Tahukah anda bahawa tamadun Melayu Kepulauan Melayu menyimpan rahsia khazanah dunia yang masih tidak terungkai hingga sekarang? Ramai para pengkaji khususnya dari INDONESIA yang menyatakan bahawa Kepulauan Melayu adalah pusat peradaban dunia yang terawal sekali. Namun saya kurang setuju dengan hal ini kerana sebagai seorang Islam kita tahu bahawa tamadun terawal yakni tamadun Nabi Adam as bermula di timur tengah atau tepatnya di Mekah. namun sedikit demi sedikit tamadun ini bergerak ke Kepulauan Melayu dengan perpindahan dan perpecahan anak cucu Adam sehinggalah membentuk Tamadun Kuno Kepulauan Melayu yang sehingga kini masih diselubungi misteri.
Saya yakin anda sekalian akan kagum dengan pencapaian yang pernah ditorehkan oleh para leluhur kita. Sejarah gemilang ini dibentangkan atau disiapkan oleh leluhur kita dalam pelbagai bentuk antaranya ialah bangunan-bangunan batu yang megah, piramid yang misteri serta batu-batu bersurat dan amalan serta paraktis kebudayaan yang amat menakjubkan. Diantara misteri-misteri yang akan cuba dibincangkan jikalaupun tidak mampu untuk kita rungkai sekaligus adalah mengenai Candi-candi pelik yang terdapat di pulau Jawa seperti Candi Penataran misalannya.
Misteri senibina Candi Penataran
Ketika Eropa masih berada di zaman kegelapan, ternyata leluhur kita telah berhasil membangunkan sebuah binaan seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Candi Penataran. Sebuah karya agung yang sangat rumit jika dipandang dari keindahan seninya, mahupun tingkatan kesulitan pembuatannya. Siapa yang boleh tunjukkan saya ada bangunan di peradaban lain yang lebih indah dengan detail yang rumit di abad itu.
Candi Panataran ditemui semula pada tahun 1815, tetapi sehingga tahun 1850 ia masih belum diketahui umum. Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826). Raffles bersama-sama dengan Dr. Horsfield seorang ahli Geografi mengadakan kunjungan ke Candi Panataran dan hasil kunjunganya dibukukan dalam buku yang berjudul “History of Java” yang terbit dalam dua jilid. Jejak Raffles ini di kemudian diikuti oleh para pengkaji lain yaitu J. Crawfurd seorang pembantu residen di Jogyakarta, selanjutnya Van Meeteren Brouwer (1828), Junghun (1884), Jonathan Rigg (1848) dan N.W. Hoepermans yang pada tahun 1886 mengadakan inventori di kompleks Panataran.
Candi Penataran adalah kompleks candi terbesar dan paling terpelihara di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Candi ini merupakan candi yang kaya dengan berbagai macam corak relik, arca dan struktur bangunan yang bergaya Hindu. Terdapat pahatan Kala (raksasa gigi menyeringai), arca Ganesha (dewa ilmu pengetahuan dalam mitologi Hindu), arca Dwarapala (patung raksasa penjaga pintu gerbang) dan juga relik Ramayana adalah bukti bahwa Candi Penataran adalah candi Hindu.
Prasasti Palah yang terdapat di kawasan Candi Penataran menyatakan bahawa candi ini mulai dibina sekitar tahun 1194, pada masa pemerintahan raja Sirenggra yang memerintah kerajaan Kediri dan selesai pada zaman kerajaan Majapahit.
Misteri relik di candi Penataran
Keunikan arkitektur bangunan candi yang ada di Kepulauan Melayu, khususnya di pulau Jawa adalah bukti akan kehebatan nenek moyang bangsa Melayu. Sistem pertanian yang canggih telah ada sejak dahulu kala. Itu belum lagi ditinjau dari kekayaan hasil perlombongannya. Karya agung seperti candi lengkap dengan arca dan reliknya hanya dapat dihasilkan oleh sebuah bangsa dengan kebudayaan yang tinggi. Dan bangsa dengan kebudayaan yang tinggi sudah pasti memiliki kekuatan ketenteraan yang unggul. Mari kita perhatikan relik yang terdapat di Candi Penataran ini. Ada sebuah pertempuran diantara pasukan yang boleh digambarkan berasal dari bangsa Kepulauan Melayu dan yang satu lagi adalah pasukan yang berpakaian mirip dengan bangsa asli Amerika, seperti bangsa-bangsa Aztec dan Maya.
