Di penghujung zaman, dimuka gerbang baiat, merangkaklah-jika harus merangkak. Hidup ibarat drama yang dimulai dengan prolog dan sewajarnya diakhiri epilog. Kita yang normal cenderung mengharapkan epilog yang baik, at least happy ending. But exactly, happy ending versi seorang muslim tentu berbeda dengan versi seseorang yang sibuk dengan keduniawian. Kebanyakan mereka ingin mengakhiri hidup dengan bergelimang harta, popular, dan bebas dalam konteks duniawi, sedangkan muslim yang memiliki “ilmu” dan hakikat kenikmatan yang terkandung didalam “ilmu”, lebih memilih zuhud, jauh dari populeritas, mati dengan khusnul khatimah, sebagai daI, syahid, berjuang bersama Al-mahdi dll., Itulah yang ada dibenak dan pikiran seorang muslim, sejatinya.
Dari mana standard itu berlaku, mengapa justru yang menarik bagi kita dan dapat diterima oleh ego sehat kita justru adalah akhir yang baik seperti memperjuangkan keyakinan iman kita ketimbang akhir yang buruk dengan mati sia-sia tanpa keyakinan, iman? Tentu saja sebab itu adalah fitrah kehidupan yang telah Allah s.w.t tetapkan, sehingga hal itu menjadi proses ideal yang sangat diharapkan manusia manapun, karakter dan dari latar belakang apapun.
Pada prosesnya, bagi ummat islam yang benar dalam keimanannya, akhir dari perjalanan waktu dan dinamika peradaban manusia di seluruh dunia, pasti akan berakhir dengan bahagia, inilah alur yang dikehendaki Allah azza wa jalla sang sutradara kehidupan kepada umat islam yang teguh dalam memperjuangkan keimanannya.
Alur cerita, drama, konflik, polemik di setiap episodeNya tak boleh dibandingkan dengan drama fiktif, sejenis Lord of the Ring yang disutradarai oleh seorang manusia semata. Peradaban islam akan kembali berjaya dan kita yang “yakin” tentu percaya dengan hal itu, kekhalifahan akan kembali dengan pelaksanaan hukum dan pola hidup kenabian (Manhaj Nubuwwah). Sistem thogut pasti akan berakhir di penghujung peradaban umat manusia. Itulah epilognya, awal dari kisah bahagia kehidupan menuju gerbang keadilan sejati.
Sebagaimana yang telah di prediksi Rasulullah saw 15 abad yang lalu, bahawa Ummat akhir zaman akan mengalami 5 episode, fase perjalanan dakwahnya.
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَ
نْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ ا
للَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَاثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا
عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ
يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّتَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
ثُمَّ سَكَتَ (أحمد)
(1) Babak An-Nubuwwah. Masa Kenabian akan berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(2) Babak Khilafatun ala Minhaj An-Nubuwwah: (Kekhalifahan yang mengikuti Sistem/Metode Kenabian). Masa ke Khalifahan yang mengikuti manhaj Kenabian berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendak,i kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(3) Babak Mulkan Aadhdhon (Raja-raja yang menggigit). Masa Raja-raja yang menggigit berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(4) Babak Mulkan Jabbriyyan (Penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Masa Raja-raja yang memaksakan kehendak berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(5) Babak Khilafatun ala Minhaj An-Nubuwwah (kembali menerapkan Methodologi nubuwwah, aplikasinya sangat mendekati kepada detail manhaj kenabian, sederhana dan kontradiksi dengan apapun yang telah dihadirkan oleh Illuminati, masonry, Zionis = Barat hegemoni). Masa ke Khalifahan yang mengikuti manhaj Kenabian kemudian Nabi diam.” (HR Ahmad).
