Thursday, February 5, 2015

DAKWAH NABI KEPADA SAHABAT

a). Dakwah Nabi saw. kepada Abu Bakar r.a

Diriwayatkan oleh al Hafizh Abu al Hasan ath Athrabullisi dari Aisyah r.ha., katanya: Abu Bakar r.a. keluar untuk menemui Rasulullah saw. Dan mereka berdua adalah sahabat akrab sejak zaman jahiliyah. Abu Bakar menemui Baginda saw. dan berkata kepadanya, “Wahai Abu Qasim, engkau tidak terlihat dalam majelis kaummu dan mereka menuduh bahwa engkau telah mencela nenek moyang mereka”. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan menyeru kamu kepada Allah.”

Ketika Rasulullah saw. selesai berbicara, Abu Bakar pun memeluk Islam. Kemudian Rasulullah saw. meninggalkannya. Tiada seorang pun yang terletak di antara dua gunung di Makkah (maksudnya penduduk Makkah) yang lebih bergembira daripada Rasulullah saw. dengan ke-Islaman Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar r.a. berjalan menemui Utsman in Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin al Awwam, Sa’d bin Abi Waqqash dan mereka semua memeluk Islam. Keesokan harinya Abu Bakar datang menemui Utsman bin Mazh’un, Abu Ubaidah bin al Jarrah, Abdur Rahman bin Auf, Abu Salamah bin Abdul Asad, dan al Arqam bin Abu al Arqam, sehingga mereka semua memeluk agama Islam. Kisah ini tertulis dalam kitab al Bidaayah (3/29).

Disebutkan oleh Ibnu Ishaq bahwa Abu Bakar ash Shiddiq r.a. menemui Rasulullah saw. dan berkata kepada beliau: “Apakah benar yang dikatakan oleh kaum Quraisy, wahai Muhammad, bahwa engkau telah meninggal kan tuhan-tuhan kami, menganggap bodoh akal kami, dan mengkafirkan nenek moyang kami?” Rasulullah saw. bersabda, “Ya, benar. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan nabi-Nya. Allah telah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya dan aku menyeru kamu kepada Allah dengan haq. Maka demi Allah, sesungguhnya Dia adalah haq. Wahai Abu Bakar, aku menyeru kamu kepada Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, janganlah kamu menyembah selain-Nya, dan selalulah menaati-Nya.”

Kemudian Rasulullah saw. membacakan kepadanya ayat-ayat al Qur’an. Abu Bakar tidak mengiyakan atau pun menolaknya. Tak lama kemudian ia pun memeluk Islam dan mengingkari berhala-berhala, meninggalkan sekutu-sekutu Tuhan, dan mengakui hak-hak agama Islam. Abu Bakar r.a. Pulang dalam keadaan membenarkan apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw. Ibnu Ishaq berkata: Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Abdur Rahman bin Abdullah bin al Hushaini at Tamimi, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah aku menyeru seorang pun kepada Islam melainkan ia akan berhenti sebentar, ragu-ragu dan berpikir lebih dulu, kecuali Abu Bakar. Ia tidak berdiam diri terlalu lama dan tidak juga ragu-ragu.”

Riwayat di atas dinukilkan oleh Abu Ishaq berkenaan dengan kata-katanya: “Abu Bakar tidak mengiyakan dan tidak juga mengingkarinya.” Ini adalah riwayat yang tidak benar. Karena Ibnu Ishaq dan yang lainnya menyatakan bahwa Abu Bakar r.a. adalah sahabat Rasulullah saw. pada zaman jahiliyah sebelum Muhammad dilantik menjadi Rasul Allah. Ia sangat mengetahui perangai Rasulullah saw., baik tentang kejujurannya, sifat amanahnya, ketinggian pribadi dan kemuliaan akhlaknya yang kesemuanya menghalangi beliau dan berdusta kepada sesama manusia, maka bagaimana mungkin Rasulullah saw. berdusta kepada Allah Swt.? Oleh karena itu, hanya dengan kata-kata Rasulullah saw. yang singkat itu, Abu Bakar segera membenarkan apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw. tanpa ragu-ragu dan berpikir lebih dulu.

