Saad bin Muadz adalah salah satu sahabat Rasulullah (s.a.w). Beliau dapat kita jadikan contoh yang baik untuk kita ceritakan kepada anak-anak kita. Dialah seorang yang Rasulullah (s.a.w) bersabda ketika memakamkan jenazahnya, “Sungguh, ‘Arasy Ar-Rahman bergetar dengan berpulangnya Saad bin Muadz.”
Saad merupakan tokoh dari Bani Asyhal dan ia memiliki pengaruh yang sangat besar untuk kaumnya. Ia memeluk Islam 1 tahun sebelum kedatangan Nabi (s.a.w) ke kota Yathrib (kemudian dinamakan Madinah). Saat itu, Saad berusia 31 tahun.
Cerita keislaman Saad bermula ketika serombongan orang-orang Yathrib datang menuju Mekah di musim haji, mereka menemui Rasulullah (s.a.w). Saat itulah Rasulullah (s.a.w) membacakan al-Qur’an kepada penduduk Yathrib dan memberitahukan bahwa beliau adalah utusan Allah.
Mendengar penjelasan dari Rasulullah (s.a.w) mereka pun teringat dengan khabar yang disebutkan oleh ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) bahwasanya akan diutus seorang rasul di tanah Arab dengan ciri demikian dan demikian, rasul tersebut adalah penutup para nabi dan rasul. Pendatang Yathrib ini pun beriman dan membenarkan apa yang dibawa oleh Rasulullah (s.a.w).
Setibanya di Kota Yathrib, para sahabat Nabi (s.a.w) ini mendakwahkan Islam kepada penduduk kampung mereka secara sembunyi-sembunyi.
Dakwah mereka pun kian diterima oleh penduduk. Dengan pertambahan penduduk yang memeluk Islam, mereka meminta kepada Rasulullah (s.a.w) untuk mengirim seorang sahabat lama untuk mendakwahkan Islam di kota mereka. Rasulullah (s.a.w) menunaikan permintaan sahabatnya tersebut dengan mengirim Mushab bin Umair (r.a) untuk mendakwahi penduduk Kota Yatsrib. Dengan diutusnya Mush’ab bin Umair (r.a) inilah cerita keislaman Saad bin Muadz dimulai.
Datang ke Yathrib, Mush’ab menetap di Bani Ghanam di rumah As’ad bin Zurarah. Beliau memulai mentarbiyah penduduk dengan ajaran Islam, membacakan mereka Al-Quran, dan menyeru kepada tauhid. Kedatangan Mush’ab ini akhirnya terdengar oleh seorang tokoh Yathrib, Saad bin Muadz.
Saad bin Muadz berkata kepada Usaid bin Hudhair, "temuilah dua orang laki-laki itu (As’ad bin Zurarah dan Mush’ab bin Umair), mereka datang ke pemukiman kita untuk membodohi orang-orang lemah dari kalangan kita, larang dan ancam mereka, aku tidak mau melakukannya karena As’ad bin Zurarah adalah sepupuku, seandainya bukan karena hal itu, maka aku sendiri yang akan melakukannya dan tidak menyuruh.”
Segera Usaid bin Hudhair mengambil tombaknya dan pergi menemui Mush’ab dan As’ad yang saat itu sedang duduk di kebun. Ketika As’ad bin Zararah (r.a) melihat kedatangan Usaid bin Hudair maka ia berkata kepada Mush’ab bin Umair, “Itu (Usaid bin Umair) adalah pemimpin kaumnya, berkata benarlah tentang Allah kepadanya.”
Mush’ab bin Umair menjawab, “Jika ia mau duduk mendengarkan, aku akan bicara kepadanya.”
Maka datanglah Usaid bin Hudair dan berdiri di hadapan keduanya dan mencaci-maki keduanya, kemudian berkata, “Apa tujuan kalian datang kepada kami untuk membodohi orang-orang lemah dari kami? Jika kalian mempunyai suatu kepentingan, sekarang pergilah kalian dari kami.” Marah Usaid itu ditangani dengan tenang oleh Mush’ab, “Maukah engkau duduk dan mendengarkanku, jika engkau menerima apa yang aku katakan maka tentunya engkau boleh menerimanya, dan jika engkau membencinya maka aku hentikanlah.”
