Wednesday, March 23, 2016

BERTEMU WALI, INGAT ALLAH

Salik pergi menemui Matin di Sor Baujan, tempat berteduh bagi mereka yang merindukan ilmu hikmah. Matin tampak sedang duduk dan berzikir dengan khusyuk. 
“Assalamualaikum,” seru Salik.
“Wa’alaikum salam warahmatullahiwabarakatuh,” jawab Matin menghentikan zikirnya. 
“Syekh, tadi saya bertemu dengan orang yang aneh.”
“Aneh?! Kenapa?”
“Ketika saya sedang berjalan kaki menuju jalan raya, dari arah Mall, tiba-tiba saya dikejutkan dengan sosok orang yang berwajah aneh.”
“Aneh bagaimana?”

“Mukanya kusam, berkulit agak hitam, tapi sorot matanya tajam. Pakaiannya kumal dan kotor tak terawat. Dia begitu aneh,” ungkap Salik serius.
“Hmmm. Apa yang membuatmu heran? Bukankah pengemis dan anak jalanan sudah jadi pemandangan biasa di Jakarta,” jawab Matin.
“Bukan itu maksudku.”
“Lalu, apa?”

“Wajah dan sorot matanya seolah-olah menusuk hati. Saya jadi ingat Allah. Saya merasa terpana, tak tahu sebab. Saat itu pula saya ingat Allah, langsung berzikir, merinding, ada getar dan gejolak jiwa yang membuncah. Tapi, saya bingung menjelaskannya. Bukan karena wajahnya yang aneh dan pakaiannya yang lusuh. Tapi...” jawab Salik bingung.

“Tapi apa?” tanya Matin lagi.
“Apakah dia wali? Apakah dia sengaja diutus Allah untuk mengingatkan aku pada-Nya? Mengapa sorot matanya begitu tajam ke arahku?”
“Hmmmm.” 
“Menurutmu, siapa orang ini?”
“Apa kamu mendekat dan bertanya?’
“Tidak...Saya berpaling, lalu berlalu begitu saja. Dan, menyesal tidak mendekatinya.”
“Hmmmm.”

“Apakah dia wali? Mengapa saya secara tidak sengaja bertemu dengan orang seperti dia?”
“Semuanya tidak ada yang tidak sengaja bagi Allah. Boleh jadi wali. Boleh jadi bukan. Dan, yang jelas ini adalah tarikan ruhani. Abdullah bin Mas`ûd pernah meriwayatkan, “Sesungguhnya di antara manusia ada kunci-kunci dzikrullah; apabila mereka dilihat orang maka orang (yang melihat) itu langsung berzikir kepada Allah.” (HR Ath-Thabrani)"

“Ohhhhh...Ada hadisnya? Apa maksud kunci zikir?” “Maksud “kunci-kunci dzikrullah” disini adalah wali-wali Allah seperti hadis dalam riwayat Ibn Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah wali-wali Allah itu?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang apabila mereka dilihat orang, maka orang (yang melihat) itu serta merta berzikir kepada Allah karena melihat mereka.” “Allah..Allah...Allah... Lalu?”tanyanya lagi.

“Allah sangat sayang kepadamu, sahabatku.Allah memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. "Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka ia benar-benar memperoleh petunjuk; dan Siapa yang disesatkan, maka ia tidak akan pernah menemukan seorang wali mursyid.” (QS. Al-Kahfi [18]: 17)."

“Mengapa diri yang hina ini mendapat pesan seperti itu?” tanya Salik penasaran. “Ya... Ini tarikan ruhani. Jadzbah. Tarikan ruhani bisa karena mendengar musik yang merdu, suara kicau burung, bacaan Al-Quran, selawat Nabi dan sebagainya. Atau bertemu wali, hingga kau sadar untuk kembali ke pangkal jalan. Lalu, kau selalu berzikir. Berarti hatimu hidup, mudah menerima pesan Ilahi.” “Subhanallah. Lalu, apa yang harus aku lakukan? Mengapa aku mendapat pesan seperti ini?” tanya Salik penasaran.

“Agar tarikan ruhani ini bermanfaat dan mempunyai makna bagi hidupmu, mulailah bermuhasabah dan merenung. Mungkin juga kita disuruh berpikir untuk merasa iba dengan orang yang malang, sedih, miskin ataupun dililit utang. Kita mungkin dianjurkan untuk membantu, bersedekah, berinfak dan sebagainya. Sebab, pesan ini bukanlah ketikdaksengajaan. Pasti punya maksud untuk kita,” ungkap Matin. “Hmmm. Tapi, apakah ini bukan bertanda buruk? Bukan tanda-tanda saya akan seperti itu? tanya Salik lagi.

“Saya tidak tahu. Perbanyak saja istighfar. Namun, Anas bin Malik r.a. pernah meriwayatkan: “Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi kunci kebaikan dan penutup pintu keburukan. Namun ada juga yang menjadi kunci keburukan dan penutup pintu kebaikan. Maka, beruntunglah bagi orang-orang yang Allah jadikan sebagai kunci kebaikan melalui kedua tangannya. Dan, celakalah bagi orang-orang yang Allah jadikan sebagai kunci keburukan melalui kedua tangannya”. [HR Ibnu Majah) Jadi, renungkanlah. Apakah dirimu itu sebagai kunci kebaikan atau kunci keburukan?”

