Friday, March 4, 2016

KATA-KATA HIKMAH DARI ULAMA-ULAMA BESAR

SYEIKH JUNAID AL-BAGHDADI

001). “Terdapat 3 hijab di kalangan awam, yang membuat mereka terpisah dari Allah SWT. 3 hijab tersebut adalah makhluk, dunia, dan nafsu diri. Dan bagi kalangan khusus, terdapat 3 hijab untuk orang yang sungguh-sungguh mencintai Allah. 3 hijab tersebut adalah mempertunjukkan amalan, mencari pahala dan mempamerkan nikmat”. (Junaid al Baghdadi).

002). Kalam Sheikh Junaid Al Baghdadi: Allah menuangkan kebajikanNya ke dalam hati seseorang sebanyak hati seseorang itu menyediakan ingatannya kepada Allah. Jangan lupa engkau melihat kesalahan hati mu. Lupa kepada Allah lebih menakutkan dpd masuk ke dlm neraka. Apabila kamu bertemu dgn seorang fakir, janganlah dimulai dgn membincangkan ilmu pengetahuan, tetapi mulailah dgn sikapmu yg lemah lembut, kerana ilmu itu membuat mereka liar, sedangkan sikap mu yg lemah lembut membuat mereka jinak.

003). Syeikh Junaid Al Baghdadi: Ada 4 perkara yang dapat mengangkat seseorang untuk hamba menuju kedudukan tertinggi, meskipun amal dan ilmunya sedikit, iaitu kemurahan hati (pemurah), kerendahan hati (zuhud), kedermawaan (ahli sedeqah) dan keluhuran budi pekerti (akhlak).

004). Syeikh Junaid al Baghdadi: “Andaikan aku tahu, bahwa di kolong langit ini ada ilmu yang lebih mulia daripada ilmu kami ini (Tasawwuf), nescaya aku akan berusaha mencarinya dan menemui orang yang memilikinya, sehingga aku mendengar dari mereka tentang ilmu tersebut. Dan andaikan aku tahu, bahwa ada waktu yang lebih mulia dpd waktu kami ini ketika berkumpul dengan para Sahabat dan Guru kami, dan ketika kami menanyakan berbagai masalah dan mencari ilmu ini, tentu aku akan bangkit mencarinya.”

005). Sheikh Junaid al-Baghdadi berkata: “Andaikan aku tahu, bahawa di kolong langit ini ada ilmu yang lebih mulia daripada ilmu kami ini (Tasawwuf), niscaya aku akan berusaha mencarinya dan menemui org yg memilikinya, sehingga aku mendengar dari mereka tentang ilmu tersebut. Dan andaikan aku tahu, bahwa ada waktu yg lebih mulia dpd waktu kami ini ketika berkumpul dgn Para Sahabat dan Guru kami, dan ketika kami menanyakan berbagai masalah dan mencari ilmu ini, tentu aku akan bangkit mencarinya.”

006). Imam Junaid Al-Baghdadi: “Org yg asyik Cinta kepada Allah ialah org yg membebaskan dirinya dari segala nafsunya, dan sebagai akibat dpd itu, dia hanya menyibukkan dirinya berzikir kepada Allah s.w.t.  Dia sentiasa melaksanakan segala tugas2 yg Allah suruhkan kepadanya, dia melihat kebesaran Allah dgn mata hatinya. Nur Allah dan kebesaran-Nya menguasai dan menghiasi seluruh jiwanya, sehingga kosong hatinya dari apa saja melainkan Allah. Dia telah minum air cinta yang jernih dpdNya. Tersingkaplah segala Hijab sehingga jelas baginya. Maka jika ia bercakap, dia tidak bercakap melainkan bersama Allah. Dari mulutnya tidak keluar satu perkataan melainkan Allah. Demikian jua jika ia bergerak, maka gerak itu atas perintah Allah, dan jika ia mendiamkan diri, dia bersama Allah. Pokoknya segala apa saja gerakan, perkataan dan fikirannya hanyalah kerana Allah dan bersama Allah”. 

007). Junaid Al-Baghdadi: “Jika engkau melihat seorang Sufi menaruh kepedulian kepada penampilan lahiriahnya, maka ketahuilah wujud batinnya rosak.”

008). “Antara bukti cinta seorang hamba kepada Tuhannya adalah memperbanyakkan sujud dan cinta untuk berzikir kepada-Nya”. (al-Imam Junaid al-Baghdadi Rah).

009). Syeikh Junaid al-Baghdadi r.a berkata, “Ibadat orang-orang 'Arif itu lebih baik daripada mahkota di atas kepala setiap raja”. Ada orang ternampak syeikh Junaid memegang tasbih di tangannya, lalu beliau ditegur oleh orang itu dengan berkata, “Tuan berada dalam kemuliaan tetapi masih sahaja menggunakan tasbih”. Maka jawab syeikh Junaid, “Tasbih inilah jalan untuk kami sampai kepada Allah s.w.t dan tidak akan kami tinggalkannya buat selama-lama.” (Dipetik dari Kitab al-Hikam). 

010). Zikrullah adalah rukun atau asas yang penting dalam ilmu ini (tasawwuf). Bahkan seseorang tidak akan pernah sampai kepada (mengenal & keredhaan) Allah kecuali dengan kekal berzikrullah. (Syeikh Abu Qasim al-Junaid al-Baghdadi). 

011). Imam al-Junaid al-Baghdadi Rah berkata:

طَرِيْقُنَا هذَا مَضْبُوطٌ بِالكِتَابِ وَالسُّنَّةِ إذِ الطّرِيْقُ إلَىاللهِ مَسْدُوْدَةٌ إلاّ عَلَى المُقْتَفِيْنَ ءَاثَارَ رَسُوْلِ اللهِ

“Jalan kita ini (tasawwuf) diikat dengan al-Qur'an dan sunnah rasul, kerana sesungguhnya setiap jalan menuju Allah itu tertutup melainkan kepada mereka yang menjejaki peninggalan Rasulullah s.a.w.”

012). Apabila seorang murid itu dikehendaki oleh Allah s.w.t kebaikan, maka dijadikannya orang yang suci bersih dan dilarang berkawan dengan orang-orang yang riak. (Syeikh Junaid al-Baghdadi r.a). 

013). “Seorang Sufi itu bagaikan bumi yang bila dilempari keburukan maka ia akan selalu membalasnya dengan kebaikan. Seorang Sufi itu bagaikan bumi yang mana di atasnya berjalan segala sesuatu yang baik maupun yang buruk (semua diterimanya). Seorang Sufi juga bagaikan langit atau mendung yang menaungi semua yang ada di bawahnya, dan seperti air hujan yang menyirami segala sesuatu tanpa memilah dan memilih”. (Junayd Al Baghdadi - Nasyatu At-Tashawuf Wa Tashrifu As-Shufi)

014). Al-Junaid Al-Baghdadi mendefinasikan Tasawwuf kepada empat bahagian:

1) Tasawwuf adalah Mengenal Allah, sehingga hubungan antara kita dengan-Nya tiada perantara. 
2) Tasawwuf adalah melakukan semua akhlak yang baik menurut Sunnah Rasul dan meninggalkan akhlak yang buruk. 
3) Tasawwuf adalah melepaskan hawa nafsu menurut kehendak Allah. 
4) Tasawwuf adalah merasa tiada memiliki apapun, juga tidak dimiliki oleh sesiapa pun kecuali Allah SWT.

015). Imam Junaid Al Baghdadi berkata: “Akhlak Rasulullah SAW dinamakan sebagai Akhlak Yang Agung kerana tiada sesuatu yang menjadi keinginan pun bagi Baginda SAW melainkan hanya Allah Ta’ala”.

016). “Jika kamu mengetahui bahawa Allah SWT memiliki ilmu di bawah atap langit ini yang lebih mulia daripada Ilmu Tasawwuf, dimana kita berbicara di dalamnya dengan sahabat-sahabat dan teman kita, tentu aku akan berjalan dan menuju ilmu tadi”. (Junayd Al Baghdadi). 