Usaid menjawab, “Engkau benar.” Usaid pun menancapkan tombaknya dan duduk bersama keduanya, maka Mush’ab (r.a) pun berbicara kepadanya tentang Islam dan ia membacakan kepadanya Al-Qur’an. Usaid pun sangat berkesan dengan pembawaan Mush’ab bin Umair, ia mengatakan, “Demi Allah, sungguh kami telah mengetahui kemuliaan Islam sebelum ia berbicara tentang Islam dalam kemuliaan dan kemudahannya.” Kemudian ia berkata lagi,“Sungguh tidak ada yang lebih bagus dari perkataan ini (Al-Qur’an), apa yang harus aku lakukan jika aku ingin masuk agama ini?” tanyanya. Maka mereka menjelaskan kepadanya:“Engkau harus mandi mensucikan diri, mensucikan pakaianmu, kemudian bersyahadat dengan benar dan melaksanakan solat.” Usaid pun mandi, menyucikan pakaiannya, bersyahadat, kemudian solat dua rakaat.
Setelah menunaikan hal itu Usaid mengatakan suatu perkataan yang menjelaskan bagaimana kedudukan Saad bin Muadz. Usaid berkata,
"Sesungguhnya ada seseorang di belakangku, jika dia mengikuti kalian berdua, niscaya tidak ada seorang pun dari kaumnya kecuali akan ikut memeluk Islam. Aku akan bawa kalian kepadanya.”
"Sesungguhnya ada seseorang di belakangku, jika dia mengikuti kalian berdua, niscaya tidak ada seorang pun dari kaumnya kecuali akan ikut memeluk Islam. Aku akan bawa kalian kepadanya.”
Berangkatlah Usaid bersama As’ad dan Mush’ab (r.a) menuju Saad bin Muadz yang tengah berkumpul bersama kaumnya. Melihat kedatangan Usaid, Saad berkata kepada orang di sekelilingnya, “Aku bersumpah atas nama Allah, dia datang dengan wajah yang berbeda saat dia berangkat meninggalkan kita.” Setelah Saad menanyakan hasil pertemuannya dengan As’ad dan Mush’ab, Mush’ab pun memulai pembicaraan dengan Saad.
Mush’ab berkata, “Bagaimana kiranya kalau anda duduk dan mendengar (apa yang hendak aku sampaikan)? Jika engkau redha dengan apa yang aku ucapkan, maka terimalah. Seandainya engkau membencinya, maka aku akan pergi.” Saad menjawab, “Ya, yang demikian itu lebih bijak.” Mush’ab pun menjelaskan kepada Saad apa itu Islam, lalu membacakannya al-Qur’an.
Saad memiliki kesan yang sama dengan Usaid ketika menggambarkan perawakan Mush’ab bin Umair (r.a).
Kata Saad, “Demi Allah, dari wajahnya, sungguh kami telah mengetahui kemuliaan Islam sebelum ia berbicara tentang Islam, tentang kemuliaan dan kemudahannya.” Kemudian Saad berkata, “Apa yang harus kami perbuat jika kami hendak memeluk Islam?” Jawab Mush'ab “Mandilah, bersihkan pakaianmu, ucapkan dua kalimat syahadat, kemudian shalatlah dua rakaat.” Saad pun melakukan apa yang diperintahkan Mush’ab.
Setelah itu, Saad berdiri dan berkata kepada kaumnya, “Wahai Bani Abdu Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang kedudukanku di sisi kalian?” Mereka menjawab, “Engkau adalah pemuka kami, orang yang paling bagus pandangannya, dan paling lurus tabiatnya.”
Lalu Saad mengucapkan kalimat yang luar biasa, yang menunjukkan begitu besarnya wibawanya di sisi kaumnya dan begitu kuatnya pengaruhnya bagi mereka, Saad berkata,“Haram bagi laki-laki dan perempuan di antara kalian berbicara kepadaku sampai ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya!”
Tidak sampai petang hari seluruh kaumnya pun beriman kecuali Ushairim, ia beriman saat tiba Perang Uhud, belum pernah sujud namun ia syahid di jalan Allah dalam perang tersebut. Rasulullah (s.a.w) bersabda tentang Ushairim, “Dia beramal sedikit, namun mendapat ganjaran yang sangat banyak.”
Hikmah yang dapat kita ambil dari Islamnya Saad bin Muadz ini terletak dari kedudukan yang ia miliki. Walaupun kedudukannya tinggi, ia masih mempersilahkan orang untuk berbicara secara baik-baik dengannya. Hingga akhirnya ia terketuk hatinya dan masuk Islam. Dengan kedudukan yang ia miliki, ia gunakan dengan sebaik mungkin. Ia tidak hanya mengIslamkan dirinya, tapi ia pun menyeru kepada kaumnya agar mengikuti jejaknya.
No comments:
Post a Comment