Sunday, July 31, 2016

WANG SEBAGAI BERHALA

Allah swt berfirman: “Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, dan memperhati kan bagaimana akibat (yang diderita) oleh org2 sebelum mereka? Org2 itu lebih kuat dari mereka, dan telah mengolah bumi serta memakmurkannya lebih dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kpd mereka Rasul2 mereka dengan membawa bukti yg nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka. Akan tetapi, merekalah yg berlaku zalim kpd diri mereka sendiri” (Al-Rum:9) 

Untuk menjelaskan maksud Surah Al-Quran di atas, sebagian Ulama Tafsir Al-Quran menyebutkan sabda Rasulullah saw berikut: “Akan datang suatu zaman atas manusia. Perut2 mereka menjadi Tuhan2 mereka. Perempuan2 mereka menjadi kiblat mereka. Dinar2 mereka menjadi Agama mereka. Kehormatan mereka terlantar pada kekayaan mrk. Waktu itu, tidak tersisa iman sedikit pun kecuali namanya saja. Tidak tersisa Islam sedikit pun kecuali upacara2nya saja. Tidak tersisa Al-Quran sedikit pun kecuali pelajarannya saja. Masjid2 mrk makmur dan damai, akan ttpi hati mereka kosong dari petunjuk. 

Ulama2 mereka menjadi makhluk Allah yg paling buruk di permukaan bumi. Kalau terjadi zaman sptiitu, Allah akan menyiksa mereka dan menimpakan kpd mereka berbagai bencana: Kekejaman Para Penguasa, kekeringan masa dan kekejaman Para Pentadbir serta pengambil keputusan”. Maka takjublah Para Sahabat mendengar pembicaraan Nabi saw. Mereka bertanya: “Wahai Rasul Allah, apakah mereka ini menyembah berhala?”. Nabi menjawab: “Ya! Bagi mereka, setiap serpihan dan kepingan wang menjadi berhala”. 

Dalam hadis di atas, Nabi saw meramalkan akan datang suatu zaman ketika manusia menjadikan wang sebagai berhala mereka. Setiap keping wang, setiap keping dirham, dolar dan ringgit ... menjadi berhala. Rasulullah menggambarkan dengan indah : Pada zaman itu, manusia mempertuhankan perutnya. Kalau yang disebut Tuhan adalah sesuatu yang diikuti dan ditaati tanpa memikirkan alasan2 apa pun, maka org akan mentaati keinginan dan perut mereka dengan melakukan apa saja. 

Mereka mahu menghabiskan malam seluruhnya hanya untuk mengisi perutnya. Dulu di zaman Rasulullah saw, org2 yg taat ibadat kepada Allah menghabiskan malamnya dengan menunaikan solat malam (tahajjud). Nanti, akan dtg suatu zaman ketika manusia bergadang sepanjang malam, utk kepentingan perutnya. Perempuan2 mereka menjadi kiblat mereka. Seks menjadi kejaran mereka. 

Mereka bertindak dan bekerja, dengan fikiran yang sepenuhnya terpusat ke arah itu. Tumpukan wang menjadi Agama mereka. Kemuliaan seseorang pada zaman itu, diukur berdasarkan kekayaannya. Manusia memberikan penghormatan kepada org yg memiliki banyak kekayaan. Maka di saat seperti itu, manusia berlumba2 menumpuk kekayaan untuk menunjukkan kemuliaan dan kehormatan mereka di tengah2 masyarakat. 

Pada waktu itu, kata Rasulullah saw, iman hanya tinggal namanya saja. Islam hanya tinggal upacara ritualnya saja. Al-Quran hanya tinggal pelajaran nya saja. Org2 mungkin ramai belajar Al-Quran, tetapi tidak mencuba hidup dengan ajaran Al-Quran. Mrk mungkin membaguskan suara Al-Quran, tetapi tidak membaguskan akhlak mrk dgn ajaran Al-Quran. 

Nabi saw juga mengatakan bahwa Masjid-Masjid pada masa itu ramai. Akan tetapi, hati penghuninya kosong dari petunjuk Allah. Ulama2 yang membimbing mereka, hanya dihormati kerana pakaiannya saja. Dalam riwayat yang lain, Nabi mengatakan bahwa: “Orang tidak mengenal Ulama kecuali kerana pakaiannya yang khas, dan bukan kerana ilmu serta akhlaknya. Orang tidak mengenal Al-Quran kecuali dengan suaranya yang baik. Mereka tidak beribadat kepada Allah kecuali di bulan Ramadhan saja. 