017). Cinta adalah Sang Hamba yang meninggalkan jiwanya, melekatkan dirinya dan mengingat Tuhannya, menguatkan diri dan melaksanakan perintah perintahNya dengan kesedaran terus menerus, betapa Dia dalam dalam hatinya. Cahaya ZatNya membakar hatinya dan ia meneguk minuman suci dari cangkir CintaNya. Yang kuasa terbuka tiraiNya, ketika ia berbicara, ia pun berbicara dan bergerak dengan perintahNya, ketika ia diam, ia bersamaNya. Dia selalu bersama Allah, hanya bagi Allah dan berserta Allah”. (Junayd Al Baghdadi). 

018). Tuhan menuangkan kebajikanNya ke dalam hati seseorang sebanyak hati seseorang itu menyediakan ingatannya kepada Tuhan. Jangan lupa engkau melihat kesalahan hatimu. Lupa kepada Tuhan lebih menakutkan daripada masuk ke dalam neraka. Apabila kamu bertemu dengan seorang fakir, janganlah dimulai dengan membincangkan ilmu pengetahuan, tetapi mulailah dengan sikapmu yang lemah lembut, kerana ilmu itu membuat mereka liar, sedang sikapmu yang lemah lembut membuat mereka jinak. (Junaid Al Baghdadi).

019). Al-Junaid Al-Bagdadi yang menjadi Imam Tasawwuf kepada golongan Ahli Sunnah Wal-Jamaah pernah membicarakan tentang Fana ini dengan kata-kata beliau seperti berikut: Kamu tidak mencapai Baqa (kekal dengan Allah) sebelum melalui Fana (hapus diri). Membuangkan segala-galanya kecuali Allah dan ‘mematikan diri’ ialah kesufian. Seorang itu tidak akan mencapai Cinta kepada Allah (Mahabbah) hingga dia memfanakan dirinya. Percakapan orang-orang yang cinta kepada Allah itu pandangan orang-orang biasa adalah dongeng sahaja.

020). Al Junaid dlm beberapa wasiatnya mengatakan: “Saudaraku, beramallah, dan bersegeralah sebelum kematian segera menjemput Anda, cepat2lah sebelum ia lebih cepat memanggilmu. Sementara itu, Allah swt telah memberi Anda nasihat dan kejadian2 teman2 Anda yg telah mendahului Anda, sahabat2 Anda yg sudah dihijrahkan dari alam dunia menuju ke alam baka, maka pelajaran itulah bagian Anda yg masih tersisa dan yg sangat bermanfaat bagi Anda. Bila tidak demikian, maka celakalah Anda. Inilah nasihat dan wasiatku kpd Anda, terimalah mudah2an Anda bisa memuji masalahnya dgn menerima nasihat itu, dan beruntung bila Anda mengamalkannya.”

021). Al Junaid: “Tasawwuf adalah menyucikan hati dpd tertambat dgn makhluk. Meninggalkan perangai yg buruk, memadamkan sifat2 kemanusiaan yg buruk, menjauhi dorongan nafsu, bersifat dengan sifat-sifat kerohanian, berpegang dengan hakikat segala perkataan, mengutamakan Allah pada setiap masa, menasihati seluruh umat, menyempurnakan janji kepada Allah  dan mengikut Syariat Rasulullah saw”.

SYEIKH AKHBAR IBNU ARABI

022). Ibnu Arabi: “Segala anugerah yang sesuai dengan hawa nafsumu maka itu adalah ujian, dan segala ujian yang menyalahi hawa nafsumu maka itu adalah anugerah”. 

023). Ibnu Arabi: Hakikat itu tidak dapat diucapkan oleh lisan, bahkan ia adalah perasaan batin (zauq) dan emosi yang halus (wujdan).

024). Ibnu Arabi: Barangsiapa yang melazimkan zikir ‘Allah', maka Allah akan memutuskan dia dari segala sesuatu selain Nya.

025). Tanda keimanan menurut Syeikh Ibnu Arabi: Dalam Kitab Al-Washaya li Ibn 'Arabi disebutkan: Dzun-Nun Al-Mishri mengatakan, “Tiga di antara tanda-tanda keimanan adalah: kalbu merasa pilu atas musibah yang menimpa Kaum Muslimin, mengorbankan kesetiaan kepada mereka dengan menahan kepahitan prasangka buruk mereka dan menunjukkan mereka kpd kebaikan, meskipun mereka tidak menghiraukan dan membencinya”. Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Salamah berkata, "Dzun-Nun Al-Mishri berwasiat kpdku, “Janganlah engkau mencari-cari aib org lain, sedangkan engkau menutupi aib dirimu sendiri. Ingatlah bahwa engkau bukan penjaga mereka”. Kemudian ia berkata lagi, “Hamba2 Allah yg lebih dicintaiNya adalah org yg paling banyak memenuhi kewajiban kepada-Nya. Dia juga mampu menunjukkan kesempurnaan akal dan ketawadhuaan pikirannya, hal itu mengisyaratkan adanya perhatian yang baik kepada orang yang berbicara, meskipun sebenarnya dia sudah mengetahuinya. Dia juga sangat cepat menerima kebenaran, meskipun datang dari orang di bawahnya, dan dia cepat mengakui kesalahannya jika telah melakukan kesalahan”.

026). Ibnu Arabi: “Hendaklah engkau berkata benar dalam segala keadaan yang disyariatkan kepadamu dan janganlah bersikap lemah serta merasa takut. Jauhilah dusta dalam keadaan yang disyariatkan bagimu untuk menjauhinya. Takutlah dalam tiga hal, yakni takut kepada Allah, takut kepada dirimu sendiri, dan takut kepada orang yang tidak takut kepada Allah."

027). Ibnu Arabi berwasiat: “Kau senang dengan yang fana (dunia) dan sibuk dengan angan2 (melayani kehendak nafsu), seperti pemimpi (orang yang bermimpi) tertipu dengan kelazatan dalam tidur. Wahai yang tertipu, di siangmu, engkau lupa dan lalai, di malammu kau tidur, dan kebinasan pasti datang kepadamu. Kau beramal sedikit, dan kau akan benci akibatnya. Begitulah binatang hidup di dunia. Andai ku tahu, andai ku tahu, apakah meraka tahu bahawa setelah mereka aku pun mati? Dalam berbagai permainan (kehidupan di dunia) ku habiskan kesenangan, membuat lalai bahawa aku akan mati. Wahai yang disibukkan oleh dunianya, angan2 panjang telah menipunya. Terus menerus (manusia) dlm kelalaian hingga ajal datang padanya. Kematian datang tiba-tiba, dan kubur (tempat) simpanan (segala) amal. 

028). Syeikh Ibnu Arabi berkata: “Jadikan waktu-waktumu bernilai tinggi, hiduplah dalam kehari-inian. Jangan hidup dalam imaginasi dan angan-angan yang akan melemparkan waktumu jauh-jauh di luar angkasa. Setiap saatnya, Allah telah menunjukkan dan mengarahkanmu pada sebuah tugas, perbuatan, dan sebuah pengabdian yang sesuai dgn kesejatianmu. Ketahui dan kenalilah ‘apa’ itu dan bergegaslah melaksanakan ‘apa’ mu itu. Pertama, lakukan perbuatan2 yang menjadi kewajibanmu. Kedua lakukan apa-apa yang dikatakan misalnya oleh para Nabi, utusan, dan orang suci lainnya. Ketiga, ambil dan lakukanlah apapun yang dimudahkan-Nya bagimu, terimalah dengan baik.Bekerjalah untuk melayani orang-orang yang memerlukan. Lakukanlah segala hal di atas agar engkau semakin mendekati Tuhan-Mu, semakin besar pengabdianmu dan semakin khusyuk solat, doa, dan zikirmu. Selalu berperilaku seolah-seolah itu merupakan perilaku terakhirmu, selalu solat seolah-olah merupakan solat terakhirmu, di mana tiada lagi engkau memiliki kesempatan untuk melakukannya lagi setelahnya. Jika engkau melakukan hal itu, maka engkau akan khusyuk dalam berperilaku, fokus pada pencarianmu, engkau pun akan menjadi orang yang jujur dan penuh iman. Allah tidak menerima perbuatan baik yang dilakukan tanpa kesedaran dan kejujuran. Lakukanlah perbuatan2 baik dengan penuh kesadaran dan kejujuran. Kemurnian, kebersihan, kesucian hati merupakan aturan Allah, dan niscaya bagi seorang yang beriman. Jagalah selalu kebersihan lahir bathinmu. Setiap selesai wudhu, solatlah sebanyak 2 rakaat, kecuali pada waktu terbit matahari, matahari sedang tinggi, dan terbenam matahari”. 

