Pengantar: Saya punya buku yang berjudul “JASAD PARA SYUHADA TAK MEMBUSUK” karya Dr. Abdul Hamid Al-Qudhah, penerbit Zam-Zam. Buku ini menceritakan banyak kisah yang diceritakan saksi mata dari masa-kemasa tentang Jasad Para syuhada yang sama sekali tidak membusuk. Buku ini juga menjelaskan secara ilmiah tentang bagaimana mikroba-mikroba anaerob yang sama sekali tidak “sudi" untuk menggerogoti sel-sel jenazah Para nabi, mayat para syuhada juga para hafiz Quran. Tidak akan ada kaum rasionalis dan skeptis yang akan mempercayai fenomena ini namun kita sebagai umat Islam harus percaya dan mengimaninya sebab sudah diceritakan Rasulullah dalam haditsnya.
Penjelasan awal
Ilmu Kedokteran telah mampu mendeteksi prose-proses pembusukan mayat (degradasi organisme) di dalam kubur, sejak ruh menginggalkan tubuh hingga tubuh berubah menjadi gas, cairan dan ammonia. Firman-Nya, “…….. sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya” (Al-Araf: 29). Mikroba bekerja bersama pihak lain dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya mikroba-mikroba anaerob yang hidup didalam usus manusia, enzim-enzim yang terlepas dari sel-sel setelah tubuh menginggal dan larva-larva tanah yang berkembang biak dengan sangat cepat. Mereka semua menggerogoti sel-sel mayat dengan sangat lahap.
Namun Fenomena ini tidak berlaku pada jasad Nabi, Syuhada juga jasad orang hafiz Quran. Tubuh mereka masih tetap utuh dan kebal terhadap bakter-bakteri pembusuk tersebut. Meski telah terkubur berpuluh-puluh tahun lamanya. Seakan-akan mereka masih hidup berada di tengah-tengah kita. Benarlah apa yang disampaikan oleh Allah Taala,” Janganlah kamu mengira orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati;bahkan mereka itu hidup disisi Rabbnya dengan mendapat rezeki.(Ali Imran;169). Sejarah telah menjadi saksi akan keutuhan jazad mereka dan tetap akan bertutur kepada manusia mengenai keadaan mereka.
Jasad utuh pada zaman Rasulullah:
Jabir bin Abdillah bercerita, “menjelang perang Uhud ayahku memanggilku pada malam hari. Ia berkata, “Aku merasa akan menjadi orang pertama yang gugur diantara sahabat Rasulullah. Sungguh aku tidak meninggalkan seorangpun yang lebih aku sayangi dibanding kamu disamping diri Rasululullah. Sesungguhnya aku memiliki hutang maka lunasilah dan bersikaplah yang baik kepada sudara-saudara perempuanmu. Keesokan harinya iapun menjadi orang yang pertama gugur. Ia dimakamkan bersama yang lain dalam satu kubur. Tetapi hatiku merasa kurang nyaman membiarkan ayahku berbagi kubur dengan orang lain. Kerananya selang enam bulan kemudian, aku membongkar makamnya dan mengeluarkannya. Ajaib, jazadnya masih utuh seperti ketika aku menguburkannya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari)
Jasad utuh para suyuhada mujahidin Mesir:
Diantara fakta dan karamah yang menakjubkan ini adalah seperti yang diceritakan oleh Dr. Mahmud An-Najjar dosen ilmu arkeologi dengan spesialisasi tulang manusia di Universitas Yarmuk Yordan. Saya berkesempatan mendengar langsung penuturannya tentang apa yang disaksikan dengan kedua matanya terkait jasad para syuhada pasukan Mesir yang berjihad di Palestina melawan pasukan Yahudi tahun 1948 M. mengungkapkan bahawa pada tahun 1956, beliau turut hadir bersama saudara kandungnya dalam acara penghormatan untuk para syuhada tentara Mesir. Dalam acara yang memperlihatkan kurang lebih 45 jasad syahid lengkap dengan seragam mereka, beliau menyaksikan langsung keadaan tubuh mereka masih utuh seperti sedia kala walaupun kematian mereka terjadi 8 tahun silam.
Jasad Utuh Kyai Abdullah rah di Indonesia:
Jakarta-Tiga bak berisi air dan potongan kayu ukuran 70 cm x 30 cm telah disiapkan anak-anak almarhum KH. Abdullah. Saat itu, Minggu 2 Agustus 2009, makam Kiai Abdullah akan dipindahkan lantaran di lokasi itu terkena proyek pelebaran Jalan Benda, Batu Ceper, Tangerang, yang mengarah ke Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
Air yang ada di dalam bak itu rencananya akan digunakan untuk mencuci tulang belulang sebelum dipindahkan ke lokasi pemakaman yang baru. Sementara potongan kayu sengon sebanyak 9 potong diperuntukkan sebagai dinding pembatas jenazah di dalam liang lahat.
“Saya sudah beberapa kali melihat proses pemindahan kuburan di Karet Bivak, JakartaPusat. Persiapannya memang seperti itu,"kata Achmad Fathi, anak ketiga Kiai Abdullah. Namun semua perlengbila itu akhirnya tidak terpakai. Soalnya, ketika makam yang berusia 26 tahun digali, pemandangan aneh terjadi. Jasad Kiai Abdullah ternyata masih utuh. Begitu juga dengan kain kafan dan kayu penutup jenazah. Tidak ada tanda-tanda bekas gigitan rayap atau binatang tanah di kafan maupun di kayu kamper tersebut.