Perhatikan matan (isi) hadist diatas. Disetiap episode yang diterangkan, dijelaskan mengenai hak prerogatif Allah swt dalam berkehendak, mencabut dan menetapkan aturan mainnya. Sekarang adalah akhir zaman (Para Alim sepakat). Sebelum tegaknya syariat dan berjayanya kekhalifahan Islam, maka terlebih dahulu Allah s.w.t ingin memperlihatkan kepada ummatnya tentang aib dan kebathilan sebuah sistem yang tidak akan pernah menjamin kesejahteraan hakiki. Jika Sistem yang ditegakkan dan hukum yang diterapkan tidak sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Terlebih lagi jika personal-personal yang memainkan peranan penting hukum dan pemerintahan adalah mereka yang tidak memahami hakikat ilmu atau bahkan tidak memilikinya sama sekali.
Hikmah dibalik terkuaknya setiap lini kebathilan konspirasi yang di naungi oleh negara, pemerintahan, institusi dan organisasi-organisasi hyprocrit, baik konflik-polemik didalam negri maupun internasional. Adalah semata agar kita menyadari dan merasakan betul suatu kejanggalan dalam konflik-polemik tersebut, kemudian kita dirangsang agar penasaran dan mencari tahu kebenaran yang Allah Azza wa jalla inginkan. Allah subhanallahuataala menggugah kita dengan berbagai peristiwa agar kita kembali merujuk kepada sumber literature islam yang valid dan berpedoman dengan sunanul Huda(Jalan petunjuk ilahi) sampai kita benar-benar memahaminya.
Allah menginginkan kita kembali kepada jalan yang Haq, menempatkan hukum dan pola hidup manusia kembali kedalam kehendak fitrahnya agar kita sentiasa dalam ridhanya. Sejatinya Allah subhanahuataala-lah yang menguak tabir kemunafikan, kepalsuan, kejahatan sebuah sistem yang digagas oleh Iblis, dirangkai sebagai bentuk pemujaan baru secara samar yang dipersembahkan kepada sang penggagas (Iblis/Lucifer laknatullah) oleh pengikut-pengikutnya (Iluminatus).
Negara sekuler, Demokrasi sistem, Neo liberalism, Militerism, intelijenism, departemen kepolisian, G-8, G-20, PBB(UN), IMF, Global Crisis, hingga WHO dengan konspirasi terkait kasus Fluoride dan H1N1. Tidak hanya dalam zona politik, dari segi budaya pun mereka menjajah halus kita lewat global Pop kultur dan Musik industri, kebebasan media, kontrol pikiran lewat program hiburan TV yang seragam diseluruh dunia, Pornoisasi, Fashion, dan Sub-kultur: Gang-gang jalanan, Komunitas Underground, hippies, yuppies, sex bebas, Liberalisme sekulerisme, Hedonisme, Nihilisme, Romantisisme, Post-Modernist Idolatry, dll.
Semua itu Adalah rangkaian agenda yang diberlakukan sebagai sebuah persyaratan untuk merusak moral, menyingkirkan segelintir manusia yang dianggap tak layak, memiskinkan masyarakat tertentu dan membodohi serta memperbudaknya demi ambisi mereka merealisasikan The New (Babilonian) Word Order yang puncaknya -Wallahu alam- di tahun 2012.
Segala kerusakan adalah hasil dari tangan-tangan manusia itu sendiri, begitulah bunyi dari firmanNya. lalu “tangan” siapakah yang berperan sangat penting dalam mendatangkan hukum sebab-akibat sehingga kemurkaan Allah s.w.t mendatangkan bencana-demi bencana bertubi-tubi. Gempa, tsunami, banjir, topan-tornado, kebakaran, pembunuhan, perzinahan, dekadensi moral, perzinahan, terorisme sampai efek rumah kaca yang berdampak global warming, mendekatnya astriod sepanjang 50km yang mengarah ke bumi dan prediksi beralihnya kutub bumi dan kiamat di tahun 2012. Ya siapa lagi jika bukan mereka para penyembah Iblis baik menyembah langsung ataupun sekedar mengikuti jejak, bertasabuh dan berada dijalannya.
