Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan bahwa ketika seseorang telah mampu bersikap tulus, maka dia akan bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diterimanya, dan akan bersabar atas kemalangan-kemalangan yang dideritanya. Dia akan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Kalbu kita akan selalu aktif berproses. Bersyukur atas nikmat akan menjadikan nikmat itu bertambah, dan bersabar atas kemalangan akan memudahkan kita mencapai tujuan.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: "Kalian harus bersabar atas kematian anak-anak dan karib kerabat lain, bersabar atas hilangnya kekayaan dan kedudukan, bersabar menghadapi kegagalan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, serta bersabar atas tekanan dan pemaksaan orang lain.
Kalian akan mendapatkan kebaikan jika kalian selalu menanggapi dengan rasa syukur ketika kesusahan mendatangi di waktu-waktu yang begitu sulit.
Ingatlah bahwa kemudahan dan kesukaran adalah seperti bulu-bulu yang memberikan kekuatan kepada sayap-sayap iman kalian, sehingga kalbu kalian dan sirr kalian bisa menggunakannya untuk terbang ke pintu Rabb kalian!
Lalu, bagaimana bisa kalian mengaku beriman, jika kalian tak punya kesabaran sama sekali? Kalian pasti pernah mendengar sabda Nabi SAW: "Kesabaran bagi iman adalah laksana kepala bagi tubuh."
Jika kalian tidak punya kesabaran, maka iman kalian tidak punya kepala, dan ini berarti bahwa badannya tidak berarti apa-apa sama sekali.
Jika kalian benar-benar mengerti bahwa Dia-lah yang menimpakan ujian kepada kita, maka kalian akan mengerti arti penting dari cobaan-cobaan-Nya. Jika kalian benar-benar mengenal dunia ini, kalian pasti akan mempertimbangkan tindakan kalian untuk mengejarnya.
Ya Allah, bimbinglah setiap pengembara yang sesat jalan agar kembali ke jalan yang benar, bawalah setiap pendosa yang membangkang agar kembali ke medan rahmat-Mu. Jadikanlah setiap jiwa yang menderita mampu menjalani penderitaannya dengan sabar dan tolonglah setiap orang yang menikmati kesejahteraan agar bisa bersyukur kepada-Mu. Amiin”. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Jala Al-Khawathir).
No comments:
Post a Comment