Sementara Mukhtar Ali, anak sulung Kiai Abdullah, yang mengangkat jenazah ayahnya dari liang lahat mengaku sempat kaget. Soalnya keadaan jenazah hampir sama seperti saat dikuburkan, 22 Oktober 1983 silam. “Keadaan jenazah persis sama seperti saat dikubur dulu. Hanya tubuhnya agak menyusut saja dan rambutnya memutih” jelas Mukhtar. Mukhtar dan keluarganya semakin kaget, jenazah juga beraroma harum yang menyerbak. Wanginya, kata Mukhtar, tidak seperti parfum-parfum yang ada di toko-toko minyak wangi. Teriakan takbir pun langsung terdengar dari orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut.
Yang juga dirasa aneh oleh keluarga, ribuan warga tiba-tiba berdatangan mengikuti prosesi pemindahan jenazah. Padahal keluarga tidak memberi pemberitahuan kepada warga maupun murid-murid Kiai Abdullah. Mereka tiba-tiba saja datang.
“Awalnya pemindahan jenazah itu hanya dilakukan keluarga. Paling hanya 20 orang. Tapi nggak tahu kenapa tiba-tiba saat jenazah digali orang-orang sudah banyak berkumpul,” ujar Mukhtar. Saking banyaknya orang yang datang, imbuh Mukhtar, mobil dan motor pelayat yang terparkir di sisi jalan Benda, panjangnya mencapai 5 kilometer sehingga membuat kemacetan yang luar biasa di jalan tersebut.
Beberapa warga yang ditemui detikcom menuturkan, sebelum proses pemindahan jenazah, sebenarnya tanda-tanda keanehan sudah muncul terkait rencana pemindahan makam tersebut. Sebab saat alat berat ingin menghancurkan musala dan bangunan makam, tidak boleh berfungsi. Beberapa kali alat pengeruk dari mobil beko patah ujung kukunya.
Kerana kejadian itu, pihak kontraktor pelebaran jalan menunda pembongkaran yang rencananya akan dilakukan pada Januari 2009 itu. Pembongkaran baru boleh dilanjutkan awal Agustus setelah ada kesepakatan dengan keluarga. Salah satunya soal cara pembongkaran musala dan makam itu, yakni dengan hanya menggunakan palu dan linggis. Bukan pakai alat berat.
Keluarga Kiai Abdullah sebenarnya menyayangkan kalau musala itu dibongkar. Sebab musala yang telah ada sejak puluhan tahun lalu itu sangat dibutuhkan warga setempat untuk beribadah.
Musala yang berdiri di atas tanah wakaf itu sejak dibangun Kiai Abdullah tahun 1950-an sudah mengalami beberapa pemugaran dan pelebaran. Hingga menjadi semakin luas dan bangunannya menjadi permanen. Namun pada 2007, Pemkot Tangerang ternyata punya rencana melakukan pelebaran jalan Benda, Juru Mudi, Batu Ceper, yang berada di sepanjang Sungai Cianjane. Musala dan makam itu kebetulan berada di lokasi yang akan dijadikan akses jalan sehingga terpaksa harus digusur.
Tanah yang akan digusur dihargai Rp 500 ribu per meter. Harga itu belum termasuk bangunan yang akan dibongkar. Tapi keluarga Kiai Abdullah menolak pemberian uang pengganti. Pasalnya , tanah tempat musala dan makam itu merupakan tanah wakaf yang tidak boleh diperjualbelikan.
Pihak keluarga hanya meminta Pemkot membangun kembali musala di sekitar wilayah Juru Mudi, supaya warga setempat mudah kalau ingin beribadah. “Sepeser pun kami tidak menerima uang penggantian. Biaya pemindahan jenazah saja kami tanggung sendiri, sekalipun Pemkot sudah menawarkan” jelas Mukhtar, anak sulung Kiai Abdullah.
Kini jenazah Kiai Abdullah dimakamkan di depan pekarangan rumah Achmad Fathi, yang berjarak hanya 15 meter dari lokasi pemakaman sebelumnya. Di areal pemakaman baru itu terdapat tiga makam, yakni makam KH Abudullah bin Mukmin, makam istri keduanya Maswani, serta makam putra keduanya yang bernama M Syurur.
Rencananya, areal makam itu akan diperluas lantaran setiap hari banyak orang yang datang untuk berziarah, terutama setelah tersiar kabar jasad Kiai Abdullah masih utuh meski dikubur selama 26 tahun. Bahkan untuk memudahkan para peziarah, keluarga bermaksud membangun musala di samping areal makam.
Para dokter berusaha mengilmiahkan fenomena ini dengan mengatakan mayat boleh utuh kerana tanah yang banyak mengandung kapur, namun tetaplah tidak akan masuk dilogika kerana keadaan tubuh Kyai masih tetap tidak ada perubahan seperti tubuh manusia hidup tanpa ada kerusakan sedikitpun (TIDAK BERKERUT, TIDAK ADA Bahagian TUBUH YANG HANCUR/HILANG) bahkan kain kafannya tidak rusak dimakan tanah.
Kesimpulan: Wahai saudaraku para pengunjung blog ini, mari kita raih ridho Allah dengan menjadi bahagian dari mereka yang mendapatkan karomah jasad yang tidak hancur dimakan oleh “zaman”. Mari kita menjadi muazin al-muhtasibin , sebagaimana diriwayatkan Abdullah bin Umar: rasulullah bersabda,"Muazin al-muhtasibin (yang mengharap pahala disisi Allah) seperti seorang syahid yang berlumuran darah. Apabila dia mati jasadnya tidak dimakan belatung didalam kuburnya” (Diriwayatkan oleh Munziri dalam At-targhib wat Tarhib,I:181.no.24).
No comments:
Post a Comment