Wednesday, March 23, 2016

KELUARLAH DARI SELUBUNG NAFSU

Syekh Abu Yazid Al-Busthami pernah bertutur: "Aku melihat Tuhanku dalam tidur. Aku pun bertanya kepada-Nya, 'Bagaimanakah jalan untuk menuju kepada-Mu, wahai Zat yang dapat melemahkan manusia?’ Lalu Dia menjawab, 'Tinggalkanlah hawa nafsumu, dan kemarilah mendekat kepada-Ku’ Kemudian aku terlepas dari mimpiku sebagaimana ular terkelupas dari kulitnya."

Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, sesungguhnya kalbu kita adalah pusat pandangan bagi Allah terhadap kita. Allah memerintahkan manusia untuk meninggalkan hawa nafsu, karena dunia dan segala isinya serta segala sesuatu.selain Allah seluruhnya mengikuti hawa nafsu. Dunia diperuntukan bagi hawa nafsu, dan dunialah yang dicintai oleh nafsu. Akhirat juga diciptakan untuk nafsu, karena Allah Azza wa Jalla berfirman, "Di dalam surga terdapat segala yang diinginkan oleh hati dan yang sedap dipandang mata." (QS (43):71)

Karena itu, berusahalah menyibukkan diri untuk mencari nafkah bagi keluargamu di siang hari sebagai bekal hidupmu di dunia. Lalu, pada malam hari, sibukkan dirimu untuk beribadah kepada-Nya, menyendirilah bersama-Nya, nikmati jamuan malam dengan dzkrullah. (Disarikan dari kitab Fathu Rabbani karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani)

2). HAWA NAFSU YANG MENGGODA

Shalawat Burdah Imam Bushairi: "Sungguh hawa nafsuku selalu mendorongku pada keburukan. Sebab tak mau tahu peringatan uban dan kerentaan. Tidak pula bersiap dengan amal baik untuk menjamu seorang tamu pun, meskipun itu perbuatan baik. Namun uban yang bertamu di kepalaku tidak mencelaku. Seandainya kutahu aku tak akan menghormati uban yang bertamu. Kan kusembunyikan dengan semir rahasia ketuaanku itu. Siapakah yang mampu menjinakkan nafsuku dari kesesatan. 

Sebagaimana kuda liar dikendalikan dengan tali kekang. Jika engkau ingin menjinakkan nafsu birahimu, makan janganlah suka berbuat maksiat, karena makanan lezat hanya akan membangkitkan nafsu syahwat. Nafsu bagai bayi, bila kau biarkan akan tetap menyusu. Bila kau sapih ia akan tinggalkan menyusu itu. Maka kendalikan nafsumu, jangan biarkan ia berkuasa. Jika kuasa ia akan membunuhmu dan membuatmu cela. 

Gembalakanlah ia, sebab ia bagai ternak dalam amal budi. Janganlah kau giring ke ladang yang ia sukai. Kerap ia goda manusia dengan kelezatan yang mematikan. Tanpa ia tahu racun justru ada dalam lezatnya makanan. Aku mohon ampunan Allah karena telah berani bicara tapi tak berbuat. Karena sama dengan menisbatkan diriku seperti keturunan orang yang mandul. Kuperintahkan engkau suatu kebaikan yang tak kulakukan.

Aku tak pernah bersitiqamah, namun aku menyuruhmu “Beristiqamahlah!”  Aku belum pernah membekali diri sebelum mati dengan satu amalan sunnah pun dan aku belum pernah shalat dan puasa, kecuali hanya yang wajib saja”. (Burdah Bushairi Bagian Kedua).

No comments:

Post a Comment