Waktu merupakan sesuatu yang penting yang tidak pernah lepas dari kehidupan kita, dengan waktu kita dapat meraih kesuksesan dan dengan waktu pula kita dapat kegagalan, nilai waktu ditentukan oleh bagaimana kita mengisinya. Dikatakan dalam Mahfudzat: “Waktu itu bagaikan pedang apabila kamu tidak memakai/menggunakanya, niscaya waktu itu akan membunuhmu ”, artinya kalau waktu di isi dengan berbagai kebaikan maka waktu itu akan menjadi kebaikan, namun jika waktu itu di isi dengan hal-hal yang tidak bermakna/kurang bermanfaat apalagi sia-sia, maka waktu akan mendatangkan kerugian. Saat keberuntungan kita dapatkan hendaknya kita bersyukur kpd Allah swt dgn mengucapkan “Alhamdulillah” dan kalau pun mendapat kegagalan janganlah kita mengutuk/menyalahkan waktu, yang mesti kita lakukan adalah melakukan introspeksi diri, sehingga dapat memperbaiki kesalahan.
Rasulullah saw bersabda: “Janganlah mencerca waktu, kerana Allah adalah Pemilik waktu” (HR Ahmad). Allah swt memperjelas pemahaman tentang waktu melalui fiman-Nya dalam Surah Al Ashr ayat 1-3: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar2 berada dlm kerugian kecuali org2 yang beriman dan mengerja kan amal soleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kepada kebenaran serta saling nasihat menasihati agar tetap berada dalam kesabaran."
“Demi masa”, Al-Ashr adalah waktu yang didalamnya berlangsung segala kejadian dan aktiviti, diantara para Ahli Mufassir juga ada yang mengartikan Al-Ashr itu dengan waktu Solat Asyar, pada ayat ini Allah swt bersumpah dengan waktu, tujuannya agar kita memperhatikannya dgn saksama, ingat sesungguhnya kita sangat terikat oleh waktu, sifat waktu itu dinamis berjalan terus, keadaan apa pun dapat berubah sesuai dengan perjalanan waktu.
Sadar atau tidak perjalanan waktu akan mengubah kita, persoalannya kearah mana perubahan itu terjadi ? Apakah terus berusaha agar tetap pada jalan kebaikan atau sebaliknya? Manusia akan sedar betapa berharganya waktu jika Malaikat Maut datang menjemput, sedangkan mereka merasa bahwa waktu yang mereka gunakan selama ini tidak digunakan dengan baik dan tidak digunakan untuk beribadah kepada Allah swt, yang akhirnya akan timbul penyesalan.
Sadar atau tidak perjalanan waktu akan mengubah kita, persoalannya kearah mana perubahan itu terjadi ? Apakah terus berusaha agar tetap pada jalan kebaikan atau sebaliknya? Manusia akan sedar betapa berharganya waktu jika Malaikat Maut datang menjemput, sedangkan mereka merasa bahwa waktu yang mereka gunakan selama ini tidak digunakan dengan baik dan tidak digunakan untuk beribadah kepada Allah swt, yang akhirnya akan timbul penyesalan.
Selagi Malaikat Maut belum menjemput marilah kita isi waktu yang ada saat ini dengan ucapan dan perbuatan yang dicintai dan diredhai-Nya, tiada waktu yang dilalui kecuali diisi dengan amal shalih supaya kelak kita tidak menjadi orang-orang yang rugi, kerana firman Allah: “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian“. (Al-Ashr :2), dikatakan berada dalam kerugian apabila kita tidak mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, ataupun sebaliknya kita mengisi waktu dengan yang dapat mendatangkan dosa dan hal-hal yang tidak memberikan manfaat, ayat ini senada dengan peringatan Rasulullah saw yang tercatat dalam riwayat Bukhari, “Ada dua macam nikmat yang sering di lalaikan manusia, iaitu kesehatan dan kesempatan (waktu luang)”.
Syaidina Ali r.a. pernah menyebutkan rezki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan esok hari, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin dapat diharapkan kembali esok. Ada 4 cara agar kita tidak menjadi org2 yg melalaikan waktu dan menghindarkan dari kerugian, inilah yg dijelaskan dalam ayat terakhir Surat Al-Ashr: “Kecuali org2 yg beriman dan mengerjakan amal shalih, dan saling nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran serta nasihat menasihati supaya tetap ada dalam kesabaran".
Syaidina Ali r.a. pernah menyebutkan rezki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan esok hari, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin dapat diharapkan kembali esok. Ada 4 cara agar kita tidak menjadi org2 yg melalaikan waktu dan menghindarkan dari kerugian, inilah yg dijelaskan dalam ayat terakhir Surat Al-Ashr: “Kecuali org2 yg beriman dan mengerjakan amal shalih, dan saling nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran serta nasihat menasihati supaya tetap ada dalam kesabaran".
1) Beriman, iman secara bahasa bermakna ‘membenarkan’ maksudnya membenarkan segala hal yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, yang pokok-pokoknya tercantum dalam Rukun Iman (iman kepada Allah, kepada Malaikat-malaikat-Nya, kepada Kitab-kitab-Nya, iman kepada Rasul-Nya dan iman kepada Qadha dan Qadar yang baik dan yang buruknya). Iman sifatnya abstrak dimensinya batiniyah/tidak terlihat, kerananya yang paling tahu apakah iman seseorang itu kuat/lemah hanya Allah swt lah Zat yang maha mengetahui masalah ghaib. Iman itu bersifat fluktuatif 'Yaziidu wa Yanqusu' artinya kadang meningkat dan kadang menurun, dan harus diperhatikan bahwasanya keimanan itu akan naik ketika berada dalam ketaatan dan iman akan turun/berkurang ketika sedang bermaksiat kepada Allah, oleh sebab itu kita wajib merawat iman kita agar tetap teguh dengan jalan melaksanakan ketaatan-ketaatan dalam Syari’at Agama supaya tidak terjerumus menjadi orang-orang yang merugi.
2) Beramal Soleh, amal soleh adalah aktiviti yang dilakukan dengan penuh kesedaran bahwa pekerjaan itu memberi manafaat untuk dirinya/orang lain, selain itu pekerjaan tersebut sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Syeikh Ahmad atau Muhammad Abduh mendefinisikan amal soleh sebagai perubahan yang berguna bagi diri peribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan, jadi perbuatan apapun yang kita lakukan dengan penuh kesedaran demi kemaslahatan diri sendiri, keluarga, ataupun masyarakat, dapat disebut amal soleh, tapi harus diingat amal soleh itu harus berlandaskan kepada, pertama iaitu iman, kerana amal soleh tanpa dilandasi iman kepada Allah swt, akan menjadi sia-sia, kerana syarat diterimanya suatu amal adalah Ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Syari’at Agama.
3) Saling berwasiat dalam kebenaran,“watawaas shaubil haq/ org2 yang saling berwasiat mengingatkan dlm kebenaran“. Maka syarat agar manusia terhindar dari kerugian adalah mengetahui hakikat kebenaran Islam, mengamalkannya dan menyampaikan kepada orang lain, siapa yang tidak mau mengajak manusia lain untuk berpegang pada kebenaran Islam.
Setelah mengetahuinya ia termasuk dalam golongan orang yang merugi, saling menasihati untuk berpegang teguh pada kebenaran harus dilakukan dengan Ilmu, penuh kearifan dan menggunakan kata-kata yang santun, sebagaimana firman-Nya dalam Surah An-Nahl:125, yang artinya: “Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yg baik, dan bantahlah mereka dgn cara yg baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yg lebih mengetahui org2 yg mendapat petunjuk." (An-Nahl : 125).
Setelah mengetahuinya ia termasuk dalam golongan orang yang merugi, saling menasihati untuk berpegang teguh pada kebenaran harus dilakukan dengan Ilmu, penuh kearifan dan menggunakan kata-kata yang santun, sebagaimana firman-Nya dalam Surah An-Nahl:125, yang artinya: “Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yg baik, dan bantahlah mereka dgn cara yg baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yg lebih mengetahui org2 yg mendapat petunjuk." (An-Nahl : 125).
4) Saling berwasiat dalam kesabaran,“watawaas shaubis shobri / saling berwasiat atau menasihati supaya tetap dlm kesabaran“. Kesabaran adalah suatu kekuatan jiwa yg membuat org menjadi tabah menghadapi berbagai ujian, sabar begitu penting untuk kita miliki, Allah swt menyebut sabar sebanyak 103 kali dalam al-Qur’an dgn berbagai konteks, jiwa sabar harus kita miliki kerana ujian akan selalu mewarnai kehidupan kita, firman Allah: “Dan sungguh kami akan berikan ujian padamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah2an dan berilah khabar gembira bagi org2 yg bersabar." (Al-Baqarah : 155).
Bagaimanakah sikap org yg bersabar ketika ditimpa ujian? Sikap org yg bersabar ketika ditimpa ujian/musibah iaitu sebagaimana firman Allah: “Iaitu org yg apabila ditimpa musibah, mereka berkata : Sesunguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali, mereka itulah yg memperoleh Rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah org2 yg mendapat petunjuk”(Al-Baqarah:156).
Bagaimanakah sikap org yg bersabar ketika ditimpa ujian? Sikap org yg bersabar ketika ditimpa ujian/musibah iaitu sebagaimana firman Allah: “Iaitu org yg apabila ditimpa musibah, mereka berkata : Sesunguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali, mereka itulah yg memperoleh Rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah org2 yg mendapat petunjuk”(Al-Baqarah:156).
Ikhwan fillah rahimakumullah, sesungguhnya kita diberi waktu yang sama oleh Allah 60 detik dalam satu minit, 60 minit dalam satu jam, dan 7 hari dalam seminggu.Persoalannya mau diisi dengan apakah waktu tersebut? Sungguh agung kandungan makna Surah Al-Ashr ini, Imam Syafi’e mengatakan seandainya Umat Islam memikirkan kandungan Surah ini niscaya petunjuk-petunjuknya mencukupi mereka. Semoga Allah memberikan kekuatan pada kita untuk sentiasa mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanafaat yang akan mendatangkan kebaikan bagi kita dan menjauhkan kita dari berbagai keburukan-keburukan kerana kesia-siaan waktu yang kita gunakan, aamiin. Wallahua’lam.
No comments:
Post a Comment