Dari relic itu dapat kita bandingkan pakaian pasukan yang mirip orang Amerika tersebut dengan gaya pakaian orang orang suku Aztec dan Maya yang berasal dari benua Amerika.
Apakah kemiripan ini hanyalah kebetulan? Baiklah. Mari kita tengok detail dari relik ini. Silakan perhatikan baik-baik pahatan yang dilingkar merah.
Apakah benda yang terpahat bercabang tiga tersebut? Ya!! ia menyerupai tanaman kaktus. Bandingkan dengan foto tanaman kaktus di sebelahnya. Mirip bukan? Masalahnya, kaktus berasal dari mana ya? Adakah di wilayah Kepulauan Melayu pada waktu itu telah ada tanaman kaktus? Jawabnya tidak! Tanaman kaktus hanya ada di benua Amerika! Masih berfikir bahwa itu hanyalah kebetulan yang dibuat-buat?
Lihat relik wajah makhluk dengan lidah menjulur yang ada di Candi Penataran! Bandingkan dengan arca kepala dan lidah menjulur yang ada di Tlaltechutli, Mexico City! Adakah wujud persamaan di sana? Bandingkan juga dengan topeng Rangda ala Bali. Masih kurang yakin? Nah, gambar di bawah ini boleh membungkam ketidak yakinan orang orang kita yang sangat skeptis ni. Perhatikan kedua gambar di bawah.
Foto di sebelah kiri adalah arca Dwarapala (raksasa penjaga pintu gerbang) yang berada di Candi Penataran. Akan tetapi di manakah asal usul “arca Dwarapala” pada foto sebelah kanan? Jawabnya terletak di kompleks kuil Chichen Itza peninggalan suku Maya, yang sekarang terletak di Semenanjung Yucatan, Amerika Tengah. Bukankah foto ini menunjukkan kesamaan yang luar biasa hebat?Bukti lainnya ada di foto-foto berikut.
Foto pertama adalah “piramid” yang terdapat di Candi Sukuh yang terletak di desa Karanganyar, kabupaten Surakarta, Jawa Tengah. Foto disebelah adalah piramid suku Aztec yang terdapat di Tenochtitlan, Mexico. Ini menunjukkan adanya kaitan antara kedua peradaban tersebut. Selain itu masih banyak relik lain di Candi Penataran yang menggambarkan orang orang yang “diduga” berasal dari peradaban bangsa lain.
Sangat banyak relik yang menunjukkan bangsa asing yang terpahat disana. Pahatan-pahatan tersebut selalu digambarkan sebagai sebuah bangsa yang seolah-olah takluk kepada satu bangsa lain yang lebih berkuasa di Candi Penataran. Sayangnya sebahagian relik ada yang sudah rosak, namun untungnya beberapa bahagian masih dapat dikaji.
Pada reliek dibawah ini terlihat ada tiga orang di belakang orang yang sedang duduk dan di depannya ada dua orang yang sedang menyembah. Kalau diperhatikan dengan jelas, orang yang paling kiri seperti orang yang berpakaian dari suku bangsa Han, kemudian di depannya mirip orang yang tergambar di Angkor Wat (orang mon Khmer) dan di depannya mirip orang dari tamadun Maya, Inca atau Copan yang berasal dari Amerika Latin. Sedangkan salah satu yang berkupiah di depan (paling kanan sekali) seorang yang bertutup kepala seperti orang semitik atau juga Assyrian. Dari gambar ini kita boleh perkirakan bahawa yang disembah adalah yang duduk di tengah dan tiga orang yang berdiri di belakang yang duduk adalah pengawalnya.
Dari gambar di bawah, terlihat ada dua reliek yang memperlihatkan seseorang yang memakai songkok . Pakaian seperti ini boleh kita temui di daerah Turki, India hingga Pakistan.
Pada relik di bawah terlihat tiga orang yang bukan berpakaian ala kerajaan kita, posisi mereka menyembah dan duduk di bawah, sekilas pandang seperti cara berpakaiannya orang Mesir kuno.