029). Ibnu Arabi: Berhati-hatilah jika cinta dunia telah mengambil tempat di hatimu, kerana ia akan menyempitkan hatimu, dan menjadi sulit luar biasa untuk mengeluarkan dan membuangnya jauh-jauh. Dunia ini sumber ujian; jangan mencari kenyamanan dan bermegah-megahan dengannya. Hal itu akan menciptakan lebih banyak kamar2 dalam hatimu dan akan menurunkan keinginan untuk beribadah.

030). Ibnu Arabi: “Hendaklah engkau menjaga ucapanmu sebagaimana engkau menjaga perbuatanmu. Ucapanmu termasuk dlm perbuatanmu. Kerana itu dikatakan: “Barangsiapa menghitung ucapannya sbg termasuk dalam perbuatannya, maka ia akan mengurangi ucapannya”. Ketahuilah bahwa Allah menjaga ucapan hamba2Nya kerana Allah hadir pada lisan setiap org yg berbicara. Allah tidak mencegahmu dari mengucapkannya. Akan tetapi engkau jangan mengucapkannya jika memang engkau tidak meyakininya, kerana Allah akan menanyaimu tentang itu.

031). Nasihat Ibnu Arabi: “Berhati-hatilah agar engkau jangan bersikap sombong atau tinggi hati (diri) di muka bumi. Biasakanlah bersikap rendah hati (tawaduk). Jika Allah mengangkat kata-katamu, maka tidak ada yang paling tinggi selain kebenaran. Jika Dia menganugerahkan kepadamu ketinggian di dalam hati makhluk-Nya, maka hal itu kembali kkpdNya. Kerendahan hati, kehinaan (dzillah) dan ketidak berdayaan melekat pada dirimu, kerana engkau berasal dari tanah. Jangan merasa lebih tinggi dari tanah, kerana tanah adalah ibumu. Barangsiapa berlaku sombong kepada ibunya, maka ia menderhakainya”. 

032). Ibn Arabi mengungkapkan: “Tidak ada dalam wujud ini selain Allah, kita walupun ada (Maujudun) maka sesungguhnya keberadaan kita denganNya, barang siap yang keberadaannya dengan selain Allah maka ia masuk dalam hukum ketiadaan”. Maksudnya ialah bahwa Allah ada dengan sendiriNya dan tidak mengambil keberadaannya dari yg lain. Sedangkan alam adalah ada kerana Allah mengadakannya. Jadi alam adalah keberadaan yg mungkin ada yg pada hakikatnya tiada. Di sini kita harus membedakan antara wujud dan maujud. Wujud merupakan isim masdar yg berarti keadaan dan Maujud merupakan isim maf’ul berarti sesuatu yg mengada kerana pengaruh lain. Dapat ditafsirkan bahwa Allah adalah keberadaan itu sendiri atau Zat Yang Maha Ada, sedang maujud adalah sesuatu yg menjadi ada disebabkan hal lain. Maujud merupakan ‘objek’ yg berarti sesuatu yg menerima pengaruh perbuatan yg lain. Jadi sesuatu yang menjadi ada kerana adanya keberadaan yg lain bukanlah keberadaan yang sejati namun keberadannya bergantung kpd Wujud Yang Sejati. Keberadaannya disebut dgn khayal, artinya ia ada kerana bergantung pada Wujud Sejati. Namun jika sesuatu tidak bergantung kepada Wujud Sejati tentu dia tiada, kerana siapa yg akan memberikannya keberadaan? Jadi jelas yg dimaksud dengan Wahdat al-Wujud adalah bahwa wujud yang sejati adalah satu. Bukan berarti alam adalah Allah dan Allah adalah alam.

033). Menurut Ibnu Arabi, tahap tertinggi yg boleh dicapai manusia adalah pengalaman langsung (ZAUQ). Ibnu Arabi memandang pengalaman langsung sbg tujuan tertingginya. Menurutnya, saat mencapai tahap tersebut, jiwa berarti telah mencapai kondisi peniadaan diri (FANA’). Dan pada saat itulah ia akan mampu secara visual menyaksikan kesatuan segala sesuatu iaitu kesatuan antara Yang Mencipta dgn yg dicipta dan Yang Abadi dgn yg binasa.

034). Seorang zahid bukanlah orang yang zuhud dari dirham dan dinar (harta), akan tetapi seorang zahid adalah yang zuhud dari yang selain daripada Yang Maha Perkasa (Allah).

035). Rendahkan dirimu, jangan sombong di dunia ini.  "Berhati-hatilah agar engkau jangan bersikap sombong atau tinggi hati (diri) di muka bumi. Biasakanlah bersikap rendah hati (tawaduk).
Jika Allah mengangkat kata-katamu, maka tidak ada yang paling tinggi selain kebenaran.
Jika Dia menganugerahkan kepadamu ketinggian di dalam hati makhluk-Nya, maka hal itu kembali kepada-Nya. Kerendahan hati, kehinaan (dzillah) dan ketidakberdayaan melekat pada dirimu, kerana engkau berasal dari tanah. Jangan merasa lebih tinggi dari tanah, kerana tanah adalah ibumu. Barangsiapa berlaku sombong kepada ibunya, maka ia telah mendurhakainya.” (Syeikhul Akbar Ibnu 'Arabi, petikan dari Tn Syeikh Haji Alias asy-Syattari). 

036). Hakikat cinta, tidak dapat diungkapkan dengan lisan. Ianya adalah Zauq (perasaan batin), dan juga Wujdan (emosi yang halus). (Syeikh al-Akbar Ibnu Arabi Rah).

037). Akal para arif terbebas dari semesta Mereka menghasratkan kesuciannya Mereka tenang dan mulia di sisi-Nya Sirr mereka terjaga, bebas merdeka. (Syeikh al-Akbar Ibnu Arabi r.a.)

038). Syeikh al-Akbar Ibn Arabi Q.S menyebut: Allah menciptakan insan kamil di atas rupa wajah-Nya (sifat dan asma'Nya yang agung) , dan menjadikannya sebagai dalil yang menunjukkan ke atas diri-Nya bagi mereka yang ingin mengenali-Nya dengan jalan musyahadah bukan dengan jalan fikir iaitu jalan memandang ayat-ayat-Nya pada ufuk-ufuk alam semesta.

039). Rasulullah s.a.w adalah kunci mengenal Allah. Tidak dapat diharapkan sampai kepada Allah dari orang yang tidak mengikuti Rasululllah s.a.w. Tidak akan faham apa yang kami katakan, kecuali orang yang telah mengikuti jejak Rasulullah s.a.w.

040). Tidak jua bala ujian itu melainkan diiringinya rahmat.

041). “Apabila Tuhan hendak memindahkan hamba-Nya dari kehinaan-kekafiran menuju kemuliaan-ketaatan, Dia menjadikannya intim dengan kesendirian, kaya dalam kesederhanaan, dan mampu melihat kekurangan dirinya. Barangsiapa telah dianugerahi semua ini berarti ia telah mendapatkan yang terbaik dari dunia dan akhirat.” (Ibnu Arabi). 

042). Hendaknya engkau menjaga ucapanmu sebagaimana engkau menjaga perbuatanmu. Ucapanmu termasuk dalam perbuatanmu. Kerana itu dikatakan barangsiapa menghitung ucapannya sebagai termasuk dalam perbuatannya, maka ia akan mengurangi ucapannya. Ketahuilah bahawa Allah menjaga ucapan hamba-hamba-Nya kerana Allah hadir pada lisan setiap orang yang berbicara. Allah tidak mencegahmu daripada mengucapkannya. Akan tetapi engkau jangan mengucapkannya jika memang engkau tidak meyakininya, kerana Allah akan menanyaimu tentang itu. (Ibnu Arabi). 

IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH

043). Ibnul Qayyim menyatakan peringkat2 cinta (maratibul mahabah) iaitu cinta peringkat yang paling tinggi ialah 'Tatayyum', yang merupakan Hak Allah semata-mata. 'Isyk' yang merupakan Hak Rasulullah saw. 'Syauq' iaitu cinta antara sesama Mukmin. 'Shahabah' iaitu cinta sesama Muslim yang melahirkan Ukhuwah Islamiyah. 'Ithf (simpati) yang ditunjukkan sesama manusia. Manakala cinta yang paling rendah dan sederhana ialah cinta atau keinginan kepada selain manusia, yakni harta benda.

044). Ibnu Qayyim rah berkata: Setiap hamba (manusia) memiliki tabir yang menutupi hubungan antara dirinya dengan Allah, serta memiliki tabir yang menutupi hubungan antara dirinya dgn sesama manusia. Barangsiapa yang telah membuka tabir, yang menutupi hubungan antara dirinya dengan Allah, maka telah terbuka pula tabir yang menutupi hubungan antara dirinya dengan sesama manusia.

045). Inbu Qayyim: Hati sakit sebagaimana badan sakit. Dan ubat hati ada pada Taubat dan perlindungan diri. Hati juga boleh kotor sebagaimana cermin kotor. Dan mengilapnya hati adalah dengan Zikir. Hati telanjang sebagaimana tubuh juga telanjang. Dan perhiasan hati adalah Ketakwaan. Hati juga lapar dan haus sebagaimana halnya badan. Dan makanan dan minuman hati adalah Makrifat (pengetahuan tentang Allah), Mahabbah (kecintaan terhadap Allah), Tawakal, senantiasa kembali dan mengabdi hanya kpd Allah.

046). Berkata Ibnul Qayyim: “Zuhud terhadap sesuatu di dlm bahasa Arab yg merupakan bahasa Islam, berarti berpaling darinya dgn meremehkan dan merendahkan keadaannya kerana sudah merasa cukup dengan sesuatu yang lebih baik darinya”. Beliau juga berkata: “Saya mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Zuhud adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat di akhirat, adapun Wara’ adalah meninggalkan apa-apa yg ditakut akan bahayanya di akhirat”. Kemudian beliau menjelaskan: “Ini adalah definisi yg paling baik terhadap makna Zuhud dan Wara’ dan yg paling mencakupinya.”

047). Ibnu Qayyim al Jauziy: “Dunia ini ibarat bayang2, jika dikejar, engkau tak akan dapat menangkap nya. Palingkan badanmu darinya dan dia tidak punya pilihan lain kecuali mengikutimu”.

048). Berkata Ibnul Qayyim: “Sejak diciptakan, manusia selamanya  akan terus menjadi MUSAFIR. Tiada batas akhir perjalanan mereka kecuali SYURGA atau NERAKA.

049). Ibnu Qayyim rah: Keperluan kpd ilmu adalah spt keperluan kpd makanan, bahkan di atas keperluan kpd nafas. Keadaan paling buruk yg dialami orang yang tidak mampu bernafas adalah kehilangan kehidupan jasadnya. Adapun lenyapnya ilmu menyebabkan hilangnya kehidupan hati dan ruh. Oleh sebab itu setiap hamba tidak boleh terlepas darinya walau sekelip mata sekalipun. Apabila seseorg kehilangan ilmu akan mengakibatkan dirinya jauh lebih buruk daripada keledai. Bahkan, jauh lebih buruk dpd binatang melata di sisi Allah, sehingga tidak ada makhluk apapun yg lebih rendah dpd dirinya ketika itu.

050). Ibn Qayyim rah pernah berkata: “Ketika harta berada di tanganmu, bukan di hatimu, dia tidak akan membahayakanmu, walaupun jumlahnya banyak. Sebaliknya, ketika harta itu di hatimu, ia akan membahayakanmu, walaupun harta itu tidak ada sedikitpun di tanganmu. Itulah yg dikatakan, Kaya tapi Zuhud!”

051). Sesungguhnya sesuatu apa yang hamba kehilangan akan ada penggantinya, namun seorang hamba yang kehilangan Allah tak akan ada penggantinya. (al-Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah). 

052). Tidak diragukan bahawa hati boleh berkarat seperti besi dan perak. Dan alat pembersih hati ialah zikir. Zikir dapat membersihkannya, sehingga dia menjadikan seperti cermin yang bersih. Apabila seseorang meninggalkan zikir, hatinya akan berkarat. Dan apabila dia berzikir, maka hatinya akan menjadi bersih. Berkaratnya hati disebabkan 2 perkara yakni lalai dan dosa. Dan yang dapat membersihkannya juga 2 perkara, yakni istighfar dan zikir.

053). Ibnu Qayyim dalam Kitab Al Fawaid Hal 29, mengatakan: “Allah mengajak hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur’an dengan 2 cara iaitu pertama, melihat segala perbuatan Allah dan yang kedua, melihat dan merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran Allah” seperti dalam firman-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal.” (Ali Imran:190)

054). Kalaulah orang yang bersedekah itu mengetahui dengan sebenarnya dan dapat menggambarkan bahawa sedekah itu diletakkan dalam 'tangan Allah' sebelum ia ke tangan orang faqir, nescaya kelazatan orang yang memberi lebih terasa besar daripada kelazatan si penerima.

055). Sungguh engkau terlelap tidur semalaman dan pagi harinya menyesal, adalah lebih baik daripada qiyamul lail semalaman namun pagi harinya engkau merasa takjub dan bangga diri. Sebab orang yang merasa bangga dengan amalnya tidak akan pernah naik (diterima) amalnya.

056). Boleh jadi saat engkau tidur terlelap, pintu pintu langit sedang diketuk oleh puluhan doa kebaikan untukmu, dari seorang fakir yang telah engkau tolong, atau dari orang kelaparan yang telah engkau beri makan, atau dari seorang yang sedih yang telah engkau bahagiakannya, atau dari seorang yang berpapasan denganmu yang telah engkau lapangkan. Maka janganlah engkau sekali kali meremehkan sebuah kebaikan”. (Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam Kitab Miftah Daaris As Sa’aadah). 

057). Telah berkata Ibnu Qayyim, “Bila engkau ingin berdoa, sementara waktu begitu sempit, padahal di dalam dada mu dipenuhi oleh begitu banyak hajat (keperluan), maka jadikan seluruh isi doa mu berupa permohonan maaf (istighfar) kepada Allah. Kerana bila Allah memaafkan mu, maka semua keperluan mu akan dipenuhi olehNya tanpa engkau memintanya.

058). Ibnu Qayyim al Jauziyah: “Agama itu keseluruhannya adalah akhlak. Barangsiapa semakin baik akhlaknya, maka semakin baik pula Agamanya”. 

059). Berkata Ibnul Qayyim rah: “Tanda tanda kebahagiaan seseorang hamba itu ada 3, yakni jika diberi nikmat dia bersyukur, jika diuji dia bersabar dan jika melakukan dosa dia akan segera memohon ampunan”. Dari Anas ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Berfirman Allah Ta’ala: Ada empat perkara. Satu yang menyangkut hubungan Aku dengan engkau. Satu lagi yang menyangkut hubungan antara engkau dengan hamba-hamba-Ku. Satu yang lain untuk Aku, dan yang satu lagi untuk engkau. Adapun yang untuk Aku, hendaklah engkau mengabdi kepada-ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun. Yang menyangkut dirimu, maka apa saja yang engkau kerjakan dari kebajikan, Aku akan memberikan balasannya. Yang menyangkut antara Aku dengan engkau, ialah hendaklah engkau memohon (berdoa kepada) Aku dan Aku mengabulkan engkau. Dan yang menyangkut antara engkau dengan hamba-hamba-Ku, hendaklah engkau merelakan (ridhakan) bagi mereka apa yang engkau merelakan (ridhakan) bagi dirimu”. (HR. Abu Nu’aim). Hadis Qudsi.

