Monday, March 3, 2014

PENGALAMAN UNIK DALAM MEMELIHARA JENGGOT

Kata Wanita Yahudi, Lelaki Tak Berjenggot Ibarat Sayur Tanpa Garam.

Sayur tanpa garam, hambar, tidak sedaplah. Begitulah ibaratnya lelaki yang tak berjenggot, kata para wanita Yahudi. Kita tahu, orang lelaki Yahudi yang totok, selalunya berjenggot lebat dan berkumis tebal. Itulah yang menjadikan wanita Yahudi kesengsem dengan orang berjenggot. Menurut penelitian mereka yang paling mutakhir, pria berjenggot memiliki vitalitas diatas rata-rata. Jenggot rupanya juga dapat memberi kemampuan ekstra kepada lelaki untuk bercinta lebih lama.

Pada jaman Nabi dulu, orang Yahudi memang sudah berjenggot lebat dan berkumis tebal, itulah ciri mereka. Sementara itu, Orang Nasrani dicirikan dengan pelihara kumis saja. Dan, orang Majusi ditandai dengan tiadanya kumis ataupun jenggot. Untuk membedakan dari ketiga kaum itu maka nabi perintahkan untuk pelihara jenggot saja, minimal satu genggaman tangan, sementara kumis harus dipotong, supaya tidak sama dengan orang Yahudi.

Maka jadilah pelihara jenggot itu merupakan sunnah Nabi. Di dalam sunnah Nabi ada kejayaan, begitu kata teman saya yang menganjurkan saya untuk pelihara jenggot. Siapa yang memelihara sunnah Nabi pahalanya sama seperti orang mati syahid 100 kali. Padahal, ssekali mati syahid saja sudah cukup untuk membuat Tuhan senang, apalagi kalau 100 kali tentu lebih senang.

Akhirnya saya pun pelihara jenggot juga pada tahun 1993 (saat itu sedang di Inggris) hingga lah sekarang jenggot itu masih mejeng didagu, sebahagian sudah mulai putih. Janggut yang sudah memutih ini juga dapat digunakan sebagai perisai di alam kubur. Orang muslim yang mati dalam keadaan berjenggot putih, maka malaikat Munkar dan Nakir enggan menyiksanya, begitu kata hadis yang saya dengar dari orang Pakistan.

Di Pakistan, dengan mazhab Hanafinya, berjenggot adalah suatu kewajiban, haram memotong jenggot, kerana itu merupakan sunnah nabi, siapa yang memotong jenggot, lagi dan lagi, berarti ia telah berbuat dosa berulang2. Memotong jengot juga katanya lebih berdosa daripada mencuri, korupsi, berzina ataupun membunuh. Kalau mencuri, berzina dan membunuh hanya dicatat sebagai sekali saja perbuatan maksiat, maka memotong jenggot adalah dosa yang berkali2. Itu kata teman saya yang mazhabnya Hanafi.

Di jaman Nabi Musa, ada dua orang yang sedang mencari kalajengking berwarna merah dan kuning untuk suatu keperluan. Maka setelah putar sana sini tak kunjung dapat, dia pun minta kepada Nabi Musa as untuk menunjukkan tempat kalajengking itu berada. Maka Musa as mengajaknya ke kuburan, ditusuknya kuburan itu dengan tongkatnya dalam-dalam dan keluarlah ribuan kalajengking merah dan kuning dari liang kubur itu. Mengapa demikian, tanya mereka? Musa as menjelaskan bahawa ahli kubur ini adalah terbiasa memotong jenggotnya pada waktu hidupnya. Maka potongan jenggot yang jatuh ke bumi itu berubah menjadi jutaan kalajengking ketika dia dikuburkan. Saya dapat cerita ini dari seorang ustad Thailand yang umurnya sudah 65 tahun. Jadi tak mungkinlah kalau dia bohong.

Menurut pengamat jenggot, orang2 yang berjenggot adalah orang2 yang serius dalam bekerja. Kalau dia bercanda atau melawak, dia tetap serius. Bahkan pekerjaan di tempat tidur juga ia lakukan dengan serius. Ia nampak berwibawa, sopan dan tidak suka main2. Ini saya baca dari buku Fadilah jenggot.

