Sunan Bonang merupakan ulama’, beliau juga ahli dalam ilmu tasawuf, suluk, falaq, sastra, musik gamelan dan seni pertunjukan. Beliau menguasai beberapa bahasa, diantaranya, Arab Persia, Melayu dan Jawa Kuno. Sunan Bonang. Sebagai seorang penyair sufi, Sunan Bonang menulis Suluk-suluk yang mengungkapkan pengalamannya menempuh jalan tasawuf, yang disampaikan melalui ungkapan simbolis. Suluk-suluk karyanya ialah Suluk Wujil, Suluk Khalifah, Suluk Kaderesan, Suluk Regol, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat, Suluk Pipiringan, Gita Suluk Latri, Gita Suluk Linglung, Gita Suluk ing Aewuh, Gita Suluk Jebang, Suluk Wregol dan lain-lain (Drewes 1968). Selain itu Sunan Bonang juga menulis Karangan prosa seperti Pitutur Sunan Bonang yang ditulis dalam bentuk dialog antara seorang guru sufi dan muridanya yang tekun.
Berikut adalah penggalan suluk Wujil yang ditulis Sunan Bonang:
Utamaning sarira puniki /Angrawuhono jatining solat /Sembah lawan pujine/Jatining solat iku /Dudu ngisa tuwin magerib /Sembayang araneka /Wenange puniko /Lamun aranono solat /Pan minangkan kekembanging solat daim / Ingaran tata krama /Endi inggaran sembah sejati /Aja nembah yen tan katingalan /Temahe kasor kulane / Yen siro nora weruh /Kang sinembah ing dunyo iki /Kadi anulup kaga /Punglune den sawur /Manuke mangsa kenaa /Awekasa amangeran adam sarpin /Sembahe siyo-siyo /Pangakbetine ingkang utami /Nora lan waktu sasolahire /Punika mangka sembahe /Meneng muni piniko /Sasolahe raganireki /Tan simpang dadi sembah /Tekeng wulunipun /Tinja turas dadi sembah /Iku ingaranan niyat kang sejati /Puji tan papegatan.
Terjemahan bebas: Unggulnya diri itu mengetahui hakekat sholat / Sembah dan pujian / Solat yang sebenarnya bukan mengerjakan solat isa atau magerib / Itu namanya sembayang / apabila disebut solat / maka itu hanyalah hiasan dari solat daim/ hanyalah tata krama / Manakah yang disebut solat sesungguhnya / janganlah menyembah kalau tidak tau yang disembah / akibatnya akan direndahkan martabat hidupmu / apabila engkau tidak mengetahui yang disembah didunia ini / engkau seperti menyupit burung / pelurunya disebar tapi tidak ada burung yang kena / akhirnya hanya menyembah adam sarpin / penyembahan yang tiada berguna / Kebaktian yang unggul iu tidak mengenal waktu / semua tingkah lakunya itulah sembayangnya / diam, bicara, dan semua gerak-gerik badannya merupakan sembayang / hingga wudu, kotoran dan air seni nya pun merupakan sembayang / itulah yang disebut niat sejati / pujian yang tak putus-putusnya.
No comments:
Post a Comment