Dalam sebuah perjalanan antara Surabaya dan Jakarta, saya mendapat nasehat langsung dari Syekh Dr. Muhammad Fadhil, cucu Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan Syekh Rohimuddin Nawawi Al-Bantani tentang menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai dasar tasawuf.
Para sufi besar di zaman dahulu, seperti Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Imam Al-Ghazali, Syekh Ibnu Arabi, Syekh Ibnu Atha'illah, Syekh Abdul Karim Al-Jili dan lainnya adalah ahli tafsir dan ahli hadis yang sangat arif dan alim. Karena itu, untaian hikmah tasawuf adalah tafsir dan takwil atas kedua nash tersebut. Mereka mumpuni dalam Ulumul Qur'an dan Ulumul Hadis.
Di samping mengabdikan diri kepada ilmu dan agama, mereka juga berkontribusi bagi sosial, ekonomi, dan bahkan politik umat. Sebagai contoh, salah satu kontribusi Syekh Abdul Qadir Al-Jailani adalah aktivitas keagamaannya di sebuah Madrasah yang sangat besar di Baghdad. Bayangkan, beliau tidak hanya mengajar dan memberi ceramaah di depan puluhan ribu jamaah. Beliau juga memberi makan ribuan fakir miskin, yatim-piatu dan musafir, baik Muslim atau non-Muslim di madrasah tersebut setiap hari. Sungguh luar biasa, bukan?
Salah satu kalimat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang masih terngingang-ngiang di telinga saya, seperti yang diceritakan keturunan ke-25-nya, Syekh Dr. Muhammad Fadhil adalah: "Aku sudah meneliti tentang seluruh amal.shaleh. Dan, tidak ada yang lebih mulia daripada memberi makan untuk orang lain.” Sungguh ini adalah nasehat luar biasa. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani telah memberi teladan mengagumkan kepada umat di akhir zaman ini. Ceramah-ceramah beliau di Madrasah tersebut terekam dalam tulisan muridnya di kitab Fathu Rabbani wa al-Faidh ar-Rahmani.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: ”Wahai saudaraku, jika engkau berada dalam kejayaan, maka manfaatkanlah kejayaanmu itu untuk bekal amal taat kepada-Nya. Gunakanlah kejayaan itu untuk mencari jalan menuju kepada jalan-Nya. Wahai saudaraku, ingatlah bahwa harta yang engkau miliki itu dapat membakar dan menghanguskan kulitmu di akhirat nanti. Maka belanjakanlah hartamu sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan sunah Rasulmu. Agar engkau menjadi sejahtera, dunia dan akhirat.
Wahai saudaraku, cepat-cepatlah engkau menuju kepada Allah. Berlarilah kepada Allah. Gunakanlah harta yang ada di tanganmu untuk alat menuju kepada-Nya, untuk menegakkan syariat-Nya, untuk taat kepada-Nya dan untuk mencari ridha-Nya. Seorang mukmin itu harus tahu bahwa Al-Qur’an adalah roh hidayah yang ada di alam ini, oleh karena itu, antara orang muslim dan Al-Qur’an harus ada hubungan yang erat. Sebab Al-Qur’an adalah tali Allah yang kuat dan jalan yang lurus. Al-Qur’an sebagai rahmat untuk alam semesta dan sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Dalam Al-Qur’an telah terhimpun dasar-dasar kebaikan dan petunjuk untuk membangun kehidupan dan meletakkan landasan ketenteraman di muka bumi ini. Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS Al-Isra' [17] :9)”. (Disarikan dari kitab Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Fath Ar-Rabbani).
No comments:
Post a Comment