Oleh Syeikh Ibnu Atha’illah
Menurut beliau, sebagai tanda bahwa sebuah zikir sampai pada sirr (nurani terdalam pada jiwa yg kelak menjadi tempat cahaya penyaksian) adalah saat penzikir dan objek zikirnya lenyap tersembunyi. Zikir sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. Tandanya, apabila engkau meninggalkan zikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu.
Zikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari kondisi tidak sadar kpd kondisi hudhur (hadirnya kalbu). Salah satu tandanya, zikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu sehingga seolah-olah tertarik oleh rantai. Indikasinya, zikir tersebut tak pernah padam dan cahayanya tak pernah redup. Tetapi, engkau menyaksikan cahayanya selalu naik turun, sementara api yg ada di sekitarmu sentiasa bersih menyala.
Zikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari kondisi tidak sadar kpd kondisi hudhur (hadirnya kalbu). Salah satu tandanya, zikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu sehingga seolah-olah tertarik oleh rantai. Indikasinya, zikir tersebut tak pernah padam dan cahayanya tak pernah redup. Tetapi, engkau menyaksikan cahayanya selalu naik turun, sementara api yg ada di sekitarmu sentiasa bersih menyala.
Zikir yg masuk ke dalam sir terwujud dlm bentuk diamnya si pelaku zikir seolah-olah lisannya tertusuk jarum. Atau, semua wajahnya adalah lisan yang sedang berzikir dengan cahaya yang mengalir darinya. Ketahuilah, setiap zikir yg disadari oleh kalbumu didengar oleh para malaikat penjaga. Sebab, perasaan mereka beserta perasaanmu. Di dalamnya ada sirr sampai saat zikirmu sudah gaib dari perasaanmu karena engkau sudah sirna bersama Tuhan, zikirmu juga gaib dari perasaan mereka.
Sebagai kesimpulan tentang tahapan zikir, Ibnu Atha’illah mengatakan, berzikir dengan ungkapan kata-kata tanpa rasa hudhur disebut zikir lisan, berdzikir dengan merasakan kehadiran kalbu bersama Allah disebut zikir kalbu, sementara berdzikir tanpa menyadari kehadiran segala sesuatu selain Allah disebut zikir sirr. Itulah yang disebut dengan zikir khafiy. Rezeki lahiriah terwujud dengan gerakan badan. Rezeki batiniah terwujud dengan gerakan kalbu, rezeki sirr terwujud dengan diam, sementara rezeki akal terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang hamba tinggal dengan tenang untuk Allah dan bersama Allah. Nutrisi dan makanan bukanlah konsumsi rohani, melainkan konsumsi badan.
Adapun yang menjadi konsumsi rohani dan kalbu adalah mengingat Allah Zat Yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Allah berfirman, “Org2 beriman dan kalbu mereka tenteram dengan mengingat (zikir kepada) Allah.” Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berzikir beersamamu. Sebab, engkau berzikir dgn lisanmu, lalu dgn kalbumu, kemudian dgn nafs-mu, kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan akalmu, dan setelah itu dengan sirrmu. Jika engkau berzikir dgn lisan, pada saat yg sama semua benda mati akan berzikir bersamamu. Jika engkau berzikir dengan kalbu, pada saat yg sama alam beserta isinya ikut berzikir bersama kalbumu. Jika engkau berzikir dgn nafs-mu, pada saat yg sama seluruh langit beserta isinya juga turut berzikir bersamamu.
Adapun yang menjadi konsumsi rohani dan kalbu adalah mengingat Allah Zat Yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Allah berfirman, “Org2 beriman dan kalbu mereka tenteram dengan mengingat (zikir kepada) Allah.” Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berzikir beersamamu. Sebab, engkau berzikir dgn lisanmu, lalu dgn kalbumu, kemudian dgn nafs-mu, kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan akalmu, dan setelah itu dengan sirrmu. Jika engkau berzikir dgn lisan, pada saat yg sama semua benda mati akan berzikir bersamamu. Jika engkau berzikir dengan kalbu, pada saat yg sama alam beserta isinya ikut berzikir bersama kalbumu. Jika engkau berzikir dgn nafs-mu, pada saat yg sama seluruh langit beserta isinya juga turut berzikir bersamamu.
Jika engkau berzikir dgn rohmu, pada saat yg sama singgasana Allah beserta seluruh isinya ikut berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa arasy dan roh org2 yg memiliki kedekatan dgn Allah juga ikut berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dgn sirrmu, arasy beserta seluruh isinya turut berzikir hingga dikir tersebut bersambung dgn zat-Nya.” (Miftah al-Falah wa Misbah).
No comments:
Post a Comment