Ibn Mas‘ud r.a. menuturkan Rasulullah saw. bertanya, “Siapakah di antara kalian yang lebih mencintai harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri?” Para sahabat menjawab,”Wahai Rasulullah, setiap orang di antara kami pasti lebih mencintai hartanya sendiri daripada harta ahli warisnya”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya hartanya adalah apa-apa yang ada di depan dan harta ahli warisnya adalah apa-apa yang ada di belakang.” (HR al-Bukhari).
Kedermawanan itu ada empat macam, yaitu: kedermawanan jiwa, kedermawanan ruh, kedermawanan hati, dan kedermawanan harta. Kedermawanan jiwa bagi para hamba adalah kerelaan mereka untuk mengorbankan jiwa, demi meraih petunjuk Allah.
Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami.”(QS Al-Ankabut [29]:69)
Kedermawanan ruh bagi para pejuang adalah rela mengorbankan nyawa demi meraih kehidupan yang kekal. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt., “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.”(QS Ali Imran [3]:169)
Kedermawanan orang-orang arif adalah kesediaan untuk mengorbankan hati demi mencapai makrifat. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt., “(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Q.S. al-Syu‘ara’ [26]: 88-89)
Kedermawanan hati bagi para zahid adalah kesedian untuk mengorbankan kehidupan dunia dan memilih kehidupan akhirat. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt., “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di (muka) bumi.”(QS Al-Qashash [28]: 83)
Abu al-‘Abbas (semoga Allah merahmatinya) berkata, telah sampai kepadaku bahwa Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Ibrahim a.s; “Apakah kamu tahu, kenapa saya menjadikanmu sebagai kekasih.” “Tidak, wahai Tuhanku,” jawab Ibrahim. Allah berfirman, “Karena Aku telah membuka rahasiamu, sehingga memberi lebih kamu cintai dari pada menerima.”
Dzun Nun al-Mishri berpesan, “Orang yang melecehkan peminta-minta, bukanlah orang mulia; orang yang memberikan dengan perantara-perantara, bukanlah orang mulia; orang yang meminta agar kamu memenuhi kebutuhannya, bukanlah orang mulia”. (Syaikh Al-Anqary dalam Munyatul Wa’izhin).
No comments:
Post a Comment