Monday, March 21, 2016

MENGENAL GETARAN KALBU

Dalam kitab Sirrul Asrar, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan bahwa getaran atau tarikan ruhani yang biasa dialami oleh seorang salik dalam proses batin dalam kehidupannya. Mungkin, selama ini kita tidak memahami secara pasti ketika tiba-tiba kita menangis saat mendengar suara kicau burung yang mempesona. Atau, tiba-tiba merasa ingat dosa dan kematiaan ketika mendengar suara orang bershalawat nabi. Hati kita bergetar dan langsung mengingat Allah karena dorongan bawah sadar tersebut.

Allah SWT berfirman, “Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah.” (QS. Az-Zumar [39]: 23). Allah SWT juga berfirman, “Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima Agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya sama dengan orang yang membatu hatinya. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah.” (QS. Az-Zumar [39]: 22)

Sabda Nabi SAW, “Satu tarikan dari tarikan-tarikan Allah Al-Haq sebanding dengan ibadah seluruh jin dan manusia.” Nabi SAW juga bersabda, “Orang yang tidak punya rasa kasih sayang berarti hatinya tidak hidup”. Sedangankan Al-Junaid RA berkata, “Bila Allah menanamkan rasa kasih sayang di dalam batin manusia, maka akan muncul perasaan bahagia dan sedih.”

Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, getaran kalbu itu ada dua macam yaitu getaran hati jasmani dan getaran hati ruhani. Getaran hati jasmani adalah getaran hati yang didorong oleh hawa nafsu yang muncul dari kekuatan jasad, bukan dari tarikan kuat Ruhani. Contohnya, seperti riya’ (ingin diketahui orang) dan sum’ah (ingin dibesar-besarkan orang atau ingin terkenal). Ini semua hal yang batil karena keberadaannya masih berkisar pada diri. Getaran hati seperti ini tidak boleh diikuti.

Adapun getaran kalbu ruhani terjadi ketika kekuatan ruh bertambah karena tarikan (jadzbah) dari Allah SWT. Ini seperti bacaan Al-Quran dengan suara yang bagus atau puisi yang memiliki rima bagus atau berzikir yang tembus sehingga jasad tidak mampu lagi bertahan dan tumbang. Gambaran seperti ini merupakan limpahan rahmat Allah SWT dan baik untuk diikuti. Sebagaimana firman Allah SWT, “Maka sampaikanlah berita gembira kepada hamba-hambaku yang mendengar kata-kata (nasihat) lalu mengikuti yang baiknya.” (QS. Az-Zumar [39]: 17-18)

Begitu pula, getaran kalbu ruhani ini muncul ketika mendengarkan suara-suara orang yang menumpahkan kerinduannya pada Ilahi. Juga suara burung-burung dan irama lagu-lagu. Semua itu merupakan kekuatan ruh. Bila didorong oleh kekuatan getaran kalbu ruhani, maka tidak akan dimasuki oleh nafsu dan setan karena setan hanya dapat mengganggu pada kegelapan nafsu. Bukan pada cahaya ruhaniah. Bahkan, setan bisa terkulai, seperti terkulainya dia dengan kalimat Hauqalah (la haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil azim [tiada daya dan upaya kecuali oleh Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung]). Bisa diumpamakan dengan leburnya garam yang dimasukkan pada air, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadis.

Pada bacaan ayat-ayat Al-Quran, puisi-puisi bijak, cinta dan rindu dan keluh pilu, terdapat kekuatan yang mampu menerangi jiwa. Sedangkan, cahaya harus bertemu dengan cahaya lagi yakni ruh. Sebagaimana firman Allah SWT,“Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik.” (QS. An-Nûr [24]: 26) (Disarikan dari Kitab Sirrul Asrar karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani).

No comments:

Post a Comment