Lalu kemudian di negeri kita, dengan telah jelasnya permasalahan kasus rekayasa tentang The Reptile Show antara Buaya dan cicak, yang akhirnya semakin memperkuat perspektif kita tentang siapa “sang buaya"itu sebenarnya. Tentu absurd sekali jika kita masih berharap pada buaya untuk sebuah perlindungan dan pengayoman. Walau kita meyakini diri kita bahawa tidak semua buaya bersifat buaya. Tapi faktanya sarang buaya dapat merubah manusia polos menjadi lebih kejam dari buaya. Banyak kita temui mereka yang tadinya baik, sopan berubah menjadi tamak dan buas, disebabkan lingkungan dan sistem yang benar-benar mempengaruhi mereka menjadi buas bahkan terkeadaan menjadi biadab. Manusia adalah anak dari lingkungan, pepatah arab ini mungkin cocok untuk mewakilinya.
Tentu absurd sekali jika kita masih percaya bahawa negara, pemerintahan dan aspek yang terkait dengan sistem iblis di dalamnya dapat memberikan kesejahtraan pada masyarakatnya. Sekali lagi tidak! Allah s.w.t dan hukumnyalah yang mendatangkan kesejahtraan dan kebahagiaan yang sebenarnya. Keamanan dan kesejahtraan ada dalam ketaatan kepadaNya, bukan dari kepolisian dan sistem bobrok alias thogut yang masih saja kita harapkan. Bangun dan sadarlah dari mimpi-mimpi utopia demokrasi, wahai ummat. Negara ini beserta sistem yang menggerakkannya pasti akan Allah subhanallahuataala hancurkan dan Allah akan menggantikannya dengan sistem kekhilafahan sebagaimana yang telah kita ketahui dan yakini.
Sejak aktif dalam dakwah (2007), saya mendengar tentang kehadiran Al-Mahdi yang diperkirakan ulama-ulama akan muncul pada 1 dasawarsa kedepan, hal ini disampaikan sekitar tahun 2004 ketika ijtima tonggi di Bangladesh (Mohon koreksi jika salah). Sekarang, tanda-tanda telah banyak menunjukan kebenarannya. Panji dakwah nubuwwah akan segera dipersembahkan dari putra Bani Tamim kepada sang khalifah. Gerbang baiat segera dibuka, merangkaklah jika memang harus merangkak, keadilan akan segera ditegakkan.
Dari Ibnu Umar RA, bahawa pada suatu hari Rasulullah saw, sambil memegang tangan Saidina Ali RA, beliau bersabda: “Akan keluar dari sulbi ini seorang pemuda yang memenuhi bumi ini dengan keadilan. Maka apabila kamu menyakini demikian itu hendaklah bersama Pemuda Bani Tamim itu. Sesungguhnya dia datang dari sebelah Timur dan dialah pemegang panji-panji Al Mahdi.” (Hadis riwayat At Tabrani).
وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ
“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad)
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْ
دِيُّ
“Ketika kalian melihatnya (kehadiran Imam Mahdi), maka berbaiat-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju kerana sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR Abu Dawud)
Begitu banyak ayat-ayat qauniyah yang telah ditampilkan lewat bencana, kekacauan, pembunuhan, kebohongan-kebohongan, asusila, keanehan-keanehan di penghujung zaman ini, semoga menjadi lebih dapat diperhatikan, didiskusikan, ditindak lanjuti dengan penelitian dan peninjauan atas kandungannya sebagaimana ayat-ayat kauliyah (semestinya), guna menggugah kesadaran hati dan akal kita terhadap tanda-tanda yang telah Allah subhanallahuataala berikan.
Marilah sama-sama kembali dekatkan diri kepada Allah, luruskan iman, perjuangkan keimanan kita, sehingga kita dapat amalkan perintah-perintahNya. Sebab kabar gembira mengenai kedatangannya hanya diperuntukan kepada mereka yang telah berjuang menegakkan panji dakwah nubuwwah. Maka sudahkah kita memPersiapkannya? Sudahkah kita ada didalamnya? Semoga Allah memberi kita semua petunjuk. Semoga Allah meng-istiqamah-kan siapapun yang telah berada didalamnya.
No comments:
Post a Comment