Tuesday, April 19, 2016

SYARAT MUJTAHID

Berkata Imam Al-Syafii, sebagaimana disebutkan  oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam kitab Al-Faqih wa Al-Mutafaqqih [1/59]:

لَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ أَنْ يُفْتِيَ فِي دِينِ اللَّهِ إلَّا رَجُلًا عَارِفًا بِكِتَابِ اللَّهِ بِنَاسِخِهِ وَمَنْسُوخِهِ ، وَمُحْكَمِهِ وَمُتَشَابِهِهِ ، وَتَأْوِيلِهِ وَتَنْزِيلِهِ ، وَمَكِّيِّهِ وَمَدَنِيِّهِ ، وَمَا أُرِيدَ بِهِ ، وَيَكُونُ بَعْدَ ذَلِكَ بَصِيرًا بِحَدِيثِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَبِالنَّاسِخِ وَالْمَنْسُوخِ ، وَيَعْرِفُ مِنْ الْحَدِيثِ مِثْلَ مَا عَرَفَ مِنْ الْقُرْآنِ ، وَيَكُونُ بَصِيرًا بِاللُّغَةِ ، بَصِيرًا بِالشِّعْرِ وَمَا يَحْتَاجُ إلَيْهِ لِلسُّنَّةِ وَالْقُرْآنِ ، وَيَسْتَعْمِلُ هَذَا مَعَ الْإِنْصَافِ ، وَيَكُونُ بَعْدَ هَذَا مُشْرِفًا عَلَى اخْتِلَافِ أَهْلِ الْأَمْصَارِ ، وَتَكُونُ لَهُ قَرِيحَةٌ بَعْدَ هَذَا ، فَإِذَا كَانَ هَكَذَا فَلَهُ أَنْ يَتَكَلَّمَ وَيُفْتِيَ فِي الْحَلَالِ وَالْحَرَامِ ، وَإِذَا لَمْ يَكُنْ هَكَذَا فَلَيْسَ لَهُ أَنْ يُفْتِيَ .

“Tidak halal bagi seseorang berfatwa di dalam agama Allah kecuali seseorang yang mengusai Kitab Allah; nasikh dan mansukhnya, muhkam dan mutasyabihnya, takwilnya dan tanzilnya, makki dan madaninya, dan apa yang dimaksudkan dengannya. Setelah itu, ia juga wajib menguasai hadis Rasulullah Saw, [hadis] nasikh dan mansukhnya, dan ia menguasai hadis sepertimana ia menguasai Al-Qurán. 

Ia juga mesti menguasai ilmu bahasa, menguasai syair-syair Arab yang diperlukan dalam [memahami Al-qurán dan sunnah], dan menggunakan ilmu ini dengan penuh keinsafan. Setelah itu, ia juga mesti mengetahui ikhtilaf para ulama dari berbagai negeri, ia juga harus memiliki tajam pemikiran. Apabila orang itu seperti ini, maka dipersilakan untuk berbicara dan berfatwa di dalam perkara halal dan haram. Jika tidak seperti itu, maka tidak boleh baginya berfatwa.”

Catatan: Amat banyak penguasaan ilmu yang wajib dikuasai oleh seorang pemberi fatwa. Tanpa semua ilmu tersebut, kita mungkin boleh mendapat markah tinggi dalam mata pelajaran fiqh, bahkan meraih Doktor Falsafah dari Universiti Timur dan Barat, namun ia bukan jaminan bahawa kita sudah  menjadi seorang faqih yang boleh berfatwa apatah lagi meraih gelaran mujtahid tentu lebih jauh lagi. Kesimpulannya: Lebih selamat kita menjadi NAQIL dari menjadi MUFTI. “biar mengerti, baru hidup lebih bererti” (Mohd Hazri al-Bindany).

2). ANTARA TANDA TAKABBUR

Maka adalah tidak patut bagi seseorang pelajar untuk bersikap takabbur dengan guru. Di antara tanda2 ketakburannya dengan guru ialah keengganannya utk mengambil ilmu kecuali drp guru yg terkenal dan mempunyai nama besar. Sedang inilah dia kebodohan sebenar.  Sesungguhnya ilmu itu sebab keselamatannya nya di dunia dan kebahagiaannya di akhirat. 
Seseorang yang sedang mencari jalan menyelamatkan diri daripada binatang buas tidak akan memilih untuk ditunjukkan jalan selamatnya oleh orang terkenal atau pun orang biasa. (Al Imam Al Ghazali: Ihya Ulumuddin). 

3). MUTIARA HIKMAH UNTUK HIDUPMU

Syekh Ibnu Atha'illah mengatakan, "Engkau hendaknya berpikir untuk melakukan amal sebaik mungkin, bukan sebanyak mungkin. Banyak amal jika tidak dilakukan dengan baik adalah seperti pakaian yang banyak jumlahnya, tetapi harganya murah harganya. Sedangkan sedikit amal tetapi berkualitas (dikerjakan dengan baik) adalah seperti sedikit pakaian tetapi mahal harganya. 

Amal yang berkualitas (dikerjakan dengan baik) adalah seperti sebuah intan berlian, kecil bentuknya tetapi mahal harganya. Orang yang menjadikan hatinya selalu ingat kepada Allah swt dan berjuang untuk melindungi hatinya dari pengaruh hawa nafsu, maka itu lebih utama daripada banyak melakukan shalat dan puasa sunah (tetapi hatinya dikuasai hawa nafsu). 

Orang yang melakukan shalat dengan hati lalai adalah seperti seseorang yang menghadiahkan seratus peti kosong kepada seorang raja, tentunya sang raja akan marah dan selalu mengingat perbuatan buruknya ini. Sedangkan orang yang shalat dengan hati yang hadir ( khusyuk ), adalah seperti seorang yang menghadiahkan sebutir intan berlian seratus dinar kepada seorang raja, sang raja pun akan mengingat dan memujinya selalu."

No comments:

Post a Comment