Menurut Rabiah Adawiyah, orang yang telah mencapai maqam ridha adalah ketika kebahagiaannya saat ditimpa musibah sama dengan kebahagiaannya ketika dia diberi nikmat. Al-Fudhail mengatakan, " Jika diberi atau tidak diberi nikmat oleh Allah sama saja baginya, maka berarti dia telah ridha kepada Allah SWT."
Pertanyaannya, apakah ketika kita telah ridha dengan semua kehendah Allah, menerima segala ketentuan-Nya dan ikhlas kepada urut takdir-Nya, kita tak perlu berdoa? Tak perlu meminta dan bermunajat kepada-Nya? Apakah berdoa itu maqam orang yang awam dan hanya untuk yang maqamnya belum ridha?
Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mahabbah wa asy-Syawq, Ihya Ulumuddin, menjelaskan bahwa berdoa itu sama sekali tak menyalahi kita untuk ridha kepada Allah. Orang yang berdoa, tak berarti telah keluar dari maqam ini. Begitu juga dengan kebencian kita kepada kemaksiatan dan dosa, atau usaha kita mencegah kemungkaran, semua usaha kita untuk beramal shaleh, sama sekali tidak menyalahi sikap ridha kita kepada Allah.
Patut diketahui bahwa tindakan dosa, kemungkaran dan kemaksiatan yang dilakukan seseorang bukanlah sesuatu yang diridhai Allah. Maka, tak layak bagi makhluk menuduh dan membiarkan begitu saja kemaksiatan dengan alasan bahwa hal itu terjadi atas kehendak yang diridhai-Nya. Menurut Imam Al-Ghazali, banyak orang keliru dan salah paham tentang hal ini. Mereka mengira bahwa jika sudah ridha kepada semua kehendak Allah berarti sudah tak ada gunanya doa dan munajat. Orang yang masih berdoa dianggap maqamnya masih rendah. Ini adalah kesalahan besar.
Menurutnya, doa adalah sarana untuk ibadah, ia adalah media komunasi dengan Allah. Melalui doa seseorang dapat mengadu, berdialog dan bersimpuh di hadapan-Nya. Rasulullah Saw sendiri selalu berdoa dalam hidupnya. Maka banyak sekali dijumpai contoh redaksi doa dalam ayat Al-Quran dan hadis yang diajarkan Rasulullah dan para nabi sebelumnya.
Rasulullah SAW sendiri diakui sebagai hamba yang menempati maqam ridha yang tertinggi. Tapi, beliau tetap berdoa setiap saat. Allah SWT berfirman, "Mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas."(QS Al Anbiya 21: 90). Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang memberi jalan kepada kejahatan sama dengan mengerjakan kejahatan itu sendiri." (HR Ad-Dailami)
Maka, salahlah orang yang membiarkan maksiat dan kemungkaran terjadi, sebab Allah tidak akan meridhainya. Jadi, jangan pernah mencari kambing hitam atas dosa dan kesalahan yang kita perbuat. Apalagi menganggap bahwa dosa dan maksiat yang kita lakukan sebagai takdir dan ketetapan Allah.
No comments:
Post a Comment