Siapakah mereka dan apa mereka buat di sini? Setelah diamati dengan lebih jelas, relik tersebut dipercayai adalah gambaran dari tiga orang wanita. Perkiraan ini adalah karana dalam relik tersebut tidak berjanggut. Kalau dianggap wanita Jepun ataupun Korea ada ketidaksamaan yang terletak di model rambut dan jika dikatakan mirip serban dari India, maka biasanya yang menggunakan adalah laki-laki yang selalu digambarkan berjanggut. Pelik bukan releif ini. Namun apa yang pasti tidak ada mana-mana suku kaum di Kepulauan Melayu terutama kaum Melayu yang berpakaian begitu.
Dari ketiga gambar di atas hampir mirip dengan relik-relik yang ada di candi Penataran. Jadi dapat diperkirakan bahawa relik itu berkemungkinan besar adalah wanita Mesir.
Pada relik-relik yang berada di tingkat dua bangunan Sitihinggil yang ada di Candi Penataran sangat jelas menunjukkan diorama penaklukan suatu bangsa yang mirip dengan bangsa Indian Amerika.
Dapat dilihat bahawa leluhur Kepulauan Melayu berhasil mengambil alih salah satu kereta berkuda dan memanah ke arah lawan. Namun peliknya Orang Amerika tidak ada kereta kuda kerana teknologi roda tidak wujud di sana sehinggalah kedatangan Sepanyol. Jadi puak apakah yang mirip dengan orang Indian tersebut?
Relik ini dikatakan menggambarkan bahawa leluhur Kepulauan Melayu berhasil menusuk panglima dari bangsa Indian di benua Amerika. Mungkinkah kereta kuda itu kepunyaan leluhur kita yang dibawa ke sana?
Menurut pemerhatian pengkaji Indonesia relik ini menunjukkan bala bantuan India terburu-buru dan berlari menuju ke medan perang. Alasannya adalah terlihat cara mereka berpakain adalah seperti orang Indian terutama pada head gear mereka.
Dalam releif ini terdapat pasukan gajah perang dalam gerombolan tentera yang dikatakan sebagai Indian tersebut. Persoalannya adakah ianya betul-betul tentera Indian kerana Gajah tidak wujud di Amerika selepas kepupusan Mammoth beribu tahun dahulu. Mungkin juga releif yang dikatakan sebagai orang Indian ini adalah orang dari suku Mon Khmer kerana kita dapat lihat head gear yang sama pada releif di Angkor Wat. Mungkin peperangan ini adalah diantara Kemboja dan Jawa? Namun apa yang masih menjadi misteri adalah sememangnya terdapat sebuah releif malahan patung berbentuk gajah moden di Copan Amerika selatan tempat lahirnya tamadun Mayan Copan yang misteri ini. Jadi adakah berkemungkinan leluhur kita pernah sampai ke Copan dan memperkenalkan gajah kepada mereka?
Relik Gajah yang terdapat di Candi Penataran. Relik dan gambar Gajah di atas terdapat di daerah Copan - Honduras yang sejenis dengan yang digambarkan leluhur kita di Candi Penataran, menurut para ahli di Amerika, gajah sudah pupus 6500 tahun yang lalu.
Pertanyaannya adalah, “Adakah leluhur kita sudah mempunyai peradaban pada 6500 tahun yang lalu?”. Menurut saya ianya tidak mustahil, bahkan mungkin lebih tua dari itu.
Bukti-bukti awal dari misteri yang ada di Candi Cetho, Candi Sukuh dan Candi Penataran ini sejajar dengan teori-teori yang dinyatakan oleh Profesor Arysio Nunes dos Santos dari Brazil yang menyatakan bahwa Atlantis itu benar-benar ada, dan berada di Kepulauan Melayu. Prof. Arysio Nunes dos Santos, seorang geologis dan Ahli fizik nuklear telah menghabiskan waktu selama 30 tahun untuk membuktikan dari catatan Plato tentang keberadaan peradaban Atlantis,semua hasil penelitiannya mengarah ke Kepulauan Melayu. Sebagai anak bangsa Melayu di Kepulauan Melayu, adakah kita hanya boleh diamkan diri tanpa mengkaji hasil pengkajian kelas dunia tersebut ?
Setelah mengamati penjelasan diatas, apakah benar bahwa leluhur Kepulauan Melayu pernah berhubung dengan bangsa-bangsa di seantero dunia? Kemudian apakah leluhur Kepulauan Melayu berhasil menapakkan kaki di benua Amerika atau bangsa Amerika yang pernah mengunjungi Kepulauan Melayu? Faktanya adalah tidak pernah ada catatan sejarah yang menjelaskan bahwa bangsa Amerika memiliki tradisi kelautan yang hebat.
