Kita lanjutkan pengajian dari tafsir Juz’ Amma surat "Qul ya ayyuhal kafirun" atau dikenal dengan surat Al Kafirun.
Allah mengatakan "Qul ya ayyuhal kafirun" pernyataan yang sangat tegas.
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
Katakanlah (wahai Muhammad): "Wahai orang-orang kafir.”
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
"Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah.”
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
"Dan kalian bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.”
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
"Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kalian sembah.”
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
"Dan kalian tidak pernah pula menyembah Tuhan yang aku sembah.”
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
"Untuk kalian agama kalian dan untukku agamaku.”
(Qs. Al Kafirun 1-6)
Para ahli tafsir menyebutkan sebab turun surat ini adalah: Orang-orang musyrikin sentiasa merayu Nabi s.a.w untuk menghentikan dakwahnya. Karena Nabi s.a.w tidak pernah berhenti dari berdakwah beliau terus berdakwah agar mereka (orang-orang musyrikin) untuk meninggalkan kesyirikan mereka, maka mereka menempuh berbagai macam cara agar Muhammad s.a.w berhenti dari dakwah tauhid. Diantaranya mereka menawarkan kepada Nabi s.a.w harta, takhta dan jabatan.
Nabi s.a.w tidak tertarik dengan harta. Kemudian ditawarkan kepada Nabi s.a.w wanita, tapi Nabi s.a.w tidak mungkin memilih wanita lantas meninggalkan dakwah tauhid. Terus mereka mengulangi penawaran tersebut dan Nabi terus menolak akan penawaran mereka. Akhirnya mereka memberikan penawaran yang lain, yaitu mereka mengajak Nabi s.a.w agar Nabi s.a.w menyembah Tuhan mereka selama setahun dan mereka juga akan menyembah Tuhannya Nabi s.a.w selama satu tahun.
Akhirnya Allah s.w.t memerintahkan kepada Nabi s.a.w untuk menolak penawaran tersebut. Jadi mereka ingin agar Nabi berhenti dari dakwah, diantaranya mereka rela (sementara) bertauhid. Seakan-akan orang musyrik mengatakan: "Thayyib ya Muhammad, kita akan patuh kepadamu. Kami akan bertauhid selama setahun, kami tidak akan menyembah Latta dan Uzza, Hubbal, Manna. Kami akan menyembah kepada Allah s.w.t selama satu tahun. Tapi dengan syarat tahun berikutnya engkau juga menyembah sesembahan-sesembahan kami.”
Lihat! Bagaimana orang-orang musyrikin berusaha agar Nabi berhenti dari dakwah tauhidnya, mereka rela untuk bertauhid selama setahun. Kalau Nabi s.a.w sempat menyembah tuhan-tuhan mereka, jangankan setahun, meskipun sekejap maka Nabi telah terjerumus dalam kesyirikan. Kesyirikan tidak menerima tawar menawar. "Barang siapa berbuat kesyirikan meskipun sekejap maka rusaklah tauhidnya”.
Jangankan setahun, Rasulullah s.a.w beribadah kepada Lata, Uzza dan Manat dan berhala-berhala yang ada disana meskipun hanya sehari, meskipun hanya satu jam maka Nabi s.a.w telah merusak dakwah tauhid yang selama ini Rasulullah dakwahkan. Oleh karenanya, mustahil Rasulullah s.a.w akan memenuhi permintaan mereka dan memenuhi penawaran mereka.
Allah s.w.t memerintahkan kepada Nabi s.a.w untuk tegas dalam hal ini:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
Katalah (wahai Muhammad), "Wahai orang-orang kafir”.
Tidak ada basa basi dalam hal ini. Nabi tidak mengatakan, "Wahai saudara-saudaraku dari kabilah Arab!" Atau, "Wahai kaum Quraishy!" Tidak! Karena mereka mengajak melakukan kesyirikan maka bantahannya pun dengan tegas. Berbeda dalam kondisi-kondisi yang lain, terkadang Nabi s.a.w menggunakan kata-kata yang lembut. Terkadang Nabi s.a.w mengambil hati mereka, namun dalam hal ini karena mereka mengajak Nabi untuk berbuat kesyirikan maka Nabi membantah mereka dengan perkataan yang tegas:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
Katakanlah, "Wahai orang-orang kafir."
Jelas, orang-orang yang beribadah kepada selain Allah adalah orang-orang kafir.
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
"Aku tidak menyembah apa yang kalian sembah."
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
"Dan kalian juga tidak menyembah apa yang aku sembah.”
Rasulullah s.a.w mengulangi lagi:
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
“Dan aku tidak akan pernah menyembah apa yang kalian sembah”.
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
“Dan kalian tidak akan pula menyembah Tuhan yang aku sembah”
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku”
Disini ada khilaf diantara para ulama, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al Qurtubi rahimahullah, kenapa diulang sampai dua kali?
Sebahagian mengatakan bahawasanya pernyataan Nabi:
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
“Aku tidak menyembah apa yang kalian sembah”
Artinya: Aku tidak pernah menyembah sesembahan kalian, berkaitan dengan perkara yang telah lampau.
Kemudian pernyataan Nabi yang berikutnya:
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
Berkaitan dengan masa depan. Sehingga artinya Nabi mengatakan, ”Aku tidak pernah menyembah apa yang kalian sembah, wahai orang-orang kafir. Dan aku tidak akan pernah menyembah apa yang kalian sembah”. Jadi berkaitan dengan yang lalu dan masa depan. Dan ini ketegasan dari Nabi s.a.w. Dan ada juga pendapat yang menyatakan Rasulullah s.a.w mengulangi dua kali, karena tawaran tersebut datang berulang-ulang. Pendapat lain juga yang disebutkan Al Qurtubi rahimahullah, "ma" disini adalah "ma masdariyyah", sedangkan "ma" dalam tafsiran sebelumnya adalah "ma al maushulah”.
Sehingga,
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
Artinya: “Aku tidak akan menyembah sebagaimana cara beribadah kalian, karena kalian beribadah dengan cara kesyirikan meskipun kalian menyembah Allah tetapi cara ibadah kalian salah”. Kalian menyembah Allah dan juga selain Allah. Kalian menyekutukan Allah (orang-orang musyrikin Arab mereka menyembah Allah akan tetapi mereka juga menyembah selain Allah).
Orang-orang musyirikin Arab mereka berhaji, melaksanakan umrah, solat, i'tikaf di masjidil Haram thawaf di Ka’bah. Akan tetapi selain menyembah Allah mereka juga menyembah yang lain, sehingga mereka dikatakan musyrikin karena mereka menyekutukan Allah. Maka Nabi mengatakan: "Wahai orang-orang kafir aku tidak akan pernah menyembah sebagaimana cara ibadah kalian dan kalian juga tidak akan pernah menyembah sebagaimana cara ibadahku yaitu tauhid, karena kalian sentiasa terjerumus dalam kesyirikan.”
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allah s.w.t. Ayat ini sangat tegas, bagaimana Nabi s.a.w mengiklankan (mengumumkan) dengan penuh ketegasan dengan menyebut mereka orang-orang kafir. Allah mengatakan: "Katakanlah wahai Muhammad: Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kalian semba”. Diakhir ayat Allah mengatakan:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku”
Ini dalil bahawasanya, tidak mungkin agama tauhid pernah bergabung dengan agama kesyirikan dan tidak mungkin disamakan antara agama tauhid dengan agama kesyirikan. Ini merupakan bantahan yang sangat tegas kepada orang-orang liberal atau penganut pluralisme yang menyatakan bahawasanya semua agama sama. Kita katakan, agama tidak ada yang sama dan agama yang diridhai Allah hanyalah Islam.
Allah berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَام
“Sesungguhnya agama yang Allah ridhai hanya Islam” (Qs. Al Imran: 19).
Allah juga berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ
مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barang siapa mencari agama selain Islam, tidak akan diterima oleh Allah S.w.t dan dia termasuk orang-orang yang merugi di akhirat kelak”. (Qs. Al Imran: 85).
Kenapa bisa demikian? Karena satu-satunya agama yang menyuruh kepada tauhid, yang menyuruh kepada penyembahan kepada pencipta alam semesta ini hanyalah Islam. Selain Islam semuanya agama kesyirikan (Nasrani, Hindu, Budha, Yahudi) yang menyuruh menyembah makhluk. Oleh karenanya orang yang hendak menyamakan antara Islam dengan Nasrani dan Yahudi maka orang tersebut telah sesat dengan kesesatan yang nyata. Dia jelas telah memaksakan untuk menyamakan penyembahan terhadap penciptaan alam semesta, seperti:
1). Penyembahan terhadap manusia seperti Nabi isa.
2). Penyembahan dewa-dewa dan hewan seperti agama Hindu.
3). Penyembahan terhadap manusia seperti agama Budha.
2). Penyembahan dewa-dewa dan hewan seperti agama Hindu.
3). Penyembahan terhadap manusia seperti agama Budha.
Ini merupakan penyamaan antara tauhid dan kesyirikan. Maka sungguh lucu kalau kita mendengar sebahagian orang yang menyatakan bahawasanya di Syurga kelak bukan hanya ada Syurga bagi kaum Muslimin, tapi Syurga luas (ada Syurga kaum Muslimin, Syurga kaum Nasrani, dan Syurga orang Yahudi).
Ini merupakan perkara yang tidak benar yang menunjukan yang melazimkan bahawasanya kesyirikan di ridhai oleh Allah s.w.t. Bagaimana seorang yang musyrik masuk Syurga Allah s.w.t?
Kalau semua agama benar, untuk apa diutus Nabi Muhammad s.a.w? Untuk apa Nabi s.a.w memerangi orang-orang Yahudi dan Nasrani? Untuk apa Nabi s.a.w mengirim para da'i, untuk mendakwahi kaum Yahudi dan Nasrani? Oleh karenanya jelas Nabi s.a.w mengatakan:
لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ
يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
"Tidak seorangpun dari umat ini Yahudi atau Nasrani yang mendengar tentang aku (Muhammad s.a.w) kemudian tidak beriman dengan apa yang aku bawa kecuali dia termasuk penghuni Neraka Jahannam”. (HR muslim nomor 218, versi Syarh Muslim nomor 153). Demikian, wabillahi Taufiq.
No comments:
Post a Comment