Yahya ibn Mu'adz meriwayatkan bahwa ia mengamati Bayazid Bistami dalam shalatnya sepanjang malam. Usai shalat, Bayazid berdiri dan berkata, "Ya Allah, sebagian hamba telah meminta dan mendapat kemampuan luar biasa, berjalan di atas air atau terbang di udara, tetapi aku tidak meminta itu; sebagian lainnya meminta dan mendapat limpahan harta, tetapi bukan itu pula yang kuminta."
Kemudian Bayazid berpaling dan ketika melihat Yahya, ia bertanya, "Engkaukah itu Yahya?"
"Ya."
"Sejak kapan?"
"Cukup lama." Kemudian Yahya memintanya agar mengungkapkan beberapa pengalaman ruhaniahnya.
"Akan kuungkapkan," jawab Bayazid, "Apa yang boleh diceritakan kepadamu. Yang Mahakuasa telah memperlihatkan kerajaan-Nya kepadaku, dari yang paling mulia hingga yang paling hina. Dia mengangkatku ke atas Arasy dan Kursi-Nya dan ketujuh langit. Kemudian Dia berkata, 'Mintalah kepada-Ku apa yang kau inginkan.' Aku menjawab, 'Ya Allah! Tak kuingini sesuatu pun selain Engkau.' Dia berkata, 'Sungguh, engkaulah hamba-Ku.'
Di kesempatan yang berbeda Bayazid berkata, "Jika Allah menawarimu keakraban dengan-Nya seperti keakraban Ibrahim kepada-Nya, kekuatan doa Musa, dan keruhanian Isa, mintalah agar wajahmu terus mengarah kepada-Nya. Cukuplah itu bagimu, karena Dia memiliki khazanah yang bahkan melampaui semua ini."
Suatu hari seorang sahabatnya berkata, "Selama tiga puluh tahun aku berpuasa di siang hari dan shalat di malam hari, tetapi sama sekali tak kudapati kebahagiaan ruhaniah yang sering kau sebut-sebut itu."
Bayazid menjawab' "Meski engkau berpuasa dan salat selama tiga ratus tahun, kau tetap tidak akan mendapatinya."
"Kenapa?"
"Karena perasaan mementingkan diri sendiri telah menjadi tirai antara dirimu dan Allah."
"Lalu, bagaimana menyembuhkannya?"
"Kau tidak mungkin bisa melaksanakannya."
Namun, sahabatnya itu bersikeras memohon hingga akhirnya Bayazid berkata, "Pergilah ke tukang cukur terdekat, cukurlah jenggotmu. Buka semua pakaianmu kecuali korset yang melingkari pinggangmu. Ambillah sekantong penuh buah kenari, gantungkan di lehermu, pergilah ke pasar dan berteriaklah, “Setiap orang yang memukul tengkukmu akan mendapat satu buah kenari”. Lalu dalam keadaan seperti itu, pergilah ke tempat para qadi dan fakih.”
"Wow?!" Kata temannya, "Aku tak bisa melakukannya. Adakah cara penyembuhan yang lain?"
"Yang kusebutkan tadi barulah langkah awal untuk menyembuhkan penyakitmu. Namun, seperti telah kukatakan, kau tak bisa disembuhkan”. Bayazid menunjukkan cara penyembuhan seperti itu karena sahabatnya itu sangat ambisius mengejar kedudukan dan kehormatan. Ambisi dan kesombongan adalah penyakit yang hanya bisa disembuhkan dengan cara-cara seperti itu. (Imam Al-Ghazali dalam Kimiya As-Sa’adah).
No comments:
Post a Comment