Saturday, March 5, 2016

SABAR DAN SYUKUR SEBAGAI JALAN TAWAKAL

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Wahai anakku, hendaklah engkau mempelajaru ilmu dan bersikap ikhlas sehingga engkau bersih dari perangkap dan tali kemunafikan. Carilah ilmu karena Allah Azza wa Jalla, bukan karena makhluk atau karena dunia. Dan, ciri pencari ilmu karena Allah adalah, engkau merasa takut kepada Allah ketika datang perintah dan larangan-Nya. Engkau merasa takut dan hina di hadapan-Nya. Lalu, bersikap rendah hati terhadap makhluk tanpa membutuhkannya. Tidak berambisi terhadap apa yang mereka miliki.

Dan, bersahabatlah di jalan Allah, dan bermusuhanlah di jalan Allah. Sebab, persahabatan bukan di jalan Allah adalah permusuhan. Keteguhan selain di jalan Allah adalah kehancuran. Serta, pemberian bukan di jalan-Nya akan terhalang. Rasulullah SAW bersabda, “Iman itu terdiri dari 2 bagian; satu bagian sabar dan satu bagian syukur.”

Jika engkau tidak bersabar atas siksaan dan tidak mensyukuri nikmat, berarti engkau bukan termasuk orang yang beriman. Di antara hakikat Islam adalah mau berserah diri kepada Allah.  Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menyediakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka,” (QS 65; 2-3) Karena itu, berdoalah! “Ya Allah, hidupkanlah hati kami dengan tawakal kepada-Mu, dengan ketaatan kepada-Mu, dengan mengingat-Mu, dengan menyesuaikan diri kepada-Mu dan dengan kekuatan tauhid kepada-Mu.” (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Fath Ar-Rabbani)

DOA UNTUK MENGUATKAN & MENYUCIKAN JIWA

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًا وَارْزُقْنَا إِتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ (ذكره ابن كثير)

“Ya Allah, tunjukilah kami bahwa yang benar adalah benar dan berilah kami kemampuan untuk mengikutinya. Dan tunjukkan kepada kami bahwa yang batil itu adalah batil dan berikanlah kami kemampuan untuk menjauhinya.” (doa ini dikutip Ibnu Katsir)

Mari berusaha untuk menyucikan batin kita agar terbebas dari hawa nafsu yang selalu mengotori dan menutupi pintu-pintu ruhani kita. Mari mengenali lebih dekat dan dekat lagi, siapa sesungguhnya diri kita agar kita mampu mengenali Tuhan kita.

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ وَخَالَفَهَا فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ وَتَابَعَهُ (قال السيوطي في الحاوي)

“Barangsiapa yang mengenal nafsunya dan melawannya, berarti dia mengenal Tuhannya dan mengikuti-Nya.” (diungkapkan As-Suyuthi dalam kitab Al-Hawi).

No comments:

Post a Comment