Maqam ini adalah maqam keenam dalam kajian Tarekat An-Naqsyabandi, jika seseorang mendalami pelajaran zikir dalam ajaran tasawwuf atau sufi, maka jika seseorang telah berzikir pada maqam sebelumnya, maka pada tempat inilah zikir kepada Allah yang keenam, maksudnya adalah untuk pengubatan pembersihan penyakit rohani secara bertahap dan berbagai tingkatan pembersihan penyakit batin.
Pembersihan penyakit batin di sini ialah mengubati seluruh penyakit batin yang buruk pada diri manusia secara bertahap, jika seseorang hamba ingin menuju kepada khalik-Nya, sudah tentu penyakit batin harus di ubati terlebih dahulu, sebab jika seseorang hamba yang menuju kepada tuhannya tetapi masih ada penyakit batinnya maka tiada akan dapat sampai (ma’rifat) kepada Tuhannya, sebab Allah adalah zat yang Maha Suci.
Batin pada manusia umumnya penuh dengan penyakit yang berupa sifat mazmumah (sifat yang buruk), artinya batin di penuhi dengan penyakit sifat yang buruk, nah sifat buruk pada manusia ini harus di ubati dulu sebelum dapat menuju kepada tuhannya, seseorang hamba tiada akan semudah itu akan dapat mengenal khalik-Nya tanpa batinnya bersih dari sifat buruk tersebut. Sifat buruk pada batin manusia di wilayah ini adalah suka mengkhayal dan panjang angan-angan, yang di bisiki iblis dan syaitan yang kerjanya sentiasa membisikkan berbagai angan-angan agar manusia selalu dalam kemaksiatan, seperti untuk menipu, korupsi, kolusi, nepotisme dan lain sebagainya, guna menumpas keberadaan syaitan khayal dan angan-angan ini, maka lazimkanlah zikrullah pada wilayah ini dengan senjata kalimah Allah…Allah…Allah… , dengan harapan para iblis dan syaitan dapat keluar dari rumah atau istananya tersebut dari dalam diri manusia, jika sudah demikian maka tentu sifat tersebut sudah jauh berkurang bahkan hilang sama sekali dari dalam diri batinnya tersebut, yang tinggal hanyalah kalimah Allah saja yang menempatinya, hal demikianlah merupakan pintu dasar keenam menuju dan mendekatkan diri kepada Allah serta dapat mengenalnya.
Maqam keenam ini, dari cara berzikirnya adalah seseorang hamba untuk mengubati penyakit batin ini di sebut dengan LATHIFATUL NAFSIN NATIQAH dengan pengertian yang di jabarkan dan di ajarkan zikirnya sebagai berikut : Maqam ini berhubungan dengan otak jasmani pada manusia dengan wilayah terletak di tengah-tengah dahi, berzikir pada maqam ini dalam sehari semalam adalah sekurang-kurangnya sebanyak 1000 kali, ini adalah wilayahnya Nabi Nuh As dan bercahaya biru atau ungu serta tempat sifat buruk pada manusia yaitu khayal dan angan-angan, oleh kerana itu, kikislah sifat tersebut dengan berzikir secara ikhlas pada tempat ini, agar berganti dengan sifat muthma’innah, yaitu sifat dan nafsu yang tenang. Buruknya pada tempat ini adalah selalu panjang angan-angan, banyak khayal dan selalu merencanakan selalu yang jahat untuk memuaskan hawa dan nafsu, sifat baiknya adalah nafsu muthma’innah yaitu sifat yang sakinah, mawaddah, warrahmah, aman, tenteram dan damai, serta berpikiran yang tenang, ini di katakan dengan sunnah tarekatnya Nabi Nuh As, puncaknya adalah mati hissi.
Jika seseorang hamba tiada mau berzikir pada wilayah ini, maka menurut kajian tasawwuf sangatlah susah untuk membuat seseorang hamba dapat sampai dan mengenal akan tuhannya, sebab dengan sifat buruk di atas, maka seseorang manusia akan selalu mengikuti akan petunjuk atau bisikan iblis dan syaitan yang lebih menjurus kepada keduniaan, sifat ini merupakan sifat yang di benci Allah serta hanya ada pada iblis dan syaitan juga pada orang yang tidak beriman.