“Astaghfirullah...Mungkinkah dia wali?” tanya Salik lagi.
“Mungkin wali dan mungkin pula bukan,” jawab Matin.
“Kalau dia wali bagaimana?”
“Kalau dia wali, mestinya kejar dia, cium tangan, minta nasihat, dan minta doa! Hahahaha.” 
“Kalau dia bukan wali?”

“Kalau dia bukan wali, mengapa dia membuatmu mengingat Allah sampai seperti itu?! hahahaha.”
“Waduh...Jawabanmu membuat saya bingung!”
“Jika dia wali, jangan dimusuhi, dekati dan jadikan guru! Sebab, doanya pasti dikabulkan. Jangan terjebak hanya pada peristiwa langka seperti itu. Gambaran tentang wali jangan dibuat terlalu mistis, terlalu melangit, dan sukar ditemui,” ungkap Matin. “Maksudnya?”

“Orang shaleh, yang bertakwa dan berilmu tinggi serta mengabdi kepada umat, yang berada di sekitar kita, yang masih hidup, mudah ditemui, mereka juga wali dalam pengertian yang lebih luas. Kita mengenali melalui ilmu, amal dan akhlaknya.” “Lalu, apa ciri-ciri wali?” tanya Salik penasaran.

“Menurut berbagai riwayat yang sahih, wali-wali Allah adalah hamba-hamba Allah yang memiliki karakteristik utama, yakni “tidak pernah lepas dari berzikir kepada Allah” sebagaimana halnya Rasulullah SAW yang oleh ‘Aisyah disebut “selalu berzikir kepada Allah dalam setiap detik yang beliau miliki” (kana yadzkurullaha fi kulli ahyanihi) (HR Abi Ya’la’) 

Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah wali-wali Allah itu? Beliau menjawab: “Orang-orang yang apabila mereka dilihat orang, maka orang (yang melihat) itu berzikir kepada Allah, karena melihat mereka” (HR Ibn Abi Syaibah dan Al-Al-Bazza)

Imam At-Tirmidzi juga meriwayatkan: "Nabi Musa a.s. pernah bertanya kepada Tuhannya, “Tuhan, siapakah wali-wali-Mu?” Tuhan menjawab:“Orang-orang yang apabila mereka berzikir engkau pun berzikir dan apabila engkau berzikir mereka pun berzikir” (HR At-Tirmidzi) 

Imam al-Suyuthi mengutip sebuah riwayat yang menceritakan bahwa kaum Hawariyyun bertanya kepada Nabi Isa as, “Siapa wali-wali Allah yang tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak pula bersedih?” Nabi Isa menjawab: “Orang-orang yang memandang hakikat dunia sementara manusia memandang permukaannya, dan orang-orang yang memandang dunia yang abadi (akhirat) sementara manusia memandang dunia yang fana” (Tafsir al-Durr al-Mantsur)"
"Maksudmu, boleh jadi, orangtua, guru ngaji, ustaz, kiyai yang shaleh, bisa dikatakan wali?" "Ya...Mengapa tidak. Kalau memang itu rahasia Allah, mengapa Anda tidak berhusnudzon. Berprasangka baik. Mengapa Anda harus mencari gambaran wali yang bisa terbang, bisa berjalan di atas air dan berprilaku aneh? Hahaha” "Ohhhh. begitu."

"Mengapa meributkan definisi, tapi melupakan inti pesan ajaran Ilahi. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat orang-orang yang bukan nabi dan bukan pula syuhada, tetapi pada hari kiamat para Nabi dan syuhada’ menginginkan seperti mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa mereka dan apa amal-amal mereka? Boleh jadi kami akan mencintai mereka.” Rasulullah bersabda , “Mereka adalah kaum yang saling mencintai dengan ruh Allah tidak atas dasar hubungan darah antara mereka dan tidak pula atas dasar harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, wajah mereka adalah nur (Allah) dan mereka berada di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari nur; mereka tidak takut ketika orang lain takut”. Kemudian Rasulullah membacakan ayat “Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak pula bersedih (Q.S. Yunus, 10:62).” (HR Ibn Hibban, dan Al-Baihaqi)

Apakah ada petunjuk yang aneh-aneh dari gambaran wali di atas? Apakah ada cerita yang sukar dimengerti? Mereka adalah orang yang kokoh imannya, bagus akhlaknya, selalu memikirkan umat, membantu fakir miskin, teguh pendiriannya, memperjuangkan ajaran Allah, mengajarkan cinta kasih kepada sesama manusia, cinta damai dan persaudaraan, dan sebagainya. Pasti beragam profesi, berasal dari suku manapun, laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Silakan cari di sekelilingmu! “Terima kasih…”

No comments:

Post a Comment