Alkisah, seorang istri yang lama ditinggal pergi suaminya; bersya’ir di tengah malam yang kelam. Kebetulan syair ini didengar oleh Umar bin Khatab ra. Wanita ini mengungkapkan kegalauan dan kegundahan hatinya yang sangat ‘kesepian,’ karena tak ada suami yang mendampinginya. Dia bersyair:
لَقَدْ طَالَ هَذَا اللَّيْلُ وَاسْوَدَّ جَانِبُهُ وَأَرَقَّنِيْ أَلاَّ خَلِيْلَ أُلاَعِبُهُ فَوَاللهِ لَوْ لاَ اللهَ تُخْشَى عَوَاقِبُهُ لَحَرَّكَ مِنْ هَذَا السَّرِيْرِ جَوَانِبُهُ
Sungguh terasa teramat panjangnya malam ini, juga teramat sunyi.
Lebih membuatku gundah lagi, tiada suami yang mencumbuiku.
Namun demi Allah, sekiranya bukan karena takut terhadap Allah.
Pasti ranjang ini telah bergetar karena kemaksiatan.
Syair ini mengandung makna muraqabah. Tak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan Allah. Semua diketahui dan diawasi oleh-Nya. Allah selalu menyaksikan seluruh perbuatan kita. Ibnu Abas ra menuturkan, pada suatu hari saya berada di belakang Nabi Muhammad SAW, lalu beliau bersabda, “Wahai ghulam, peliharalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan memeliharamu. Dan peliharalah (larangan) Allah, niscaya niscaya kamu dapati Allah selalu berada di hadapanmu.” (HR. Tirmidzi)
Abdullah bin Dinar menuturkan bahwa suatu ketika saya pergi bersama Umar bin Khattab, menuju Mekah. Ketika kami sedang beristirahat, tiba-tiba muncul seorang penggembala menuruni lereng gunung menuju kami.
Umar berkata kepada penembala: “Hai pengembala, juallah seekor kambingmu kepada saya.” Ia menjawab, “Tidak!, saya ini seorang budak.” Umar menimpali lagi, “Katakan saja kepada tuanmu bahwa dombanya diterkam serigala.”
Pengembala mengatakan lagi, “kalau begitu, dimanakah Allah?” Mendengar jawaban seperti itu, Umar menangis. Kemudian Umar mengajaknya pergi ke tuannya lalu dimerdekakannya. Umar mengatakan pada pengembala tersebut, “Kamu telah dimerdekakan di dunia oleh ucapanmu dan semoga ucapan itu bisa memerdekakanmu di akhirat kelak.”
No comments:
Post a Comment