Hasan Bashri, meninggal tahun 110 H yang nama lengkapnya ialah al Hasan ibn Abi al-Hasan Abu Sa’id, beliau lahir di Medinah tahun 21 Hijriyyah. Ibunya seorang hamba sahaya Ummu Salamah, isteri Nabi Muhammad saw. Hasan Bashri tumbuh dalam lingkungan yang sholeh dan mendalam pengetahuan Islamnya. Hasan Bashri pula menerima hadist dari sebagian sahabat Rosul. Khalid bin Shafwan berkata, “Dia (Hasan Bashri) adalah orang yang paling terang-terangan dengan rahasia yang dimilikinya, dan paling menyembunyikan aib orang lain yang paling jelas. Hasan al Bashri menerapkan pada dirinya apa yang diperintahkan orang lain, dan betapa mereka membutuhkan agama yang ditangannya.” “Barang siapa mengenal Tuhan, maka ia pasti mencintai-Nya, dan barang siapa mengenal dunia, maka ia pasti berpantang darinya.”
Al-Thusi dalam al-Luma’, meriwayatkan, “Suatu ketika dikatakan pada Hasan Bashri: engkau adalah orang paling tahu etika! Hal apakah yang paling bermanfaat? baik untuk masa singkat atau lama? Jawabnya: mendalami agama! sebab itu arah kolbu orang yang menuntut ilmu, sikap zuhud dalam hal duniawi, memperdekat pada Tuhan semesta, dan mengerti apa yang dianugerahkan Allah kepadamu. Di dalamnya terkandung kesempurnaan iman.”
Hasan Bashri ber kata: “Seorang faqir adalah yang zuhud pada duniawi, yang tahu terhadap dosanya, dan yang selalu beribadah kepada Allah.” Pendapatnya tentang zuhud: “Dunia adalah tempat kerja bagi orang yang perasaan tidak senang dan tidak butuh kepadanya. dan dunia merasa bahagia bersamanya atau dalam menyertainya. Barang siapa menyertainya dengan perasaan ingin memilikinya, dan mencintainya. dia akan dibuat menderita oleh dunia serta diantarkan pada hal-hal yang tidak tertanggungkan oleh kesabarannya.”
al-Sya’rani dalam kitab al-Thabaqat, “Dia penuh diliputi rasa takut, sehingga neraka hanyalah seakan diciptakan untuk dirinya seorang,”. Menurut Ibn Abi al-Hadid dalam Nahj al-Balaghah, “ Jika seorang menemui Hasan al Bashri, dia pasti mengira Hasan Bashri sedang tertimpa suatu musibah. Hal itu karena rasa sedih rasa takutnya.” Mengenai rasa takut, Hasan Bashri berkata, ” Bagi orang yang tahu bahwa Kematian ada pangkalnya, kiamat ada saatnya. dan tegak dihadapan Allah ada tempatnya, dia pasti akan memperpanjang rasa sedihnya.”
Hasan al Bashri, berkata, “Kami tahu ada kaum (para sahabat) yang terhadap hal-hal yang dihalalkan Allah lebih menghindari dibanding apa yang kalian lakukan terhadap hal-hal yang dilarang atas kalian.” Seseorang bertanya, ” Mengapa kalbuku begitu keras?“. Hasan al Bashri , “ Kalau begitu, datangilah tempat-tempat orang yang mengingat Allah”. Ke-zuhud-an Hasan Bashri berdasarkan rasa takut kepada Allah, rasa sedih, dan kontemplasi, untuk meraih ridha Allah dan surga-Nya diakhirat.
No comments:
Post a Comment