060). Berkata Imam Al Qayyim al Jauziyyah, Sesungguhnya apa yang seseorang hamba kehilangan ada penggantinya, namun seseorang yang kehilangan Allah tidak akan ada penggantinya.

ZUN NUN AL-MISHRIY

061). Zun Nun Al-Mishriy mengatakan; alat untuk mencapai Makrifat ada 3; yakni: Qalbi (hati), Sirr (perasaan) dan Roh. Sedangkan tanda-tanda yang dimiliki oleh seorang Ahli Sufi bila sudah sampai kepada tingkatan Makrifat, antara lain:

        1. Selalu memancar Cahaya Makrifat padanya dalam segala sikap dan perilakunya. Kerana itu, sikap wara' selalu ada pada dirinya.
        2. Tidak menjadikan keputusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata, kerana hal-hal yang nyata menurut ajaran Tasawwuf, belum tentu benar.
        3. Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, kerana hal itu dapat membawanya kepada perbuatan yang haram.

062). Al Makrifat, kata Zunnun adalah Cahaya yang dilontarkan Tuhan ke dalam hati Sufi. “Orang yang mengetahui Tuhan tidak mempunyai wujud tersendiri tetapi berwujud melalui wujud Tuhan”. Beliau juga menerangkan: “Aku mengetahui Tuhan melalui Tuhan dan jika sekiranya tidak kerana Tuhan, aku tidak akan tahu pada Tuhan”. (Yang dimaksudkan oleh Zunnun ialah bahawa Al-Makrifat tidak dapat diperoleh atas usaha Sufi sahaja. Sufi berusaha dan kemudian sabar menunggu Kasih dan Rahmat Tuhan).

063). Zun-Nun Al Mishri berpesan kpd sahabat2nya, dimana ia mengatakan: “Saudaraku, perlu kamu ketahui, bahwa tiada kemuliaan yg mengungguli Islam, tiada kehormatan yg lebih terhormat dpd ketakwaan, tiada akal yg lebih terpelihara dpd sikap wara’, tiada penolong (pemberi Syafaat) yang lebih bisa menyelamatkan daripada taubat, tiada pakaian yang lebih agung daripada ampunan (atlat), tiada pelindung yg lebih kukuh dpd keselamatan, tiada gudang simpanan harta yg lebih mencukupi dpd merasa puas dgn apa yg ada (qana‘ah) dan tiada harta yg lebih bisa menghilangkan kemiskinan dpd rela dgn apa saja yg mampu mengganjal rasa lapar. Barangsiapa merasa cukup dgn bekal rezeki sekadar mencukupi keperluannya maka ia benar2 telah mengatur ketenangan hidup. Sementara itu banyak keinginan merupakan kunci kelelahan dan kenderaan kesengsaraan, ketamakan adalah faktor pendorong utu membabi buta dlm melakukan dosa, sedangkan kerakusan adalah yg mengumpulkan segala  keburukan dan aib. Sudah cukup banyak keternakan yg bohong, cita-cita yg tak tercapai dan harapan yg hanya mengakibatkan nasib buruk dan usaha mencari keuntungan yg hanya berakhir pada kerugian.”

064). Di dalam sebuah paparan ttg Kaum Arif atau Sufi Sejati, Dzun Nun al-Mishri mengatakan: “Sang Arif semakin rendah hati (tawadhu) setiap saat, dan setiap saat dia semakin dekat kpd Tuhannya. Kaum Arifin melihat tanpa pengetahuan, tanpa penglihatan, tanpa penggambaran, tanpa halangan dan tanpa tirai. Mereka bukan diri mereka sendiri, ttpi sepanjang keberadaannya mereka itu berada di dlm Tuhan. Gerak gerik mereka disebabkan oleh Allah dan kata-kata mereka adalah kata kata Tuhan yg diucapkan melalui lidah lidah mereka dan penglihatan mereka adalah penglihatan Tuhan yg telah memasuki mata mereka."

065). Pernah diceritakan bahawa Zun Nun ra, sedang memberi wa'azh (peringatan dan nasihat) kpa org ramai, dan hampir kesemua org yg mendengarnya menangis, tetapi terdapat di situ pula seorang pemuda ketawa geli hati. Maka Zin Nun tidak sabar lagi lalu berkata kepada pemuda itu: "Wahai pemuda! Mengapa engkau ketawa?” Pemuda itu lalu berdiri dan merangkapkan syair ini: Kamu menyembah Allah kerana takut  akan nerakanya! Apakah terselamat dari neraka itu amat mudah perkaranya? Atau menghuni SyurgaNya untuk menikmati keindahannya? Dalam taman taman indah permai airnya tawar rasanya. Tapi bukan tujuanku untuk hidup kekal dalam SyurgaNya! Aku tidak ingin cintaku dibuat tukar ganti!

066). Berkata Al Fudhail bin Iyadh rah: “Sekali peristiwa aku pernah bersolat Asar di belakang Zun Nun. Apabila dia mahu bertakbir, dia mengangkat kedua tangannya mengucapkan: Allahu...! tiba tiba dia kagum berdiri di situ seolah-olah dia laksana jasad tanpa roh lantaran membesarkan Allah. Kemudian dia menyambung… akbar! Maka aku merasa seolah-olah hatiku spt tercabut dari sebab kehebatan takbirnya itu. "SEDIKIT sekali org yg malu kpd Tuhannya. Yang berpura-pura taqwa, alangkah banyak bilangannya. Tidak peduli kotoran menyalut pakaian lahirnya. Siapa yang berani mengambil kira dari hal dunianya. Takut dan bimbang nanti dikutuk oleh isterinya.Tak takut dan bimbang akan dikutuk oleh Tuhannya!”

067) Zun Nun al-Mishri bertanya tentang cinta kepada seorang perempuan yang beribadah di padang Tih Bani Israil. Perempuan itu menjawab, "Cinta tidak memiliki awal sehingga ia dapat diketahui, dan tidak memiliki akhir sehingga ia dapat dikejar. Sebab, Sang Kekasih tidak memiliki batas. Awal cinta adalah keletihan, pertengahannya adalah qana'ah, dan akhirnya adalah tidak terbatas”. Kemudian perempuan itu pingsan. Ketika telah sedar, ia berkata: “Allah mencintai suatu kaum, lalu mereka beristiqamah di atas jalan-jalan kasih sayang, sehingga mereka tidak tidur. Allah memberi minum mereka dengan air yang jernih dari gelas cinta, sehingga mereka berpuasa dan shalat dalam cinta kepada- Nya”. (al-Muqaddimah Fi al-Tasawwuf, Abu Abdurrahman Al-Sulami, w. 1021 M). 

068). Semua tulisanmu itu akan terus menyebar, hingga engkau bertemu Allah. Maka takutlah jika ialah yang memasukkanmu ke neraka. (Zun Nun al-Mishry Rah)

069). Seorang Menteri datang melawat Zun Nun al-Misri r.a meminta bantuan, “Aku telah berkhidmat kepada Sultan siang dan malam dan berharap untuk diberikan ganjaran, namun aku amat takut dihukum olehnya”. Zun Nuun menangis lalu berkata, “Jika aku takut kepada Allah, Yang Maha Besar dan Maha Agung, sebagaimana yang engkau takutkan kepada Sultan, aku akan menjadi salah seorang daripada orang yang dikasihi-Nya!”

070). Ketika Zun Nun ditanya tentang zikir, dia menjelaskan, “Zikir bererti tiadanya ingatan pelaku zikir terhadap zikirnya”. Lalu dia membacakan syair: Aku banyak berzikir kepada-Mu bukan kerana aku telah melupakan-Mu. Itu hanyalah apa yang mengalir dari lisanku. (Risalah Qusyairiyah). 