Disebutkan dalam hadits shahih Imam Bukhari, dan Abu Darda’ r.a. di dalam sebuah hadits yang menceritakan tentang pertikaian antara Abu Bakar dan Umar r.a. Di dalamnya disebutkan: Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada kalian, lalu kalian berkata kepadaku, ‘Engkau telah berdusta (wahai Muhammad), dan Abu Bakar berkata, ‘Engkau benar.’ dan membantuku dengan harta dan dirinya (dalam melaksanakan dakwah). Apakah kalian akan meninggalkan sahbatku ini?” Rasulullah saw. mengulangi pertanyaan ini dua kali. Tiada yang menyakiti Abu Bakar r.a. setelah itu. ini adalah sebuah nash yang menunjukkan bahwa ia berasal dan kalangan orang yang awal memeluk Islam. Demikian tercantum dalam kitab al Bidaayah (juz 3, hal. 26-27).

b). Dakwah Rasulullah s.a.w kepada Umar bin Khaththab r.a

Dikeluarkan oleh Thabarani dan Abdullah bin Mas’ud r.a., katanya: Rasulullah saw. berdoĆ”, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar bin al Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam.” Maka Allah Swt. telah mengabulkan doa Rasulullah saw. untuk Umar r.a. Dia membangun Islam pada diri Umar dan menghancurkan berhala dengan perantaraan Umar. Al Haitsami berkata (juz 9, hal. 61): “Para rawi hadits ini adalah rawi-rawi shahih, selain orang yang bernama Mujalid bin Sa’id, akan tetapi dia dianggap tsiqat (terpercaya).

Diriwayatkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Thabarani dan Tsauban, sebagaimana yang akan disebut kemudian dalam bab “Penanggungan yang Berat” dalam kisah Sa’id bin Za’id dan isterinya yang bernama Fathimah yaitu adik wanita Umar bin al Khaththab. Dikatakan dalam hadits itu: Ketika Nabi saw. memegang kedua pertengahan lengan atas Umar dan mengoncang-goncangkan tubuhnya seraya bersabda, “Apa maksud kedatanganmu? Apa yang menyebabkan kamu datang ke sini?” Umar berkata kepada Rasulullah saw., “Jelaskan kepadaku mengenai Islam.”

Rasulullah saw. bersabda, “Hendaklah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan sesungguhnya bahwa Muhammad itu adalah hamba serta utusan-Nya”. Maka Umar memeluk Islam saat itu juga. Rasulullah saw. bersabda kepada Umar r. a., “Keluarlah engkau.” (Rasulullah saw. Memerintahkan agar Umar r.a. mendakwahkan Islam kepada orang lain). Di dalam riwayat Abu Nu’aim di dalam kitab al Hilyah (1/41) dan Aslam, dia berkata: Umar r.a. pernah berkata kepada kami, “Apakah kalian ingin mengetahui keadaanku ketika pertama kali aku memeluk Islam?” “Ya,” kami menjawab serentak.

Umar r.a. berkata, “Pada mulanya aku adalah seorang yang paling keras memusuhi Rasulullah saw. Lalu aku menemui Nabi saw. di sebuah rumah yang berdekatan dengan Shafa. Aku duduk di hadapan beliau dan beliau memegang ujung bajuku seraya bersabda, “Masuklah kamu ke dalam Islam, wahai Ibnu al Khaththab. Ya Allah, berilah hidayah kepadanya.” Lalu aku berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah”. Umar r. a. berkata, “Maka (dengan ke-Islamanku itu) kaum muslimin bertakbir dengan takbir yang suaranya dapat didengar di sepanjang jalah di kota Makkah”. Kisah itu diriwayatkan juga oleh al Bazzar dengan redaksi yang berbeda sebagaimana yang akan dikemukakan kemudian.

c). Dakwah Rasulullah s.a.w kepada Utsman bin Affan r.a

Diriwayatkan oleh al Mada’ini dan Amr bin Utsman, bahwa Utsman berkata: Aku telah menemui bibiku yang bernama Urwa binti Abdul Muththalib yang ketika itu sedang sakit dengan maksud menjenguknya. Kemudian Rasulullah saw. masuk dan aku memandang beliau, sedang pada saat itu mengetahui sebagian kabar mengenai beliau dalam dakwah ilallaah telah tersebar. Rasulullah saw. mendekatiku seraya bersabda, “Mengapa engkau memandangku seperti itu, wahai Utsman?”