Dari pengalaman saya sendiri, setelah pelihara jenggot selama lebih dari 16 tahun. Ada kejadian yang aneh tapi nyata. Suatu saat istri saya minta supaya saya memotong jenggot saya. Mana boleh, ini sunnah kata saya. Berkali2 dia merengek2 supaya saya memotong jenggot saya. Begitu juga anak2 saya, ibu saya, mertua saya malah bilang kalau ustadnya sudah puluhan kali ke mekkah pergi haji, tapi ia tak piara jenggot. Sampai suatu saat istri saya mimpi bertemu Nabi Muhammad saw sampai dua kali. Pertama ketika Nabi sedang di masjidil Haram. Yang kedua, orang2 sedang ramai antri meminta syafaat Nabi ketika sedang di padang Mahsyar. Sejak mimpi itu, istri tidak pernah menyuruh saya untuk memotong jenggot saya lagi.

Saya tetap sabar, saya tetap pelihara ini jengot yang “pating selawir”, kadang saya rapikan juga lah. Saya terus tetap sabar, walaupun kalau sedang jalan di Mall atau di tempat keramaian sering diteriaki embeeek…embeeek. Biar saja toh saya tidak minta makan dari mereka. Anak saya kadang merasa risih juga, pa..orang itu ngeledek papa kenapa? saya jawab saya sekenanya, orang yang ngeledek itu lagi nggak punya duit. Lain waktu, kalau ada yang iseng lagi, anak saya yang langsung bilang, pa…orang itu lagi nggak punya duit ya…saya senyum saja, anak saya juga ketawa ketiwi.

MUZAKARAH TENTANG JENGGOT

Dalam riset yang sedang dikaji para ilmuwan Amerika dan Eropa, mereka mencoba meneliti islam lebih dalam, termasuk jenggot yang dimiliki para ulama muslim, hasil yang menakjubkan adalah:

1). Jenggot secara alamiah mengontrol kandungan minyak di wajah.

2). Jika tumbuh satu helai jenggot, maka disekitarnya akan tumbuh jenggot halus disekitarnya.

3). Dalam satu helai jenggot menyerap lebih dari satu unsur yang menyebabkan wajah terlihat kusam.

4). Jika jenggot tersebut dicukur, maka membutuhkan waktu yang lama untuk menumbuhkannya secara alami.

5). Hal terakhir yang masih diteliti, sifat orang yang memiliki jenggot lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.

Yusuf al Qorodhowi membagi hukum mencukur jenggot ini menjadi tiga pendapat:

1). Haram, sebagaimana dikemukan oleh Ibnu Taimiyah dan lainnya.

2). Makruh, sebagaimana diriwayatkan dalam Fathul Bari dari pendapat Iyadh, sedang dari selain Iyadh tidak disebutkan.

3). Mubah, sebagaimana dikemukakan oleh sebahagian ulama modern.

Barangkali pendapat yang lebih moderat, lebih mendekati kebenaran dan lebih adil ialah pendapat yang memakruhkannya, kerana suatu perintah tidak selamanya menunjukkan hukum wajib sekalipun ditegaskan alasannya (illat) untuk berbeda dengan orang-orang kafir. Contoh yang terdekat adalah perintah untuk menyemir rambut agar berbeda dengan kaum Yahudi dan Nasrani, tetapi sebahagian sahabat tidak menyemir rambutnya. Hal itu menunjukkan bahawa perintah tersebut hukumnya mustahab (sunnat).

Diantaranya hadits Rasulullah saw dalam hal ini adalah, “Cukurlah kumis dan peliharalah jenggot.” (HR. Muslim) serta hadits yang diriwayatkan dari Zakaria bin Abi Zaidah dari Musab bin Syaibah dari Tholq bin Habib dari Ibnu az Zubeir dari Aisyah ra bahawasanya Rasulullah saw bersabda, “Sepuluh perkara fitrah, mencukur kumis, memanjangkan jenggot, bersiwak, memasukkan air ke hidung (saat wudhu), memotong kuku, mencuci sendi-sendi jari tanggan, mencabut bulu ketiak, mencukur rambut di sekitar kelamin, mencuci dengan air setelah buang air kecil, kemudian Zakaria berkata, Musab mengatakan, “aku lupa yang kesepuluh kecuali berkumur-kumur.” (HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Tirmizi).

Diantara hikmah lain dari larangan mencukur jenggot adalah agar kaum muslimin memiliki ciri khas sendiri dalam penampilan zahirnya yang membedakannya dari orang-orang musyrik ataupun majusi, sebagaimana hadits Rasulullah saw, “Berbedalah dengan kaum musyrikin, peliharalah jenggot dan cukurlah kumis.” (HR. Tirmizi)

No comments:

Post a Comment