071). Rasulullah s.a.w bersabda: “Jauhilah prasangka buruk, kerana prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta, janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari isu, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci, tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (Hadith riwayat Al-Bukhari : 6064, 6066, 6724, Muslim : 4646)
Zun Nun al-Mishry ditanya, “Di antara manusia, siapakah pelindung terbaik bagi kalbunya?” Dijawab Zun Nuun, “Iaitu orang yang paling mampu menguasai lidahnya.”

072). Akidah para sufi. Yusuf bin al-Husain r.a berkata, "Ada seseorang berdiri di antara dua sisi Zun Nun al-Mishry. Orang itu bertanya, 'Berilah aku khabar tentang tauhid, apa sebenarnya tauhid itu?" Zun Nun menjawab, 'Tauhid bererti anda tahu bahawa Kekuasaan Allah s.w.t terhadap segala hal tanpa campur tangan, ciptaan-Nya terhadap makhluk tanpa perlu bantuan, dan sebab langsung bagi segala sesuatu adalah ciptaan-Nya, dan tak ada sebab langsung bagi ciptaan-Nya. Seluruh langit tertinggi dan bumi terendah tak ada yang mengaturnya kecuali Allah s.w.t. Segala bentuk yang terproyeksi dalam khayalan anda, maka Allah berbeza dengannya’.

073). Tak ada kehidupan selain bersama mereka yang hatinya mendambakan taqwa dan yang istirah dalam zikir Tentram dalam ruh keyakinan seperti anak menyusu di pangkuan ibunya. (Zun Nun al-Misry Rah).

074). Seorang yang benar-benar zikir kepada Allah s.w.t akan lupa segala sesuatu selain zikirnya. Allah s.w.t akan melindunginya dari segala sesuatu, dan dia diberi ganti dari segala sesuatu. (Zun Nun al-Mishry Rah). 

075). Orang-orang Salaf r.a telah mewasiatkan tiga perkara: Pertama: Sesiapa yang membaiki hubungannya dengan Tuhannya, nescaya Allah s.w.t membaiki hubungan di antara dia dengan segala makhluk. Kedua: Sesiapa yang baik rahsia sirrnya (hatinya bersama dengan al-Haq s.w.t) bersama dengan makhluk, nescaya dielokkan oleh Allah s.w.t zahirnya pula. Ketiga: Sesiapa yang baik amalan akhiratnya, nescaya dielokkan oleh Allah s.w.t amalan dunianya. (Zun Nun al-Mishry Rah).

076). Ketika Zunnun ditanya, bagaimana ia memperoleh ma’rifah, ia menjawab: “Aku melihat dan mengetahui Tuhan dengan Tuhan dan sekiranya tidak kerana Tuhan aku tidak melihat dan tidak tahu Tuhan”. Yang dimaksudkan Zunnun ialah bahwa ia memperoleh ma’rifah kerana kemurahan hati Tuhan. Sekiranya Tuhan tidak membukakan tabir dari mata hatinya, ia tidak akan dapat melihat Tuhan. Sebagaimana disebut dalam literatur Tasawwuf, Sufi berusaha keras mendekatkan diri dari bawah dan Tuhan menurunkan rahmat-Nya dari atas. Juga dikatakan bahwa ma’rifah datang ketika cinta Sufi dari bawah dibalas Tuhan dari atas.

077). Manusia biasa (awam) menyesali dosa-dosanya. Manusia pilihan menyesali kelalaiannya. (Zun Nun al-Mishri).

078). Syeikh Zun Nun: “Makrifat di perolehi dengan 3 cara iaitu pertama dengan melihat pada sesuatu bagaimana Dia mengaturnya, kedua dengan melihat keputusan2Nya, bagaimana Allah telah memastikannya dan ketiga dengan merenungkan makhluk, bagaimana Allah menjadikannya.

SYEIKH JALALUDDIN AR-RUMI

079). Syeikh Jalaluddin Ar Rumi pernah mengumpamakan Makrifat dengan mutiara yang masih berada dalam kerang, sedangkan kerang itu masih di dasar laut. “Kerana mutiara selalu memikat hati org, maka banyaklah orang yang datang ke laut untuk mendapatkannya. Setelah melihat dengan teliti, seseorang di antara pengunjung bertanya: 'Mana mutiara itu? Aku tidak melihatnya, padahal org2 mengatakan bahwa mutiara itu di laut.’ Tentu saja mutiara tidak dapat dilihat apalagi dimiliki hanya dengan melihat laut, kerana mutiara itu berada di dasar laut. Ini berarti bahwa Makrifat tidak dapat diperolehi hanya dgn mengandalkan “indera lahiriah”, kerana ia berada jauh di lubuk hati seseorang, sehingga tersembunyi kepadanya.”

080). Perkecillah dirimu, maka kau akan tumbuh lebih besar dari dunia. Tiadakan dirimu, maka Jati dirimu akan terungkap tanpa kata-kata. (Rumi)

081). Kembalilah pada sejatimu,wahai hati! Kerana jauh di dalam dirimu wahai hati, engkau akan menemukan jalan menuju yang Maha Cinta. (Rumi).

082). Aku pernah mempunyai seribu keinginan. Tetapi dengan satu keinginan untuk mengenal-Mu, semuanya lenyap. (Rumi).

083). Cinta tak dapat ditemukan dalam belajar dan ilmu pengetahuan, buku-buku dan lembaran-lembaran halaman. Apa pun yang orang bicarakan itu bukanlah jalan Para Pencinta. Sesungguhnya yang engkau katakan atau dengar adalah kulitnya. Intisari cinta adalah misteri yang tak dapat dibukakan. (Maulana Jalaluddin Rumi).

084). Maulana Jalaludin Rumi: “Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan, saya mencintainya dan saya mengaguminya, saya memilih jalannya dan saya memalingkan muka ke jalannya. Setiap orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih yang abadi. Dia adalah orang yang saya cintai, dia begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna. Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta yang tidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan dia dan mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya”. Syaikh Nazhim Adil al-Haqqani (Cucu Maulana Rumi) Lefke, Cyprus Turki, September 1998).

IMAM SYAFIE

085). Al Imam Asy Syafi'e rah.: Tidaklah seorang akan berhasil dalam menuntut ilmu yang mana ia menuntutnya dengan rasa bosan, atau merasa cukup, akan tetapi barangsiapa yg menuntutnya dengan pengorbanan, kehidupan yang sempit dan berkhidmat utk ilmu tersebut maka merekalah yg akan berhasil.

086). Imam Syafie: “Bumi Allah amatlah luas namun suatu saat apabila takdir sudah datang angkasa pun menjadi sempit”. 

087). Imam Syafie berkata: Duhai org yg senang memeluk dunia fana, yg tak kenal pagi dan sore dlm mencari dunia. Hendaklah engkau tinggalkan pelukan mesramu, kpd duniamu itu. Karena kelak engkau akan berpelukan, dgn bidadari di Syurga. Apabila engkau harap menjadi penghuni Syurga abadi, maka hindarilah jalan menuju api Neraka.

088). Kata2 Imam As Syafi'e yg bernilai Sufi: “Org yang zalim utk dirinya ialah org yg merendahkan dirinya kpd org yg tidak memuliakannya dan org yg menyukai sesuatu benda yg tidak memberi manafaat kpdnya, begitu juga org yg menerima  pujian dari seseorg lain yg tidak mengenalnya dgn sungguh2.”

089). Andai kamu merenung isi kandungan surah Al-Ashr. Sudah tentulah itu saja, sudah cukup untuk kamu merenung diri kamu sendiri. (Imam asy-Syafie Rah). 

090). Tubuhku takkan mampu menahan hawa dingin, juga tidak tahan menahan panas yang sangat, lalu bagaimana ia kuat menghadapi panasnya neraka, yang bahan bakarnya berupa manusia dan bebatuan? (Imam asy-Syafie Rah).