Aku berkata, “Aku kagum kepada dirimu dan kedudukanmu di antara kami, serta apa yang diberitakan mengenai dirimu”. Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Laa ilaaha illallaah.” Allah mengetahui bahwa saat itu aku menggigil.

Kemudian beliau membaca ayat-ayat sebagai berikut: “Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Rabb langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.” (Qs. ad Dzariyat ayat 22-23)

Kemudian Rasulullah saw. bangun dan aku keluar mengikuti beliau di belakangnya. Aku berhasil menyusulnya, aku masuk Islam. Hadits ini diceritakan dalam kitab al Istiidab (4/225).

d). Dakwah Rasulullah s.a.w kepada Ali bin Abu Thalib r.a

Dikutip oleh Ibnu Ishaq bahwa Ali bin Abu Thalib datang ketika mereka berdua (Nabi saw. dan Khadijah r.a.) sedang melaksanakan shalat. Ali r.a. berkata, “Wahai Muhammad, apa yang kau kerjakan itu?” Jawab Nabi saw., “Inilah agama Allah yang telah Dia pilih untuk diri-Nya. Dan Dia mengutus para rasul-Nya dengannya. Maka aku menyeru kamu kepada Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan hanya kepada-Nya kita menyembah; dan hendaknya kamu mengingkari Laata dan al Uzza.”

Ali berkata, “Sesungguhnya ini adalah ajakan yang belum pernah kudengar sebelumnya. Saya tidak dapat memutuskan hal ini sebelum memberi tahu ayahku, Abu Thalib”. Rasulullah saw. tidak suka bila Ali menyiarkan rahasianya kepada Abu Thalib sebelum beliau sendiri yang meminta agar dakwah beliau itu disiarkan. Karena itu Rasulullah saw. bersabda, “Hai Ali, jika engkau belum memutuskan untuk memeluk agama Islam, maka sembunyikan kabar ini.”

Pada malam itu Ali merahasiakannya, kemudian Allah Swt. memberikan hidayah ke dalam hati Ali untuk memeluk Islam. Hal itulah yang menyebabkan keesokan paginya Ali menemui Rasulullah saw. Ketika menghadap Nabi saw., Ali bertanya kepada beliau, “Jelaskanlah mengenai ajakanmu itu, wahai Muhammad”. Rasulullah saw. bersabda, “Kamu bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, kamu harus meninggalkan Laata dan al Uzza,’ dan menjauhkan diri dan tandingan2Nya.”

Maka Ali pun mengikuti seruan Nabi dan memeluk agama Islam. Namun dia mendatangi beliau dalam keadaan takut terhadap ayahnya, Abu Thalib. Ali tetap merahasiakan ke-Islamannya dan tidak memperlihatkannya. Demikian terdapat dalam kitab al Bidaayah (juz 3, hal. 24).

Di dalam riwayat Ahmad dan yang lainnya dan Habbah al Urani, katanya: Aku pernah melihat Ali tertawa di atas mimbar dan aku belum pernah melihat dia tertawa lebih banyak dan saat itu sehingga gigi gerahamnya terlihat. Kemudian dia berkata, “Aku teringat perkataan Abu Thalib. Saat itu Abu Thalib muncul di hadapan kami sedangkan aku dan Rasulullah saw. ketika itu tengah mengerjakan shalat di tempat yang bernama Bath Nahlah. Dia berkata kepada kami, Apa yang sedang kalian perbuat, wahai keponakanku?’ 

Kemudian Rasulullah saw. mengajaknya memeluk agama Islam, namun jawabannya adalah: Apa yang kalian lakukan tidak menjadi masalah, tetapi jangan sampai pantatku berada di atasku selamanya. Ali tertawa terheran-heran karena perkataan ayahnya, kemudian dia berkata, ‘Ya Allah, aku tidak mengenal seorang hamba pun di kalangan umat ini yang menyembah-Mu sebelum aku, selain Nabi-Mu.” (Ali r.a. mengulangi perkataan ini tiga kali). Sesunggubnya aku telah mengerjakan shalat lima waktu Selama tujuh tahun sebelum manusia yang lain mengerjakan shalat.”

Al Haitsami berkata (juz 9, hal. 102): Ahmad dan Abu Ya’la meriwayatkan hadits itu dengan singkat, dan juga al Bazzar dan ath Thabarani dalam kitab al Ausath sedang sanadnya hasan.

No comments:

Post a Comment