Syekh Abdul Qador Al-Jailani mengatakan: “Betapa banyak Mukmin yang mengatakan, ‘Si Fulan didekatkan, aku dijauhkan. Si Fulan diberi, sedangkan aku tidak. Si Fulan diberi pujian, sedangkan aku dicela. Si Fulan dibenarkan, sedangkan aku didustakan”. Tidakkah engkau mengetahui sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu. Sesungguhnya Zat yang Satu itu mutlak bersifat Tunggal dan Esa dalam satu mahabbah-Nya, serta mencintai keesaan dalam Mencintai (mahabbah).
Apabila engkau diberi kedekatan melalui jalan orang lain, akan berkuranglah kecintaanmu kepada-Nya, dan engkau akan terpecah hatinya. Kadang-kadang dalam dirimu terdapat kecenderungan terhadap seseorang yang dalam genggamannya terdapat hubungan dan nikmat. Maka, akan semakin berkuranglah rasa cintamu kepada Allah Subhanahu wa Taala.
Dan, Allah adalah Zat Yang Maha Pencemburu. Dia tak mau diduakan (disekutui). Maka, Allah akan mencegah dan menghalangi setiap orang selainmu untuk mempunyai hubungan denganmu, mencegah lisanmu, menghalangi kakinya untuk berjalan menuju kepadamu supaya engkau tidak sibuk dengannya. Tidakkah engkau mendengar sabda Rasulullah SAW, “Hati akan ditarik pada kecintaan orang yang berbuat baik kepadanya.” (HR Abu Naim)
Allah SWT juga pernah berfirman, “Dia akan mencegah setiap makhluk untuk berbuat baik kepadamu dalam semua sisi dan sebab, sampai akhirnya engkau hanya mencintai dan mengesakan-Nya. Dan, engkau menjadi milik-Nya dari semua arah, baik lahirmu maupun batinmu, dan dalam gerakmu atau dalam diammu.
Maka, janganlah melihat kebaikan selain dalam Zat-Nya, dan melihat keburukan pada selain-Nya. Engkau harus fana dari semua makhluk, semua jiwa, maupun hawa nafsumu sendiri. Begitu juga dari semua keinginan, cita-cita dan semuanya selain Zat Yang Maha Menciptakan dan menjadi Tujuan Penyembahan kita. Lalu, Dia akan membuka dan memberikan semua tangan kepadamu, menyerahkan pemberian kepadamu dan memasrahkan semuanya kepadamu.Dia akan menganugerahkan lisan-lisan yang selalu memujimu. Dia akan memberikan karunia kepadamu selamanya. Baik di dunia maupun di akhirat. Maka, janganlah berprilaku buruk!” (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Futuhul-Ghaib).
No comments:
Post a Comment