091). Serahkan urusanmu pada khaliqmu. Jika di waktu pagi aku memiliki makanan untuk hari itu, janganlah kau risau terhadapku wahai yang bahagia. Jangan sibukkan dirimu memikirkan esok. Kerana untuk esok, telah disediakan rezekinya sendiri. Jika Allah s.w.t menghendaki suatu hal, maka aku mematuhinya. Kutinggalkan kehendakku, mengikuti yang Dia kehendaki. Sama sekali tidak ada kehendak pada diri yang lemah ini. Jika Allah s.w.t menghendaki apa yang tidak aku kehendaki. (Imam asy-Syafie Rah). 

092). Mereka berkata, "Kau diam sahaja saat kau dicaci.” Kukatakan, "Menjawab adalah kunci pintu keburukan, Sedang diam di hadapan orang bodoh adalah kemuliaan. Di dalamnya juga terdapat upaya menjaga kehormatan. Bukankah singa ditakuti meski dalam keadaan diam. Sedangkan anjing tak diacuhkan meski terus menyalak. (Imam asy-Syafie Rah)

093). Hati adalah raja dalam diri. Oleh itu, betul dan luruskan ia supaya empayar kerajaan dirimu tegak di atas Al Haq yang tidak disertai oleh iringan iringan pasukan kebatilan. (Imam Asy Syafie)

094). Rendah hati adalah sifat orang mulia, dan sombong adalah sifat orang hina. (Imam Asy Syafi’e). 

095). Imam As Syafi'e selalu menggunakan tongkat bila berjalan. Bila ditanya adakah kerana beliau uzur atau tua, lantas beliau menjawab: “Untuk mengingati bahawa aku hanyalah musafir di dunia ini.”

IMAM HANAFI

096). Adalah Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit atau yang masyhur dengan panggilan Imam Hanafi, pendiri Mazhab Hanafi, pernah berpapasan dengan seorang anak kecil yang sedang berjalan disebuah kota dengan menggunakan sandal yang terbuat dari kayu. “Hati-hati, Nak, dengan sandal kayumu itu, jangan sampai kau tergelincir!" perhatian dan nasehat Sang Imam kpd anak itu. Anak miskin itu pun tersenyum, menyambut perhatian Imam Hanafi tersebut dengan ucapan terimakasih. “Bolehkah saya tahu nama engkau, Tuan?” tanya si bocah. “Nu’man", jawab Imam Hanafi. “Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dgn gelar Al-Imam Al-A'dham (Imam Agung) itu?” “Bukan aku yg menyematkan gelar itu. Masyarakatlah yang berprasangka baik terhadapku dan menyematkan gelar itu kepadaku”. Kemudian si anak itu pun berkata, “Wahai Imam! Berhati-hatilah dgn gelar Tuan itu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka gara-gara gelar Tuan itu. Sandal kayu yg saya kenakan ini mungkin hanya akan menggelincirkan saya di dunia. Tapi gelar Tuan itu dapat menjerumuskan dan menggelincirkan Tuan ke kubangan api yang kekal jika tidak berhati-hati..” Ulama sekaliber Imam Hanafi, yang keilmuannya diakui dan diikuti oleh banyak umat Islam itu pun seketika itu juga tersungkur menangis. Namun dalam benaknya, Imam Hanafi bersyukur. Beliau tidak menyangka peringatan datang dari lidah seorang anak kecil. Masya Allah!

097). Imam Abu Hanifah berkata: “Tahukah engkau jika ada orang berkata: “Di manakah Allah?” Katakan kepadanya: “Dia, Allah ada tanpa permulaan dan tanpa  tempat. Dia ada sebelum segala makhlukNya ada. Allah ada tanpa permulaan sebelum ada tempat, sebelum ada makhluk dan segala sesuatu apapun. Dan Dia adalah Pencipta  segala sesuatu”.

IMAM HAMBALI

098). Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Hati itu ada 4 macam: Pertama, QALBUN AJRAD (hati yang polos tak bernoda) di dalamnya seperti ada pelita yang bersinar. Kedua, QALBUN AGHLAF (hati yang tertutup) yg terikat tutupnya. Ketiga, QALBUN MANKUUS  (hati yang terbalik). Keempat, QALBUN MUSHFAH  (hati yang terlapis). Adapun Qalbun Ajrad adalah hati seorang Mukmin, pelita dalam hatinya adalah cahaya, Qalbun Aghlaf adalah hati orang Kafir. Qalbun Mankuus adalah hati orang Munafik, yang mengetahui kemudian mengingkari. Qalbun Mushfah adalah hati yang di dalamnya bercampur iman dan nifak, iman yang ada di dalamnya seperti tanaman yg disirami air yang segar dan nifak yang ada di dalamnya seperti bisul yang disirami darah dan nanah. Mana dari dua unsur di atas yang lebih dominan, maka itulah yang akan menguasai hatinya.”

099). Disebutkan bahwa Al-Imam Ahmad rahimahullah, sebelum dia berteman dengan orang-orang Sufi, dia berkata kepada putranya yang bernama Abdullah: Wahai putraku pelajarilah Ilmu Hadits! Dan jauhkan dirimu dari berkumpul dengan mereka, orang-orang yang menamakan diri mereka dengan sebutan Kelompok Sufi, mungkin diantara mereka ada yang masih bodoh dan tidak mengetahui tentang masalah hukum-hukum agamanya. Akan tetapi ketika mereka berteman dengan Abu Hamzah Al-baghdadi seorang yang Sufi, dan mengetahui keadaan kelompok orang-orang Sufi yang sebenarnya, dia pun berkata kepada putranya: wahai putraku , duduklah dan berkumpullah dengan mereka (orang-orang Sufi), sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang mempunyai Ilmu yang lebih banyak dari kita, dan sifat Muroqobah (selalu merasa dalam pengawasan Allah), dan rasa takut kepada Allah serta sifat Zuhud terhadap dunia. (Tn Guru Haji Md Nasir asy-Syazuli)

IMAM MALIKI

100) Imam Malik rah pernah menangis ketika beliau hendak berbuka puasa. Ketika ditanya oleh muridnya kenapa beliau menangis, beliau menjawab: “Aku sedih melihat makanan yang banyak ini, kerana teringat Rasulullah saw. Baginda berbuka dengan makanan yang sedikit tetapi ibadahnya banyak. Sedangkan aku berbuka dengan makanan yang banyak tetapi ibadahku sedikit.”

ABU YAZID AL-BUSTHAMI

101). Abu Yazid Al Bustami: “Aku adalah debu kaki Muhammad, maka aku akan mengikuti jejak beliau Saw”.

102). Hampir setiap hari Abu Yazid Al Bustami begitu asyik dengan Allah. Keasyikan itu membuat dia sering lupa ketika memanggil nama seorang muridnya yang telah belajar padanya selama 30 tahun. “Anakku siapakah namamu?” Tanya Abu Yazid kepada murid tersebut. “Engkau suka mengolok-olokku, Guru,” kata sang murid. “Sudah 30 tahun aku belajar kpdmu tetapi hampir setiap hari engkau menanyakan namaku”. “Bukan aku mengolok2mu, anakku,” Kata Abu Yazid Al Bustami. “Ttpi namaNya telah memasuki hatiku dan mengeluarkan semua nama lain sehingga aku selalu lupa setiap kali mengingat nama baru.”

103). Abu Yazid Al Bushtami pernah ditanya: “Apakah yang terbaik bagi seseorang manusia di atas jalan kerohaniannya?”. “Kebahagiaan yang merupakan bakat semenjak lahir”.  Jawab Abu Yazid. “Jika kebahagiaan seperti itu tidak ada!”. “Tubuh badan yang sehat dan kuat”. “Jika tidak memiliki tubuh badan yang sihat dan kuat?”.”Pendengaran yang tajam”. “Jika tidak memiliki pendengaran yang tajam?”. “Hati yang mengetahui”. “Jika tidak memiliki hati yang mengetahui?”. “Mata yang melihat”. “Jika tidak memiliki mata yang melihat”. “Kematian yang segera.”

104). Abu Yazid al-Bustami berkata, "Para wali dan para nabi mengambil khazanah yang sama. Khazanah itu bagaikan kantong berisi madu yang sebahagiannya dipercikkan. Madu di dalam kantong adalah untuk para nabi, sementara percikannya untuk para wali.”