Bila Ulama2nya sudah seperti itu, dan bila umat Muslim hanya bersungguh2 melakukan ibadat di bulan Ramadhan saja, maka mereka akan diberi Penguasa yang tidak memiliki ilmu. Tidak ingin memaafkan rakyatnya. Dan tidak mempunyai kasih sayang kepada rakyatnya pula”. Takjub mendengarkan ucapan Rasulullah yang melukiskan keadaan zaman itu, Para Sahabat pun bertanya: “Wahai Rasul Allah, apakah mereka menyembah berhala?” Nabi saw menjawab: “Benar. Hanya saja berhalanya bukanlah berhala yang dipahat dalam bentuk makhluk2 tertentu. Berhalanya adalah wang. Mereka menyembah, mengabdi, dan mencurahkan seluruh hidupnya untuk wangnya”.

Lalu Rasulullah saw bersabda: “Nanti pada akhir zaman, ada sekelompok orang dari umatku yang datang ke Masjid. Mereka duduk dalam barisan yang rapat. Mereka berzikir. Namun zikir mereka adalah dunia, dan kecintaan mereka terpaut pada dunia. Janganlah kamu duduk bersama mereka, kerana Allah tidak berkepentingan dengan mereka”. Kalau dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis di atas, Nabi saw menceritakan pada kita tentang suatu zaman ketika manusia mencintai dunia dengan amat berlebihan, dan ketika mereka menjadikan dinar dan dirham sebagai berhala2 mereka, maka beliau juga mengingat kan kita bahwa begitu cintanya manusia nanti di akhir zaman pada dunia, sampai-sampai mereka menjalankan ibadat sekali pun, demi kepentingan dunia mereka. 

Di dalam Ihya Ulumuddin, ketika menjelaskan Ibadat Haji, Imam al-Ghazali meriwayatkan sebuah hadis tentang situasi Ibadat Haji di akhir zaman. Rasulullah saw bersabda: “Nanti di akhir zaman, ada 4 macam orang menjalankan Ibadat Haji dari 4 macam golongan masyarakat. Mereka adalah Penguasa, Pedagang, Orang Miskin dan Para Ulama. Penguasa akan menjalankan Ibadat Haji sebagai sejenis pesiar atau wisata. Pedagang akan menunaikan Haji untuk kepentingan bisnes mereka. 

Orang Miskin menunaikan Haji untuk mengemis. Para Ulama menunaikan Haji hanya untuk meraih populariti”. Jadi keempat golongan di atas, menunaikan Ibadat Haji hanya demi kepentingan dunia mereka semata. Mereka memang berzikir. Hanya saja, sebagaimana disabdakan Rasulullah, zikir mereka adalah dunia. Memang ada kecintaan di hati mereka. Akan tetapi, dalam hati mereka, kecintaan pada dunia jauh lebih besar dari kecintaan pada Allah. Mudah-mudahan Allah swt mencabut kecintaan kita pada dunia, dan memusatkan hati kita untuk lebih mencintai-Nya. 

Salah satu ubat untuk mengurangi kecintaan pada dunia ialah meninggalkan dunia, tetapi tidak berarti bahwa kita harus meninggalkan pekerjaan, tidak mencari nafkah, dan tidak bekerja keras. Mencari harta yang halal, diperintahkan oleh Allah swt. Malahan menurut Rasulullah, orang yang payah dalam mencari nafkah, bekerja keras dan kurang tidur demi mencari nafkah yang halal, beroleh pahala yang dapat menghapus dosa-dosanya. Rasulullah juga menyatakan bahawa ada dosa-dosa yang tidak mampu dihapus dengan apapun, kecuali dengan kesusahan dan kepayahan mencari nafkah. Ubat untuk menghilangkan kecintaan pada dunia adalah bahwa kita bekerja keras untuk mencari nafkah dan harta. 

Akan tetapi, kita juga tidak ragu-ragu untuk membagikannya kepada orang lain. Sebagian dari rezeki Allah itu kita bagikan, dan distribusikan untuk membahagiakan sesama manusia. Ujilah kecintaan kita pada dunia manakala Allah memanggil kita untuk mengorbankan harta kita demi kepentingan Agama Allah, demi kepentingan umat Muslimin, dan demi menolong orang-orang yang mendapat musibah dan kesusahan. Kalau kita masih saja menahan harta kita ketika Allah memintanya, maka hal itu membuktikan bahwa kita lebih mencintai dunia daripada Allah swt. Wallahua’lam.

No comments:

Post a Comment