Permasalahan hal dan maqam adalah pembicaraan yang sangat penting di dalam tasawuf. Bahkan, dikatakan bahwa Suatu kitab yang berjudul tasawuf, bukanlah kitab tasawuf kalau di dalamnya tidak dibahas tentang hal dan maqam. Hal (jamaknya: ahwal) dan maqam (jamaknya: maqamat) adalah kondisi batiniah seorang mutashawwif atau shufi dalam perjalanannya menuju Tuhan. Perbedaannya adalah: 1) hal bersifat sementara,sedangkan maqam bersifat tetap; 2) hal awalnya makasib (usaha manusia) dan akhirnya mawahib (anugerah Tuhan), sedangkan maqam awalnya mawahib dan akhirnya makasib.
Maqam pertama adalah tawbat (dan maqam terakhir adalah wushul). Maqam berikutnya tergantung mawahib kepada seseorang. Ia beralih dari satu maqam ke maqam lain, tergantung kepada pengalaman subjektifnya. Berapa banyak maqam yang harus dijalani? Itu tergantung kepada pengalaman masing-masing. Apa saja nama maqam-maqamnya? Tergantung pengalaman masing-masing. Berapa lama melewatinya? Tergantung pengalaman masing-masing.
Maqam bersifat tetap, artinya orang yang sudah melewati maqam taubat, maka kondisi tetap dalam keadaan bertaubat. Dan, taubatnya sudah nasuha. Ia seolah-olah tidak perlu bertobat lagi kerana tawbatuhu la yahtaju ila al-tawbah. Kalau masih perlu bertaubat lagi berarti maqam taubatnya belum sempurna. Sebelum maqam taubatnya sempurna, maka belum datang mawahib bagi maqam di atasnya. Setelah melewati maqam-maqam, lalu taubatnya rusak oleh suatu maksiat, maka ia harus mengulang dari maqam taubat lagi. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melewati maqam-maqam itu? Rata-rata pengalaman para sufi sekitar 7 sampai 12 tahun. Hal adalah keadaan sementara, seperti adanya rasa Takut kepada Tuhan yang luar biasa, tetapi rasa takut itu tidak menetap dan hilang pada waktu yang lain. WAllahu A’lam!
No comments:
Post a Comment