Saturday, January 30, 2016

PENCIPTAAN RUH NABI MUHAMMAD S.A.W

Saat Allah SWT mengeluarkan keputusan Ilahiah untuk mewujudkan makhluq, Allah SWT pun menciptakan Hakikat Muhammadaniyyah (RealitI Muhammad –Nuur Muhammad) dari Cahaya-Nya. Allah SWT kemudian menciptakan dari Hakikat ini keseluruhan alam, baik alam atas maupun bawah. Allah Swt kemudian memberitahu Muhammad akan Kenabiannya, sementara saat itu Adam masih belum berbentuk apa-apa kecuali berupa ruh dan badan. Kemudian darinya (dari Muhammad) keluar tercipta sumber-sumber dari ruh, yang membuat beliau lebih luhur dibandingkan seluruh makhluq ciptaan lainnya, dan menjadikannya pula ayah dari semua makhluq yang wujud.

Dalam Sahih Muslim, Nabi (SAW) bersabda bahwa Allah SWT telah menulis Taqdir seluruh makhluq lima puluh ribu tahun (dan tahun di sisi Allah adalah berbeza dari tahun manusia,)sebelum Ia menciptakan Langit dan Bumi, dan `Arasy-Nya berada di atas Air, dan di antara hal-hal yang telah tertulis dalam ad-Zikir, yang merupakan Umm al-Kitab (induk Kitab), adalah bahwa Muhammad SAW adalah Penutup para Nabi. Al Irbadh ibn Sariya, berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Menurut Allah, aku sudah menjadi Penutup Para Nabi, ketika Adam masih dalam bentuk tanah liat.”

Maysara al-Dhabbi (ra) berkata bahwa ia bertanya pada Nabi SAW Ya RasulAllah, Bilakah Anda menjadi seorang Nabi?” Beliau SAW menjawab, “Ketika Adam masih di antara ruh dan badannya.”

Suhail bin Salih Al-Hamadani berkata, “Aku bertanya pada Abu Ja’far Muhammad ibn `Ali radiy-Allahu ‘anhu, `Bagaimanakah Nabi Muhammad SAW boleh mendahului nabi-nabi lain sedangkan beliau akan diutus paling akhir?” Abu Ja’far r.a menjawab bahwa ketika Allah menciptakan anak-anak Adam (manusia) dan menyuruh mereka bersaksi tentang Diri-Nya (menjawab pertanyaan-Nya, `Bukankah Aku ini Tuhanmu?’), Muhammad SAW yang pertama menjawab `Ya!’ Kerana itu, beliau mendahului seluruh nabi-nabi, sekalipun beliau diutus paling akhir.”

Al-Syaikh Taqiyu d-Diin Al-Subki berkata hadits ini dengan mengatakan bahwa kerana Allah SWT menciptakan arwah (jamak dari ruh) sebelum tubuh fisik, perkataan Muhammad SAW "Aku adalah seorang Nabi,” ini mengacu pada ruh suci beliau, mengacu pada hakikat beliau; dan akal pikiran kita tak mampu memahami hakikat-hakikat ini. Tak seorang pun memahaminya kecuali Dia yang menciptakannya, dan mereka yang telah Allah dukung dengan Nur Ilahiah.

Jadi, Allah SWT telah mengaruniakan kenabian pada ruh Nabi SAW bahkan sebelum penciptaan Adam; yang Ia telah ciptakan ruh itu, dan Ia limpahkan barakah tak berhingga atas ciptaan ini, dengan menuliskan nama Muhammad SAW pada `Arasy Ilahiah, dan memberitahu para Malaikat dan lainnya akan penghargaan-Nya yang tinggi bagi beliau(SAW).Hakikat Nabi Muhammad SAWtelah wujud sejak saat itu, meski tubuh ragawinya baru diciptakan kemudian. Al Syi’bi meriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya, “Ya RasulAllah, kapankah Anda menjadi seorang Nabi?” Beliau menjawab, “ketika Adam masih di antara ruh dan badannya, ketika janji dibuat atasku.” Kerana itulah, Nabi SAW adalah yang pertama diciptakan di antara para Nabi, dan yang terakhir diutus.

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW adalah satu-satunya yang diciptakan keluar dari sulbi Adam sebelum ruh Adam ditiupkan pada badannya, kerana Nabi SAW adalah sebab dari diciptakannya manusia, `Ali ibn Abi Thalib karram-Allahu wajhahu dan Ibn `Abbas radiy-Allahu ‘anhu keduanya meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Allah tak pernah mengutus seorang nabi, dari Adam dan seterusnya, melainkan sang Nabi itu harus melakukan perjanjian dengan-Nya berkenaan dengan Muhammad SAW :seandainya Muhammad (SAW) diutus di masa hidup sang Nabi itu, maka ia harus beriman pada beliau (SAW)dan mendukung beliau (SAW)dan Nabi itu pun harus mengambil janji yang serupa dari ummatnya.

Diriwayatkan bahwa ketika Allah SWT menciptakan Nur Nabi kita Muhammad SAW ,Allah SWT memerintahkan padanya untuk memandang pada nur-nur dari Nabi-nabi lainnya. Cahaya beliau melingkupi cahaya mereka semua, dan Allah SWT membuat mereka berbicara, dan mereka pun berkata, “Wahai, Tuhan kami, siapakah yang meliputi diri kami dengan cahayanya?” Allah SWT menjawab, “Ini adalah cahaya dari Muhammad ibn `Abdullah; jika kalian beriman padanya akan Kujadikan kalian sebagai nabi-nabi.” Mereka menjawab, “Kami beriman padanya dan pada kenabiannya.” Allah berfirman, “Apakah Aku menjadi saksimu?” Mereka menjawab, “Ya.” Allah berfirman, “Apakah kalian setuju, dan mengambil perjanjian dengan-Ku ini sebagai mengikat dirimu?” Mereka menjawab, “Kami setuju.” Allah berfirman, “Maka saksikanlah (hai para Nabi), dan Aku menjadi saksi (pula) bersamamu.”(QS 3:81).

Inilah makna dari firman Allah SWT “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: `Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hukmah, kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.’” (QS 3:81).

No comments:

Post a Comment