Thursday, March 24, 2016

TANGIS DAN AIRMATA PENYESALAN

Jika hanya bisa menangis, maka menangislah! Ungkapkanlah penyesalanmu kepada Allah dengan kesungguhan hati! Jika benar engkau merasa takut akan siksa-Nya mengapa kau tahan derai airmatamu? Tsauban meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Berbahagialah siapa pun yang dapat menguasai lisannya, yang rumahnya terasa luas baginya, dan dapat menangis atas kesalahan yang diperbuatnya.” (HR. Tabrani). Tak perlu merasa hebat dan kuat. Tak perlu sombong dan merasa amal ibadah kita lebih banyak daripada dosa dan kesalahan kita. Bermuhasabahlah dan jujurlah pada diri sendiri.

Sungguh, menangis karena takut kepada Allah adalah sifat dari hamba-hamba Allah yang bertakwa dari para Nabi dan orang-orang shalih dari generasi ke generasi. Mereka tak sedang mengajarkan sifat cengeng. Ibnu Umar berkata, “Demi Allah, tangisanku dan tetesan air mata di kedua pipiku ini lebih aku sukai daripada aku bersedekah seribu dinar”. Ka’ab Al-Ahbar berkata, “Tangisanku karena takut kepada Allah lebih aku cintai daripada aku bersedekah dengan emas seberat tubuhku.”

Bagi mereka yang kadar kedekatan dengan Allah dan rasul-Nya begitu dekat akan memiliki hati yang sangat lembut, memiliki empati yang tinggi, hatinya bersih dari nafsu duniawi, getar jiwa dan raganya selalu tertuju kepada Allah dan selalu mengharap perjumpaan dengan-Nya disertai kesuciaan jiwa dan raganya sehingga sekecil apa pun kesalahannya menghajatkan pertobatan dan ampunan-Nya. Ketika Muhammad bin Munkadir menangis, dia mengusapkan wajah dan janggutnya dengan air matanya, lalu berkata, “Aku mendengar bahwa api neraka tidak akan membakar tempat yang terbasuh oleh air mata.”

Wahb Al-Munabbih juga pernah berkata, “Sesungguhnya balasan bagi orang-orang yang menangis karena Allah dan orang-orang yang bersabar akan diberikan tanpa perhitungan”. Orang-orang shaleh memiliki waktu khusus untuk mengadu kepada Allah, menjalin hubungan yang dekat dengan-Nya, serta segera lari kepada-Nya untuk meminta ampunan. Mereka tak mengenal tempat atau sesuatu pun untuk bergantung, mengadu dan mengharap kepada selain Allah. Bagi mereka hanya Allah...Allah...dan Allah.

Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Tujuh macam orang yang akan dinaungi Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungannya.” Kemudian disebutkan salah satunya adalah, “… dan seorang yang mengingat Allah dalam kesendiriannya, lalu kedua matanya berlinangan air mata.” (HR. Bukhari dan Muslim). Tak ada naungan lain selain naungan-Nya. Tak ada jalan lain selain jalan-Nya. Dalam keramaian ataupun sendirian, di hatinya hanya ada Allah. Dialah satu-satunya harapan bagi kita. Hanya Allah yang dapat menyelamatkan dari siksa-Nya. Hanya Allah yang dapat membebaskan kita dari rasa takut di dunia dan akhirat.

Abu Hurairah juga meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah, sehingga air susu kembali ke dalam kantong susunya. Dan debu (jihad) di jalan Allah tidak dapat berkumpul dengan asap jahanam.” (HR. Tirmidzi an An-Nasa’i). Ibnu Abbas menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Ada dua macam mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka, mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga dalam peperangan di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi)

Tentu saja bukan airmata buaya yang dimaksud pada hadis tersebut, tetapi benar-benar merupakan airmata penyesalan. Airmata pertobatan secara sungguh-sungguh dari hati yang dalam. Sebuah airmata pengaduan dan kerinduan dalam dialog batin antara seorang hamba dengan Rabbnya. Airmata yang kelak akan memberi kedamaian hidup di dunia dan akhirat. Uqbah bin Amir berkata, “Ya Rasulullah, apakah kedamaian itu?”  Rasulullah menjawab, “Tahanlah lisanmu, jadikan rumahmu nyaman (untuk beribadah) dan menangislah atas kesalahanmu.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

No comments:

Post a Comment