Untuk hal yang demikianlah maka oleh para guru tasawwuf sangat menekankan pengubatan penyakit batin ini, jika ingin menjadi manusia yang beraqidah akhlak yang baik serta mendapat keredhaan dari-Nya, jika seseorang hamba betul-betul ikhlas dan rajin berzikir pada wilayah ini dan beristiqamah, maka insya Allah terbukalah rahsia ghaib akan kebenaran dengan izin dan kehendak-Nya, dia mendapatkan ilham dan kurnia daripada-Nya dan ini di katakan sunnah dan cara zikirnya Nabi Musa Klh, sebab hanya dengan akal dan pikiran batin yang bersihlah yang dapat menerima kurnia, taufik, hidayah dan ilham dari Allah, hal demikianlah yang merupakan nur illahi terbit dari hati orang yang berzikir, sehingga hatinya muhadharah (hadir) bersama Allah.
Oleh sebab di terimanya zikir seorang hamba oleh Allah dan ini merupakan hasil dari mujahadahnya (perjuangan) dan merupakan rahmat dan kurnia dari Allah, juga merupakan fanafillah di mana gerak dan diam tidak ada kecuali dari Allah, tata cara zikir ini dalam Tarekat An-Naqsyabandi ini telah di atur secara turun menurun secara silsilah dan sampai kepada kami adalah sebagai berikut:
1. Menghimpunkan pengenalan kepada hati sanubari, maksudnya menetapkan konsentrasi secara penuh hanya kepada Allah secara keseluruhan.
2. Mengingat zat Allah dengan hati sanubari, ini lebih menekankan kepada ingat terhadap Allah pada maqam yang di tuju untuk berzikir.
3. Mengucapkan Istighfar dengan bilangan yang ganjil, artinya secara syari’ah kita selalu mohon ampun kepada Allah, sama saja artinya dengan lebih mendekatkan diri kepada-Nya melalui istighfar, dan ucapan istighfar ini bilangannya secara ganjil, contohnya 3x, 5x, 7x dan seterusnya berapapun mau asal ikhlas.
4. Membaca Surah Al-Fatiha 1 kali dan Surah Al-Ikhlas 3 kali, dengan membaca ayat Al-Qur’an tentu hati akan lebih mudah menerima hidayah dari-Nya dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
5. Menghadirkan Masaikh Tarekat di hadapan kita, ini artinya bertawassul kepada Allah melalui keutamaan ulama-ulama ajaran ini yang lebih dahulu telah mendapatkan hidayah dariNya melalui cara zikir ini, pelaksanaanya perlu kehati-hatian penuh, jika tidak akan terjatuh kepada kesyirikan.
6. Menghadiahkan pahala Surah Al-Fatiha 1 kali dan Surah Al-Ikhlas 3 kali kepada para masaikh, maksudnya bacaan yang di baca di atas tadi hadiahkan faedahnya kepada para ulama silsilah yang telah memakai ajaran zikir ini yang lebih dahulu dari pada kita, ini merupakan penguatan terhadap tawassul atau rabithah tadi.
7. Mematikan diri sebelum mati, maksudnya belajarlah mati sebelum di matikan dengan arti kata sentiasalah selalu ingat (zikir) kepada-Nya.
8. Memandang rabithah atau rupa guru, ini penerapannya sangatlah rumit dan penuh hati-hati, jika tidak maka akan tergelincir kepada syirik khafi (tersembunyi), pelaksanaannya adalah tekankan dalam hati akan bersyukur kepada Allah yang telah mengaruniakan hidayah-Nya bahwa ajaran ini di sampaikan Allah kepada kita melalui guru atau mursyid kita, di luar cara ini dalam menerapkannya maka syiriklah yang akan terjadi, bukannya mendapat keredhaan malah kemurkaan Allah-lah yang di dapat.
9. Munajat kepada Allah, artinya sebelum kita mengucapkan zikir Allah…Allah…Allah… terlebih dahulu kita membaca atau berdo’a sebagai berikut : “ILLAHI ANTA MAKSUDI WA RedhaKA MATHLUBI”, artinya : “Ya Allah, hanya engkaulah yang kumaksud dan keredhaan engkaulah tujuanku.”
10. Membaca zikir kepada Allah, setelah keseluruhan cara di atas di laksanakan, maka di mulailah dengan berzikir atau membaca Allah…Allah…Allah… sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuan dan kesempatan, jika sudah cukup dan selesai dari berzikir maka panjatkanlah puja dan puji syukur kepada Allah yang telah memberi kesempatan dan kekuatan dalam beribadah zikir ini. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment