat Syaikh disekitar kalian selama 24 jam.
Setelah itu kalian akan mencapai maqam yang sangat tinggi, maqamu-l-fana. Ketika mereka mencapai maqam kedua- “Kehadiran”- kalian mulai bisa mencium maqam fana ini. Dimana disitu seseorang bisa mengatakan “jadilah” dan hal itu akan terjadi, apapun yang muncul dalam hatinya, dia mempunyai kekuatan untuk mengubah takdirnya. Para Awliya yang mencapai tepian maqam itu diberi kekuatan Allah atas Qada’ muallaq-takdir yang bisa diubah. Yaitu takdir yang berada dibawah kontrol manusia. Ketika mereka mengatakan: Allah telah meminta ini bagiku, sebagaimana tertera dalam Qur’an Yamhu-l-Lahu ma yasha wa yuthbit wa indahu umur kitab, Allah mampu menghapus segala hal dari qada mu’allaq, dan hasil akhir berada di Tangan-Nya.
Para Awliya mampu mengetahui takdir itu demi kepentingan murid-muridnya dan meminta Allah dengan mengatakan: “ Mohon ubahlah hal itu untuk murid-murid kami.” Hal ini mampu berpengaruh pada kehidupan kalian sehari-hari, misalnya dengan bersedekah. Jika Syaikh menyuruh kalian: “ Beri sumbangan pada Masjid.” atau “ Sembelihlah kambing untuk Tuhan dan bagikan pada kaum miskin.” Atau bisa juga “ Lakukan ini.” Hal ini dikarenakan melalui penglihatannya, beliau melihat bahwa amalan itu mampu menyucikan sesuatu dan mengundang kebaikan.
Sebagaimana sabda Nabi: Ittaqu firasat al-mu’min li’annahu yandhuru bi nuri-l-Lah. Waspadalah akan penglihatan orang mukmin, karena mereka mampu melihat dengan cahaya Allah. Dengan Cahaya yang di anugerahkan Allah itu, mereka mampu melihat apa yang terjadi disekitar kalian. Namun untuk melindungi kalian mereka tidak datang dan mengatakan pada kalian secara langsung “ Lakukan hal ini, kalau tidak kamu akan menderita besok.” Tidak! Beliau akan mengatakan, “ Hari ini, kamu bersedekah, atau lakukan pekerjaan sebagai sadaqah dari dirimu sendiri, atau bersihkan toilet di masjid…” (Tidak ada yang mau membersihkan toilet, kadang Syaikh membersihkannya sendiri untuk mengajari para pengikutnya agar tidak ragu untuk membersihkan toilet guna membunuh ego mereka) Menurut apa yang Nabi ucapkan as-sadaqa taruddu-l-bala’ wa tazidu-l-umr, sedekah menghilangkan kesusahan, kecelakaan, penyakit dan membuat panjang umur.
Itulah yang dilakukan seorang Awliya bila melihat pengikutnya akan mengalami musibah-musibah, beliau akan langsung turun tangan dan mencegahnya. Beliau membuat kalian mengerjakan sesuatu agar Allah berkenan mengubahnya menjadi kebaikan. Hal ini tanpa sepengetahuan kalian. 124.000 Awliya mampu mencapai maqam ini. Mereka dizinkan untuk melihat apa yang telah ditakdirkan pada kalian sehari-hari di dalam Lawh al Mahfuz, dimana Allah akan menghapus menurut apa yang Allah sukai. Disanalah mereka dapat turut campur.
Sedangkan maqam qada’ mubram, takdir yang telah dipastikan, dari semenjak zaman Nabi saw sampai kedatangan Mahdi dan Yesus, hanya 9 Awliya saja yang mampu ikut campur didalamnya. Semua ini, seperti telah kita sampaikan, berasal dari cinta. Untuk mendatangkan cinta berarti jangan ada pikiran buruk pada Syaikh. Sayangnya, ketika Syaikh melihat hati para pengikutnya, masih terdapat segala macam penyakit dan kelemahan disana. Bagaimana bisa Syaikh mengirim cahaya pada hati kalian? Nabi tidak mengijinkan Syaikh menunjuk penerusnya, bila masih ada setitik atom keraguan di hatinya. Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha (foto Mawlana Asy-Sayyid Asy-Syaikh Hisyam Kabbani).
No comments:
Post a Comment