Ada seorang sahabat meceritakan kisahnya. Dia bernama Adnan (bukan nama sebenar). Petang itu dia menemani isteri dan seorang anaknya berbelanja keperluan rumahtangga bulanan di sebuah pasaraya. Selesai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan beg-beg plastik perbelanjaan.
Baru saja mereka keluar dari pasaraya, isteri Adnan dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang anak kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada isteri Adnan, "Beri kami sedekah, Kak!”
Isteri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menghulurkan selembar wang kertas berjumlah satu ringgit. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi keperluan, dia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya.
Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi dia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah-olah dia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan sedekah untuk membolehkan kami membeli makanan!"
Mendapati isyarat pengemis wanita itu, isteri Adnan pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah-olah berkata, "Tidak… tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah!" Ironisnya meskipun tidak menambahkan sedekahnya, isteri dan anaknya malahan menuju ke sebuah warung tepi jalan untuk membeli pisang goreng. Pada kesempatan yang sama Adnan berjalan ke arah ATM untuk check baki dalam akaun. Kebetulan masa tu memang ketikanya gaji masuk.
Di depan ATM dia masukkan kad ke dalam mesin. Diaa tekan langsung butang INFORMASI AKAUN. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Adnan tersenyum kecil. Ya, wang gajinya sudah masuk ke dalam akaun.
Dia menarik sejumlah wang dalam bilangan ratusan dari ATM. Pecahan ratusan berwarna hijau muda (RM50) itu kini sudah memenuhi dompetnya. Lalu ada beberapa lembar wang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai RM10 yang dia tarik dari dompet. wang itu kemudian dia lipat kecil untuk dibahagi kepada wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.
Saat wanita pengemis melihat nilai wang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Adnan dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan, "Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah… terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan kurnia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmoni dan anak-anak yang soleh dan solehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga…!”
Adnan tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Dia mengira bahwa pengemis tadi hanya akan mengucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat dia terpukau dan membisu. Apalagi tatkala itu sekali lagi dia dengar wanita itu berkata kepada anak kecilnya, "Dik...alhamdulillah akhirnya kita dapat makan juga….!”
Hati Adnan terpukul dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah untuk dia dan anaknya makan. Sejurus kemudian mata Adnan membuntuti pemergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung untuk makan di sana.
Adnan masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga isteri dan anaknya kembali lagi dan keduanya menyapa. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan isterinya pun mengetahui itu."Ada apa Bang?" Isterinya bertanya.
Dengan suara yang agak berat dan tertahan-tahan Adnan menjelaskan, "Aku baru saja menambah sedekah kepada wanita tadi sebanyak sepuluh ringgit!”
Awalnya isterinya hampir tak setuju tatkala dia mengatakan bahawa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun dia kemudian melanjutkan kalimatnya, "Tahu tak… aku beri sedekah kepadanya sebanyak itu saja. Saat menerimanya, ia mengucap alhamdulilah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan kamu, anak-anak dan keluarga kita.
Panjaaaang sekali ia berdoa... Dia hanya menerima kurnia dari Allah s.w.t sebesar 10 ringgit saja dah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di atm masa aku mengecek akaun dan memang ada di sana jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali ganda dari 10 ringgit. Waktu melihat atm itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa mengucap alhamdullilah.
Aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ringgit begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang lebih layak masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ringgit dengan syukur yang luar biasa ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikit pun aku tak mengucapkan syukur."
Adnan mengakhiri kalimatnya dengan suara yang tertahan-tahan dan beberapa titis air mata yang menitis. Isterinya pun menjadi lemas setelah menyedari bertapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hambaMu yang kerap lalai atas segala nikmatMu.
No comments:
Post a Comment