Sebaliknya, leluhur Kepulauan Melayu adalah pelaut-pelaut ulung. ini belum lagi saya bincangkan mengenai persamaan dari segi Budaya Naga dalam masyarakat Kepulauan Melayu dengan masyarakat Aztec dan Maya di Amerika Selatan. Malahan dari sudut bahasa sekalipun ada diantara bahasa purba Aztec dan Maya yang mempunyai persamaan dengan bahasa Melayu sebagai contoh perkataan Tanah bagi orang Maya adalah bermaksud kawasan atau jajahan, ianya ada persaman dengan bahasa Melayu bukan?
Banyak bukti sejarah menyatakan bahwa peradaban kita dahulu zaman nenek moyang kita, berkemungkinan jauh lebih maju dari pada apa yang banyak orang ketahui. Salah satu yang mungkin boleh dijadikan bukti adalah dengan adanya Candi Cetho.
Candi Cetho terletak di lereng Gunung Lawu, berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada ketinggian 1400 m di atas permukaan laut. Candi ini berbentuk piramid. Saling tak tumpah seperti piramid kaum Mayan dan Aztec.
Beberapa ahli kaji purba Indonesia mengatakan bahawa Candi Cetho dibuat pada zaman Majapahit, tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya ke V. Jika memang demikian maka ada banyak keganjilan yang patut dipertanyakan. Antara lain, batu candi yang terbuat dari batu kali, padahal pada era Majapahit, batu candi dibuat dari batu bata merah. Pelik bukan? Kemudian, dilihat dari bentuk relik di Candi Cetho, tahap ketepatan dan kerapian pemahatannya masih sangat sederhana. Tidak seperti di era Majapahit yang jauh lebih detail menggambarkan figurin-figurin patung ataupun relik yg cantik. Hal ini mengindikasikan usia Candi Cetho lebih tua dari era Majapahit.
Demikian juga patung-patung yang ada di Candi Cetho banyak menunjukkan klu yang jauh lebih tua dari zaman Majapahit. Ada beberapa patung yang tidak menggambarkan orang Jawa yang ada pada masa itu, patung tersebut justru lebih mirip dengan rupa orang Sumeria. Padahal kebudayaan Sumeria dikatakan sebagai kebudayaan tertua di dunia dan berada jauh dari sini. Ini satu lagi kepelikan yang tak mungkin terjawab. Selain itu ada dikalangan ahli kaji purba Indonesia yang juga pengamal ilmu kebatinan dan paranormal mengatakan mereka dapat mengesan satu gelombang yang terpancar terus dari puncak piramid tersebut. Dikatakan Nasa juga telah berjaya merakamkan cahaya putih keluar dari tempat yang sama suatu ketika dahulu. samaada benar atau tidak wallah hu a’lam.
Dari wajah dan potongan rambutnya tidak langsung menunjukkan orang Jawa tetapi memiliki kesamaan dengan orang Sumeria, Viking, Romawi, atau Yunani. Namun dari sisi pembentukan mata sangat serupa dengan patung Sumeria.
Bila kita perhatikan lebih jauh, mengapa ada patung yang pada dasarnya sangat mirip dengan orang Sumeria di Candi Cetho. Sedangkan orang Sumeria yang menggunakan pakaian seperti itu menurut sejarah ada di zaman 3000 - 4000 tahun sebelum Masehi. Kalau mereka dikatakan manusia pertama yang mempunyai peradaban dan tata sosial yang sudah bagus, mengapa mereka melutut di Candi Cetho? Jadi adakah bangsa kita tidak ada peradaban pada waktu itu ataukah peradaban kita sudah lebih maju dari mereka? Atau mungkin peradaban yang mereka kecapi dicedok dari kita?
Selain kaitannya dengan orang Sumeria, pada relik di Candi Cetho juga tergambar ukiran prajurit Jawa di mana gambar tersebut juga terdapat di relik yang ada di Candi Sukuh dan di Villahermosa, Mexico. Sekali lagi kita perhatikan, patung yang diduga adalah orang Sumeria yang berada di Candi Cetho dengan sebuah relik yang berada di Monte Alban, Qaxaca, Mexico yang menunjukkan sebuah kemiripan.
