Nabi Ibrahim as. yang bergelar Kholilullah (Kekasih Allah) dilahirkan ditengah-tengah masyarakat yang penuh kemusyrikan dan kekufuran. Menurut Al Qur’an nama ayahnya adalah Azar dan didalam bahasa kitab Taurat namanya Taroh bin Tanur bin Siruj bin Sam bin Nuh as. Pada zaman itu telah bertahta seorang raja yang zalim dan suka bertindak semena-mena, namanya raja Namrudz yang mengaku menjadi Tuhan. Dia beserta seluruh rakyatnya menyembah berhala, termasuk ayah Nabi Ibrahim sendiri yang juga ahli dalam membuat patung yang sangat disukai oleh raja Namrudz.
Pada suatu ketika Namrudz mendapat firasat yang menunjukkan, bahwa kelak akan lahir seorang anak laki-laki yang dapat menggulingkan kekuasaannya. Saat itu Namrudz menjadi gelisah dan cemas, akan firasatnya yang benar-benar akan terjadi. Maka Namrudz mengeluarkan undang-undang kerajaan, bahwa tidak ada satupun yang hidup dari bayi laki-laki dalam tahun ini, bila ada bayi laki-laki yang lahir tidak akan segan-segan untuk membunuhnya, ia pun memerintahkan seluruh prajuritnya untuk menyebar kesegala penjuru daerah untuk mendata perempuan yang sedang hamil.
Tanpa ada rasa kemanusiaan semua bayi laki-laki yang baru saja lahir langsung dibunuh. Ketika Nabi Ibrahim dilahirkan, ayahnya tidak kuasa untuk membunuh anaknya, nabi Ibrahim kemudian dibuang saja oleh ayahnya ke dalam hutan dengan fikiran nabi Ibrahim akan mati juga dimakan binatang buas. Tetapi kehendak Allah diluar kemampuan akal manusia, nabi Ibrahim dalam penjagaan Allah sehingga tak satupun binatang buas yang berada didalam hutan untuk mengganggu atau memakannya, bahkan nabi Ibrahim dalam keadaan sehat, karena Allah telah memberikan bila Nabi Ibrahim mengisap jarinya maka keluarlah madu yang manis, sehingga dengan demikian nabi Ibrahim tidak merasa lapar dan haus.
Tentu saja kejadian ini adalah aneh bagi kita, namun bagi Allah itu mudah, karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Inilah yang dinamakan IR-HASH, yaitu sesuatu keganjilan luar biasa yang terdapat pada diri Rasul semasa kecilnya dengan izin Allah Swt. Setelah serang beberapa lama kemudian, ayah beserta ibunya mencoba menengok anaknya di gua tempat Nabi Ibrahim disembunyikan. Mula-mulan mereka berkeyakinan anak pasti sudah mati, setelah mereka sampai disana, mereka terkejut melihat anaknya dalam keadaan sehat-sehat saja. Sejak itulah mereka sering menengok nabi Ibrahim secara sembunyi- sembunyi.
Selama satu tahun nabi Ibrahim tinggal di dalam gua, setelah umur nabi Ibrahim satu tahun, orang tuanya membawa nabi Ibrahim pulang kerumah, karena masa pemberlakuan undang-undang kerajaan yang memerintahkan bahwa jika yang lahir anak laki-laki harus dibunuh. Semakin hari nabi Ibrahim semakin dewasa, ia pun mulai bertanya kepada orang tuanya, siapa yang menciptakan alam. “Wahai ibu dan ayahku, siapa yang telah menjadikan aku ini? Jawab ayahnya, ”Ayah dan Ibu yang menjadikan kamu, karena kamu lahir disebabkan kami”. Kemudian Ibrahim bertanya lagi: “Dan siapa pula yang menjadikan Ayah dan Ibu? Jawab orang tuanya: “Ya Kakek dan nenekmu.”
Demikian tanya jawab seterusnya sampai ketitik puncak, nabi Ibrahim menyatakan: “Siapakah orang pertama yang menjadikan semua ini? Maka orang tuanya tidak bisa menjawab, karena mereka tidak tahu kepada Tuhan. Ibrahim kemudian bertanya kepada orang lain, namun mereka semua tidak bisa menjawab. Nabi Ibrahim kemudian menggunakan akal dan fikirannya untuk mencari Tuhan Sang Pecipta alam semesta ini, karena akal manusia sangat terbatas, nabi Ibrahim gagal untuk mengetahui siapa sebenarnya yang telah menciptakan alam semesta ini. Firman Allah Swt. “Ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang, katanya: Inilah Tuhanku…? Maka setelah dilihatnya bintang terbenam, ia berkata: Saya tidak akan berTuhan pada yang terbenam.
Kemudian ketika melihat bulan purnama, iapun berkata lagi: Inilah Tuhanku…? Setelah bulan itu lenyap, lenyap pula pendapatnya berTuhan kepada bulan itu, seraya berkata: Sungguh kalau tidak Tuhan yang memberi petunjuk, tentu saya menjadi sesat. Maka ketika siang hari, nampak olehnya matahari yang sangat terang, ia pun berkata: Inikah Tuhanku yang sebenarnya…? Inilah yang lebih besar. Setelah matahari terbenam, iapun berkata: Hai kaumku! Saya tidak mau mempersekutukan Tuhan seperti kamu. Saya hanya berTuhan yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan sekali-kali saya tidak mau menyekutukanNya.” (QS. Al-An’am: 76-79)
Itulah cara Nabi Ibrahim as. mencari Tuhan dengan menggunakan akal fikiran untuk memperhatikan alam sekitarnya. Awwaluddin ma’rifatullah, yaitu awal agama adalah mengenal Allah, barangsiapa yang ingin mengenal Allah, maka kenali dirinya baru ia akan mengenal siapa Allah itu sesungguhnya, dimana Allah itu, kenapa kita wajib menyembahnya.
No comments:
Post a Comment