Tuesday, February 24, 2015

MENYIKAPI EHWAL SEMASA

Menyikapi buku yang banyak beredar tentang surat-surat para Masyaih dan surat dari Madrasah Darul ulum. Saya selama 3 hari banyak mengulang-ulang buku yang banyak beredar tentang surat-surat para Masyaih, Sura Indonesia, Madrasah Darul ulum, dll.

Kesimpulan awal :

Rujukan yang digunakan adalah:

1). Surat 3 Masayh tentang klarifikasi keluarnya beliau-beliau dari Nizomuddin.
2). "Surat dari Ulama Darul ulum tentang bayan Maulana Saad”.

Maka saya berpendapat:

1). Saya setuju musyawarah dijadikan acuan dalam dakwah. Tetapi dalam hal ini mari kita renungkan:

a) Tertib UMM, taklim dan penggunaan kitab Mutakhab a-hadist sudah diarahkan sebelum masyaih yang 13 terbentuk.

b) Menyangkut bai'at juga sudah dibuat sebelum terbentuknya Masyaih yang 13. Dan menyangkut imarah, bukankah itu sunnah?

Yang perlu diperjelas, apakah keamiran harus melalui musyawarah sura? Apakah tidak sah keamiran yang di bai'at oleh kelompok-kelompok ummat dan tokoh tertentu? Seperti halnya yang terjadi saat Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a?

Fakta kita untuk tabayyun adalah: Saat itu terjadi, insya Allah selain Maulana Saad DB, Bey Abdul Wahab DB juga Maulana Zubair Rah masih hidup dan tidak ada pertentangan.

2). Menyangkut surat penyangkalan Bayan Maulana Saad DB oleh Madrasah DU, saya sudah membacanya berulang-ulang poin per poin bayan Maulana Saad DB yang dipermasalahkan, dan kesimpulan saya dari sudut pandang aktifis dakwah di kalangan dakwah salaf itu adalah khayr.

Tidak ada kalimat beliau Maulana Saat yang menyimpang. Mungkin yang perlu dikritik adalah mereka yang mengcopas bayan tersebut dan digunakan sebagai bayan umum ditingkat awwam itu yang perlu diperbaiki. Atau mereka yang belum memahami makna hakikatnya tetapi sudah menyampaikan. Intinya: "Kita selaku pelaku khuruj tentunya meminta fatwa pada ulama ahli khuruj. Begitupun sebaliknya, urusan fiqh tentu ditanyakan pada Ahli fiqh. Dan tertib usaha ini sudah menegaskan tidak ikut menjadi bagian dalam urusan khilafiyyah.

3). Mari secara berulang ulang dibaca surat dari Hadratji Maulana Ilyas Rah pada halaman awal buku tersebut, pesan beliau pada poin 1 dan jawaban beliau tentang solusi umum pada point 2 adalah dapat membuat kita faham tentang maksud dan tujuan Maulana Saad DB, InsyaAllah.

Kesimpulan: Saya meyaqini para masyaih berniat baik akan ini semua, tetapi yang memperuncing masalah ini hingga terjadi perpecahan pandangan inilah yang perlu ditelusuri, dan diusut tuntas.


Karena setelah membaca secara detail surat-surat tersebut saya berkesimpulan: Ada aktor yang bermain dibalik konflik ini dan menyusun strategi perpecahan dengan sistematis dan terencana dengan baik. Dan indikasi ini memperkuat alasan bahwa ini KERJA INTELEJEN.

Saran: Mari, kita selaku ahbab ditingkat bawah untuk kembali aktif kerja, Jangan hanyut dalam problematika. Silahkan memilih arahan yang dianggap baik tanpa harus menebar fitnah dan memburukkan pihak lain.

Saya fikir kalimat saat jaulah adalah solusi klasik untuk ini: "Kita semua bersaudara yang terikat pada kalimah Tauhid!” Dan sama-sama ahbab dakwah.

Allahu akbar, kita semua sedang diuji Allah akan kalimat yang lazim kita sampaikan: "Kesatuan hati" dalam dakwah. Mari satukan langkah (meski ada perbedaan arahan) dengan memperbanyak kerja, perluas jangkauan kerja dan maksimalkan amal maqami. Jika belum mampu menilai mana kebenaran, minimalnya tidak jadi bagian pendukung perpecahan. Insya Allah akan diberikan ke-FAHAM-an akan Dien ini.

Wallahu a’lam. Subhanallah wabihamdika astaghfiruka ash-hadu allaa ilaaha illa anta wa atuubuilaik.

Dari: Hamba Allaah yang sangat dhaif, seorang ahbab yang belum ada kerja dan belum ada korban untuk dakwah.

No comments:

Post a Comment