105). Dikatakan kepada Abu Yazid al-Busthami: Dikatakan bahwa Si Fulan boleh berjalan ke Mekkah hanya dalam waktu semalam. Maka Abu Yazid menjawab, "Syaitan juga malah bisa berjalan dari Timur ke Barat dalam waktu sekejap, namun ia tetap dalam laknat Allah”. Juga dikatakan padanya, bahwa Si Fulan bisa berjalan di atas air. Maka ia menjawab, “Ikan juga bisa hidup di air dan burung bisa terbang di udara. Apa hal itu tidak lebih dikagumi daripada apa yang mereka lakukan”. “Andaikata seseorang membentangkan sajadahnya di atas air dan duduk bersila di udara, maka janganlah Anda tertipu dengannya, sampai anda melihat bagaimana ia dalam melakukan perintah dan meninggalkan larangan Allah.” (al-Luma, Abu Nashr as-Sarraj, w. 988 M)

106). Seorang lelaki berkata kepada Abu Yazid al Bustami, "Aku tidak menemui lazatnya taat."
Lalu Abu Yazid menegaskan, "Itu kerana engkau menyembah taat, bukan menyembah Allah. Sembahlah Allah sampai engkau menemui kelazatan taat.”

107). Kepentingan berguru.  Seorang "murid" harus berguru kepada seorang syeikh. Jika ia tidak memiliki seorang syeikh, ia tidak akan berhasil selamanya. Barangsiapa yang tidak memiliki syeikh, maka syaitanlah yang menjadi pembimbingnya. (Syeikh Abu Yazid Al-Busthami r.a). Syeikh Abu 'Ali Al-Daqaq r.a berkata: "Sepohon pokok yang tumbuh dengan sendirinya tanpa pernah ditanam oleh seseorang, mungkin sahaja boleh tumbuh tetapi ia tidak akan berbuah. Begitu juga dengan seorang murid, jika ia tidak memiliki seorang guru sufi yang membimbing jalannya secara langsung, maka ia seorang yang menyembah hawa nafsunya sendiri dan tidak akan memperoleh hasil”.

HASSAN AL BASRI

108). Imam Hasan Al Bashri: “Wahai pemuda! Carilah akhirat, kerana seringkali kita melihat org2 mengejar akhirat juga mendapat dunia, akan tetapi kita tidak pernah melihat org2 yg mengejar dunia akan mendapat akhirat bersama dengan dunia."

109). Imam Hassan Al Bashri: Engkau tidak akan memperoleh Hakikat Iman selama engkau mencela seseorang dengan sebuah aib yang ada pada dirimu sendiri. Perbaikilah aibmu, baru kemudian engkau perbaiki orang lain. Setiap kau perbaiki satu aibmu, maka akan nampak aib lain yang harus kau perbaiki. Akhirnya kau sibuk memperbaiki dirimu sendiri.  Dan sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah adalah dia yang sibuk memperbaiki dirinya sendiri. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, tidak ada hari seperti Hari Kiamat, hari di mana aib terbuka dan mata menangis.

110). Manfaatkan Usia. Al-Hasan al-Bashri mengatakan, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Hilyatul Awliya’, 2: 148). Al-Hasan al-Bashri juga pernah berkata, “Malam dan siang akan terus berlalu dengan cepat dan umur pun berkurang, ajal (kematian) pun semakin dekat.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 383).

111). “Orang-orang yang berilmu akan sentiasa berzikir di atas tafakur, bertafakur di atas zikir dan selalu berupaya menghidupkan hati. Apabila hati telah mempunyai pendengaran dan penglihatan, hati akan berbicara tentang ilmu dan mewariskan hikmah”. (Imam Hassan Al-Basri Rah).

112). Nilailah orang dengan amal perbuatannya jangan dengan ucapannya. Sesungguhnya semua ucapan itu pasti ada buktinya. Berupa amal yang membenarkan ucapan tersebut atau mendustakannya. Jika engkau mendengar ucapan yang bagus maka jangan tergesa-gesa menilai orang yang mengucapkannya sebagai orang yang bagus. Jika ternyata ucapannya itu sejalan dengan perbuatannya itulah sebaik-baik manusia. (Al-Imam Hasan Bashri Rah)

113). Menurut Imam Hasan Al Bashri: kerosakan hati manusia itu disebabkan oleh 6 perkara: 1) Sengaja berbuat dosa dengan harapan dosanya nanti diampuni Allah Taala. 2) Memiliki ilmu tetapi tidak diamalkannya. 3) Apabila beramal tidak ikhlas. 4) Memakan rezeki Allah, tetapi tidak pernah bersyukur. 5) Tidak redha dengan pemberian Allah. 6) Selalu mengubur orang mati, namun tidak mau mengambil pelajaran dari kematian tersebut.

114). Hasan Al Bashri: Orang yang tidak punya adab adalah orang tidak punya ilmu. Orang yang tidak kesabaran menanggung derita menjauhi kedurhakaan dan menanggung derita beratnya menunaikan kewajipan. Mereka ini ialah orang yang tidak beragama. Orang yang tidak punya sifat wara' adalah orang tidak punya kedudukan dekat di sisi Allah.

115). Hasan Al Bashri meriwayatkan bahawa  Rasulullah saw bersabda: “Bagi org yg bersolat itu ada 3 karamah. Iaitu bertaburan kebajikan mulai dari langit hingga ke atas kepalanya, Para Malaikat mengelilinginya mulai dari 2 kakinya hingga ke langit dan mrk menyeru: Jika seseorg hamba dan org yg bermunajat itu mengetahuinya nescaya dia tidak akan berpaling dpd solatnya. Maka inilah karamah yg dimuliakan oleh Allah terhadap org yg bersolat”. (Munyatul Musalli).

116). Seorang mukmin yang baik akan selalu mencela/menyesali dirinya sendiri. Dia akan berkata kepada dirinya: ''Apa yang aku inginkan dengan perkataanku? Apa yang aku inginkan dengan makananku? Apa yang aku inginkan dengan minumanku? Manakala orang yang tidak beriman atau kurang iman akan melakukan perbuatan apa sahaja yang diinginkannya tanpa mengira untung dan ruginya pada agama. Dia tidak akan pernah menyesal atas dosa-dosanya. (Al-Imam Hasan al-Basri Rah). 

117). Wahai golongan pemuda, hendaklah kamu mengutamakan akhirat. Oleh itu, kamu carilah akhirat. Kita melihat ramai orang yang mencari akhirat lalu dia mendapat akhirat bersama dunia, dan tidak pula kita melihat seorang pun yang mencari dunia lalu dia juga mendapat akhirat bersama dunia. (Al-Imam Hasan al-Basri Rah). 

118). Tafakkur. Sesungguhnya golongan yang berfikir mereka sentiasa mengulangi apa yang mereka ingati, sehinggalah qalbun mereka dapat berbicara dengan kata-kata hikmah. (Al-Hassan al-Basri Rah). 

119). PADA suatu hari, Hasan Al-Basri pergi mengunjungi Habib Ajmi, seorang Sufi besar lain. Pada waktu salatnya, Hasan mendengar Ajmi banyak melafalkan bacaan salatnya dengan keliru. Oleh karena itu, Hasan memutuskan untuk tidak salat berjamaah dengannya. Ia menganggap kurang baik bagi dirinya untuk salat bersama orang yang tak boleh mengucapkan bacaan salat dengan benar. Di malam harinya, Hasan Al-Basri bermimpi. Ia mendengar Tuhan berbicara kepadanya, “Hasan, jika kau berdiri di belakang Habib Ajmi dan menunaikan salatmu, kau akan memperoleh keredaan-Ku, dan salat kamu itu akan memberimu manafaat yang jauh lebih besar daripada seluruh salat dalam hidupmu. Kau mencuba mencari kesalahan dalam bacaan salatnya, tapi kau tak melihat kemurnian dan kesucian hatinya. Ketahuilah, Aku lebih menyukai 'hati yang tulus' daripada pengucapan tajwid yang sempurna.”

1 comment: