Saturday, March 26, 2016

MARI PERBAIKI SHALAT KITA

Syekh Ibnu.Atha'illah mengatakan: “Perumpamaan orang yang menunaikan shalat tanpa kehadiran hati (kalbu) adalah seperti orang yang menghadiahkan seratus kotak kosong kepada raja. Tentu orang itu pantas dihukum. Sedangkan orang yang shalat dengan kehadiran hati adalah seperti orang yang menghadiahkan permata senilai seribu dinar kepada raja.

Jika engkau masuk dalam shalat, sebenarnya engkau sedang bermunajat (berdoa) kepada Allah SWT dan berbicara kepada Rasulullah SAW. Sebab, engkau mengucapkan, "Assalamu 'alaika ayyuhan-nabiyu wa rahmatullah wa barakatuh (Salam sejahtera berikut rahmat dan berkah Allah semoga dicurahkan kepadamu).” Bagi orang Arab, ucapan "ayyuhal-rajul" (Wahai fulan) hanya ditujukan kepada orang yang hadir bersamanya. Sungguh berbeda orang yang shalat disertai kehadiran hati dari orang yang shalat dengan hati yang lalai. Allah tidak menerima doa orang yang hatinya lalai. Nabi SAW bersabda, "Allah tidak mengabulkan doa yang bersumber dari hati yang lalai dan lupa." (H.R. At-Tirmidzi). (Syekh Ibnu Atha'illah dalam Taj Al-Arus). 

2). KURANGI TIDUR DAN BERZIKIRLAH

Tidur memang misteri. Sebagaian sufi mampu menjadikan tidur sebagai zikir. Tapi, hatinya tetap terjaga dan sadar bahwa dia sedang bertawajjuh kepada Allah. Namun bagi Salik, memperbanyak tidur dan tidak berzikir justru hanya menimbulkan sifat malas, serta dapat melalaikannya dari amalan-amalan sunah di malam hari, seperti shalat dan zikir.

Maka dari itu, wajar saja jika Rasulullah menganjurkan kita untuk mendirikan shalat di malam hari, berzikir, bermunajat, tafakur dan mengerjakan amalan nawafil agar kita selalu terjaga dan mampu menumbuhkan sifat kemalaikatan dalam diri. Mereka yang kuat shalat dan zikir di malam hari adalah orang yang hatinya senantiasa terjaga dan mampu menahan kantuk agar dirinya selalu menghadap Allah.

Penjelasan dan nasihat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tentang mengurangi kebiasaan tidur dapat menjadi pelajaran berharga. Ini adalah riyadhah yang harus dijalani para salik. Syekh Abdul-Qadir Al-Jailani qaddasallahu sirrahu mengatakan: "Barangsiapa yang memilih tidur dan mengalahkan hal-hal yang dapat menyebabkan keterjagaan, sungguh dia telah memilih sesuatu yang paling kurang, paling rendah, pertemuan dengan kematian, serta melalaikan seluruh kemaslahatan.

Karena sesungguhnya, tidur adalah saudaranya kematian. Karena alasan inilah, sifat tidur itu tidak boleh melekat pada Zat Allah swt, karena di dalamnya terdapat semua sifat-sifat kekurangan.
Begitu juga para malaikat, karena kedekatan mereka kepada Allah swt, maka sifat tidur dinafikan dalam diri mereka. Begitu juga penghuni surga, karena mereka berada di tempat yang paling tinggi, paling suci, paling berharga, dan paling mulia, maka sifat tidur juga dinafikan dari dalam diri mereka semua.

Karena sifat tidur itu adalah sifat yang menunjukkan kekurangan di dalam keadaan mereka. Maka, kebaikan yang paling sempurna adalah di dalam keadaan sadar. Adapun keburukan yang sempurna itu terdapat dalam sifat tidur dan lalai. Maka, barangsiapa yang makan dengan menuruti hawa nafsu, dia akan banyak makan, banyak minum, banyak tidur dengan waktu yang sangat lama, dan dia akan menyesal dan akan kehilangan banyak kebaikan.

Barangsiapa yang makan sedikit dari barang haram itu seperti orang yang makan barang yang halal, tetapi banyak dengan menuruti hawa nafsunya. Karena sesungguhnya, barang yang haram itu akan menutupi keimanan dan membuatnya menjadi gelap, sebagaimana arak itu dapat menutupi akal dan membuatnya menjadi gelap.

Apabila keimanan sudah menjadi gelap, tidak akan ada lagi shalat, ibadah, dan keikhlasan yang baik. Barangsiapa makan barang halal dalam jumlah yang banyak karena adanya perintah, dia seperti orang yang makan barang halal dengan jumlah sedikit, dan kuat menunaikan ibadah.

Barang yang halal itu ibarat cahaya di dalam cahaya. Adapun barang yang haram itu ibarat kegelapan di dalam kegelapan. Tidak ada kebaikan di dalamnya. Makan makanan yang halal dengan menuruti hawa nafsu tanpa adanya perintah dan makan makanan yang haram itu dapat menyebabkan cepat tidur. Dengan demikian, tidak ada kebaikan di dalamnya.” (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Futuhul-Ghaib). 

3). NASEHAT SYEKH ABDUL QADIR UNTUK ANAK MUDA

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: "Wahai anak muda! Janganlah engkau bergaul dengan sesama manusia dalam keadaan buta, bodoh, lalai dan tidur! Pergaulilah mereka dengan kecerdasan yang tercerahkan oleh ilmu dan kesadaran. Jika engkau melihat sesuatu yang terpuji pada mereka, maka ikutilah! Tetapi jika engkau melihat sesuatu yang buruk bagimu, maka jauhilah dan cegah mereka dari hal tersebut. Wahai anak muda! Ridhalah kepada Allah apa pun yang ditakdirkan-Nya. Setelah itu berdirilah bersama-Nya. Karena segala sesuatu itu membutuhkan fondasi yang mampu menyangga bangunan. Senantiasalah dalam keadaan demikian di setiap waktu, siang dan malam.

Coba, pikirkan keadaanmu! Berpikir itu termasuk urusan hati. Apabila engkau melihat ada kebaikan padamu, maka bersyukurlah. Dan, jika engkau melihat ada keburukan padamu, maka bertobatlah kepada-Nya. Setelah engkau berpikir, hatimu akan hidup dan setanmu akan mati. Karena itu dikatakan, “Tafakur sesaat adalah lebih baik daripada shalat malam.” (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Al-Fath Ar-Rabbani wa Al-Faidh Ar-Rahman). 

No comments:

Post a Comment