Begitu juga beberapa patung yang terdapat pada Candi Sukuh yang letaknya tak jauh dari kompleks Candi Cetho yang sama-sama terletak di lereng Gunung Lawu dengan ketinggian 1186 m diatas permukaan laut, berada di Dusun Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi Sukuh sebuah candi dengan bangunan yang unik, karena terdapat kesamaan bentuk dengan bangun-bangunan yang ada di Saqqara Mesir, Chichen Itza dan Tenochticlan di Mexico, serta Copan di Honduras. Selain itu apa yang menariknya adalah candi ini seperti juga Candi-candi hebat lain seperti Borobudur dan Prambanan ianya dijumpai oleh peminat tegar sejarah Kepulauan Melayu Sir Thomas Stamford Raflles pada tahun 1815 pada dalan masa pengumpulan data untuk penulisan buku “The History of Java.”. Yang saya tahu beliau adalah seorang Masonic.
Selain itu terdapat patung yang sekilas mirip makhluk Hindu Jatayu, dalam legenda Jawa Hindu yang digambarkan sebagai manusia garuda. Perdebatan kembali muncul dengan perbezaan-perbezaan dalam pakaian dan tutup kepala. Ternyata banyak yang menilai bahwa makhluk tersebut lebih dekat dengan Annunaki atau Pazuzu dalam tamadun Sumeria daripada bentuk Jatayu.
Melalui kajian dan penemuan yang telah dibuat ini saya ingin memberikan satu hipotesis mengapa wujud keganjilan-keganjilan ini. Pertama sekali kita perlu ingat bahawa masyarakat Kepulauan Melayu atau Kepulauan Melayu adalah pelaut yang unggul. Setiap pelaut yang unggul perlu ada ilmu tentang navigasi. Ilmu navigasi yang terdapat pada para pelaut ini diperolehi dengan membuat pemerhatian terhadap langit, yakni bulan, bintang malahan planet. Pengetahuan ini semuanya memerlukan pengiraan matematik yang jitu. Oleh itu seorang pelaut selain jadi jurumudi dia juga ahli astronomi dan matematik. Mereka juga mahir dalam membina bangunan dari batu dengan ketepatan ukuran yang menakjubkan. lihat sahaja Borobudur dan Prambanan.
Sekarang anda fikir sendiri, bagaimana suku kaum yang tinggal di tengah-tengah hutan belantara dan padang pasir pelajari ilmu-ilmu ini? Sebenarnya mereka telah beri kita banyak klu. Satu klu yang tak boleh kita terlepas pandang ialah kebanyakan tamadun-tamadun hebat ini mengaku bahawa ketamadunan dan ilmu-ilmu sains dan matematik yang mereka ada diperolehi dari orang luar atau orang asing yang mengajarkan kepada mereka! Siapakah orang asing ini? Dalam kajian yang dilaksanakan oleh beberapa ahli antrophologi dan didapati bahawa terdapatnya ras Austrik atau satu ras yang termasuk dalam ras Kepulauan Melayu dalam DNA orang Sumeria. Mana datang ras ini sedangkan mereka dalam kelompok Assyrian. Selain itu siapa annunaki si makhluk yang bermuka macam naga tapi berbadan manusia! Ini satu lagi kepelikan yang berlaku dalam setiap tamadun-tamadun purba yang hebat seperti Mayan dan Sumerian. Kedua-dua tamadun ini menyatakan adanya kedatangan orang luar atau makhluk lain yang digarbarkan seperti ular, biawak, buaya atau NAGA.
Ternyata begitu banyak misteri yang tersimpan tentang peradaban akan nenek moyang kita, tidak hanya dari segi budaya, dari bidang senibina pun nenek moyang kita tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain di dunia, maka sepatutnya kita bangga dan menjadikan pelajaran buat kita, jangan sampai kita kalah dengan nenek moyang kita, yang hidup di zaman yang teknologinya masih minimum tapi mereka mampu menciptakan pelbagai karya besar untuk perkembangan di masa mendatang. Adakah mereka ini yang dibangga-banggakan sebagai Mastermason oleh orang orang Freemason dan illuminati? Adakah dari peradaban nenek moyang kita orang Yahudi zionis askenazi mendapat ilham dan motivasi untuk menguasai dunia. Ini semua hanya teori dan setiap teori ada kelemahan masing-masing. Namun tidak boleh tidak kita harus cuba dan terus mencuba mencari kebenaran disebalik segala misteri ini. Hal ini kerana ianya adalah warisan nenek moyang kita. Jika bukan kita siapa lagi. We are son's of the Eden!
No comments:
Post a Comment