Alkisah. Nabi Ibrahim a.s. memutuskan untuk meninggalkan istrinya (Siti Hajar) dan anaknya (Ismail a.s) yang masih bayi. Siti Hajar pun dengan lapang dada meneriman keputusan suami tercintanya.Bagi Siti Hajar, itu merupakan pengorbanan yang harus ditunaikan. Gurun yang tandus tak membuatnya takut.Terik mentari tak membuatnya gentar. Pengorbanan untuk Tuhan adalah segalanya. Meski hidup tanpa suami yang mendampingi begitu berat, namun menolak perintah Tuhan jauh lebih berat.
Siti Hajar dengan gigih bertahan hidup untuk merawat bayi Ismail yang sangat dicintainya. Perjuangan harus terus dikobarkan. Dia sendiri yang mencari makanan untuk bertahan hidup, sampai waktu yang sukar dijelaskan. Sebagai istri Nabi dan ibu dari Ismail, dia benar-benar telah siap mengambil risiko apa pun. Baginya, ada peran khusus yang harus dimainkan, sebagai hamba Allah, sebagai istri dan sebagai Ibu dari Ismail.Semuanya melibatkan cinta kepada Allah yang Mahaagung.Tanpa cinta kepada Allah, tak mungkin ia melepas kepergian Ibrahim begitu mudah. Justru karena besarnya cinta kepada Allah, Hajar berani menghadapi hidup dan memelihara amanah-Nya.
Hidup di alam yang begitu liar, bukan hal yang menakutkan bagi perempuan, sebab dia yakin ada Tuhan Yang Maha Berkuasa yang akan melindungi. Kepercayaan, kesetiaan dan kepatuhan pada suami semakin memperbesar rasa cinta-Nya kepada Allah. Siti Hajar tak takut harus makan apa anaknya besok, karena baginya sepanjang keyakinan pada Tuhan semakin tinggi,maka akan semakin tinggi gairah untuk bertahan hidup, mencari rezeki, mempertahankan diri,dan meneruskan visi hidup.
Ketiadaan suami bukanlah akhir dari segalanya. Meski Ibrahim pergi untuk waktu yang lama dan sukar ditebak kapan kembali, tapi Siti Hajar tak berhitung kesendirian dan kesengsaraan. Hidup harus diteruskan, apa pun caranya. Sepanjang kebergantungan pada Sang Maha Hidup masih ada, maka selama itu pula pertolongan-Nya selalu tetap ada, kapan pun dan dimana pun.
Bahkan, Siti Hajar tak meminta Ibrahim untuk berjanji kapan akan kembali, namun dia langsung meminta Tuhan sebagai tempat kembali dan yang Maha Mengembalikan. Perjuangan dan kegigihan Siti Hajar, yang berlari-lari kecil dari Sofwa ke Marwa untuk mencari seteguk air, hanyalah 1 dari sekian banyak perjuangan yang bisa diperingati hingga hari ini. Rekam jejak Siti Hajar yang diabadikan dalam ritual Sa'i pada ibadah haji hanya simbol dari deret pengorbanan-pengorbanan seorang ibu yang mengajarkan makna kesetiaan, cinta dan harapan hanya kepada Allah.
Masih banyak pahit-getir hidup seorang single parent seperti Siti Hajar yang tak terungkap dalam buku sejarah. Padahal, fakta-fakta penderitaan,kesedihan dan kesengsaraan kaum wanita yang ditinggalkan suami, dalam berbagai bentuknya, sering kita saksikan. Semoga kita bisa meneladani pesan pengorbanan Siti Hajar. Cukuplah menjadikan Tuhan sebagai penolong, tempat bergantung dan harapan satu-satunya bagi seorang hamba. Dan, anggaplah segala sesuatu selain Tuhan adalah kecil. Semua kecil, ringan dan sangat ringan. Maka, berkorbanlah dengan pengorbanan besar kepada Allah, dan semua selain Tuhan akan tampak sangat kecil dan tak berarti!
No comments:
Post a Comment